Emi terkekeh geli, antara merasa bersalah dan lucu melihat wajah kesal Melati. Digandengnya lengan Melati sambil cengengesan. “Maaf, aku kira hantu tadi!” ujarnya. Melati menoleh pada Emi dan memberikan tatapan datar. “Mana ada hantu secantik aku!” celetuknya sebelum kemudian tawanya berderai bersama dengan Emi juga. “Lagian kamu ngapain bengong sendirian di sini? Tengah malam begini pula!” kata Melati heran. Emi kembali ke wajah sedihnya dan tersenyum tipis. “Aku …,“ ucapnya dengan suara bergetar, “aku nggak tahu harus bagaimana menghadapinya, setelah beberapa bulan berlalu aku pikir rasa itu tidak akan muncul lagi di dalam sini dan beranggapan jika semuanya hanya birahi semata.” Emi menunjuk dadanya sendiri. Melati diam mendengarkan. “Lalu, entah apa niat yang dia bawa dengan menc