Melati meraih tangan Emi dan menggenggamnya, menatap perempuan itu dengan lembut. “Kamu sudah melalui banyak hal dan aku yakin kamu kuat melewati semua itu,” ucap Melati. “Tapi, untuk satu hal ini setidaknya dengarkan kata hatimu. Sekuat apapun kamu berusaha menghindarinya, tapi kamu tidak akan bisa melawan garis hidup yang sudah ditakdirkan Tuan buat kamu,” “Sejauh apapun kamu pergi, dia akan tetap mengejarmu dan aku yakin ini bukanlah sekedar soal birahi saja. Dengarkan kata hatimu sebelum kamu menyesalinya nanti!” Emi tertegun, kata-kata Melati masuk ke hatinya. Berbagai perasaaan memenuhi dadanya dan itu membuatnya sesak, rasa sakit menyeruak naik ke tenggorokan dan matanya memanas menahan tangis. “Aku … aku takut, Nona …,“ ungkap Emi dengan suara bergetar, “aku takut keluarganya