"Hati-hati di jalan Bu," Ucap Jingga tulus pada ibu mertuanya. Keduanya berpelukan hangat untuk waktu yang cukup lama. Selepas makan malam dan mendirikan shalat Isya, Amira mengajak Farah dan cucunya untuk berpamitan. Malam mulai merambat pelan dan udara berganti menjadi dingin. Amira juga tidak terbiasa tidur sampai larut malam. "Kamu juga jaga diri baik-baik ya, jangan sampai sakit. Jangan sungkan nolak kalau suamimu memaksamu untuk terus melayaninya, paham?" Amira melirik Sultan sinis, sementara yang ditatap hanya menyengir kecil. Jingga tersipu malu. "Jangan terus menerus menyalahkan aku Mi, tapi justru salahkan Jingga." Sultan menyahut tak terima. "Kok Jingga? Jelas-jelas kamu yang salah malah mengkambinghitamkan istri kamu sendiri." Amira menatap putra bungsunya gemas. "Mami

