“Berakhirlah, Tony, saksikanlah akhir dari permainan mu. Aku akhiri permainanmu dengan penutupan aborsi. Dan setelah itu, selamat bersenang-senang. “ Lirih Diva pelan dengan pandangan yang tetap tidak teralihkan dari dua manusia yang sedang berpelukan.
Diva pun langsung pergi dengan langkah yang terburu-buru, membuat Linda yang melihatnya sedikit kepo, kemana Diva pergi sampai terburu-buru seperti itu.
“Ya Sudah, sekarang kamu istirahat. Gimana ceritanya kamu bisa masuk rumah sakit, padahal kamu baru pulang? “ Tanya Tony seraya membantu Linda tiduran di ranjang rumah sakit.
“Aku gak hati-hati pas jalan, jadi jatuh. “ Ujar Linda yang sengaja menggunakan suara pelannya. Tony yang mendengar jawaban Linda mendesah pelan, lalu mengelus kepala Linda lembut.
“Lain kali hati-hati. “ Kata Tony yang langsung di anggukan kepala oleh Linda.
Tony melihat jam di ponselnya sudah hampir jam 10. Akhirnya Tony memutuskan untuk ke kantor, karena Tony juga yakin nanti Diva pasti akan mengantar makan siangnya seperti biasanya.
“Aku pergi ke kantor dulu, “ kata Tony pada Linda
“Abis dari kantor kesini lagi kan, Kak? “ Tanya Linda sebelum Tony pergi.
“Kalau nanti kerjaan cepat selesai, aku pasti kesini, “ jawab Tony seraya memakai jasnya kembali. Linda pun menyentuh tangan Tony, dan mengecupnya singkat. Awalnya Tony terkejut dengan apa yang dilakukan Linda, tapi setelah Linda bilang cuma sebagai penghormatan saja, Tony jadi tersenyum.
“Gadis yang baik. “ Ujar Tony yang langsung mengecup kepala Linda, dan kecupan itu tanpa Tony sadari ada yang mengabadikan dengan senyum lebarnya.
“Aku berangkat ya. “ Kata Tony lembut, padahal sama Diva saja, Tony tidak pernah memberi kecupan hangatnya terhadap Diva, apalagi untuk berpamitan sebagai seorang suami terhadap seorang istri.
Tony pun berangkat ke kantor dari rumah sakit, dan tidak lagi menghubungi Diva, atau mencari tahu ke mana Diva pergi yang tanpa berpamitan terlebih dahulu terhadap dirinya.
Selepas kepergian Tony, kamar yang dijadikan sebagai kamar rawat Linda, dimasuki oleh seorang wanita, di mana seorang wanita itu adalah seseorang yang mengabadikan pada saat Tony mencium Linda, dan tersenyum wanita itu mendekati Linda dan langsung memberikan ponselnya.
Linda langsung tersenyum lebar saat melihat gambar dirinya saat dicium oleh Tony tadi. Ternyata wanita yang memotret Linda tadi itu adalah orang yang menjadi suruhan Linda, sengaja Linda suruh agar memotret saat-saat dirinya diperlakukan lembut atau romantis oleh Tony.
“ Oke, Son. Kerja yang sangat bagus. Kamu tidak perlu khawatir, Apapun yang kamu inginkan akan aku penuhi asal kamu bisa mengerjakan tugasmu dengan baik. "Ujar Linda Seraya melihat fotonya satu persatu dengan Tony, dan mengambil beberapa foto yang menurutnya cukup sesuai dengan keinginannya, lalu memindahkan pada ponselnya sendiri.
Setelah itu, Linda mengembalikan ponsel Sonia, dan memberi sebuah amplop kecil pada Sonia, yang tentunya isi di balik amplop kecil itu merupakan uang sebagai imbalan atas pekerjaan Sonia.
Linda langsung menyuruh Sonia untuk segera pergi karena takut ada yang melihatnya, terlebih di rumah sakit itu juga ada Diva. Linda tidak ingin Diva melaporkan apa yang ia lakukan di rumah sakit dengan Sonia pada Tony, karena rencana Linda masih sedang berlangsung, dan apa yang diinginkan oleh Linda masih belum Iya capai. Jadi Linda tidak mau semua rencananya hancur karena kepergok Diva.
Setelah Linda melihat Sonia sudah pergi, dengan cepat Linda mengirim beberapa gambar romantisnya tadi dengan Tony pada Diva, berharap Tony dan Diva bertengkar hebat, dan dari situlah Linda akan hadir di tengah-tengah pertengkaran mereka untuk membuat pertengkaran mereka semakin memanas. Begitulah rencana Linda jika Diva dan Tony berhasil bertengkar hanya karena melihat foto yang ia berikan pada Diva.
Dengan penuh bahagia, Linda pun mengirim gambar tersebut terhadap Diva dan pada saat Linda mengirim fotonya terhadap Diva, ternyata Diva sedang ingin menemui dokter yang kebetulan sudah membuat janji sebelumnya.
Karena kebetulan dokter yang ingin ditemui Diva masih melayani pasien, jadi Diva terpaksa menunggu dokter tersebut di ruangan pribadinya.
Diva sengaja tidak ingin menunggu dokter itu di luar atau di ruang tunggu karena Diva tidak ingin ada satu orang pun yang tahu bahwa dirinya saat ini ada di rumah sakit. Saat Diva sedang menunggu kedatangan dokter, tiba-tiba ponselnya berdenting, ada notifikasi berupa pesan masuk. Diva pun langsung membuka isi dari pesan yang dikirim oleh Linda itu, karena Diva penasaran Gambar apa yang dikirim oleh Linda.
Ternyata Diva diberi kejutan berupa Foto-foto Linda, jangan ditanya seperti apa keterkejutan Diva saat melihat gambar yang dikirim oleh Linda, ternyata itu merupakan foto Linda Bersama sang suami, di mana asal suami tengah mengecup Linda tanpa paksaan sedikitpun, dan tidak terlihat seperti rekayasa, dan Diva terpaksa harus menekan dadanya yang begitu sangat sakit, karena beberapa tahun lamanya menikah dengan Tony, Tony bersikap lebih spesial terhadap indah, namun tidak terhadap dirinya. Tanpa terasa air mata Diva mulai menetes, dan Diva menangis bukan karena melihat gambar tersebut tapi menangis karena rasa penyesalannya yang sangat dalam, menyesal karena telah salah mengambil keputusan, di mana keputusannya Iya telah menikahi pria yang salah, padahal sebelum terjadinya pernikahannya, kedua orang tua Diva sudah mewanti-wanti Diva ,bahkan memberi arahan luas terhadap Diva, agar Diva tidak melanjutkan hubungannya dengan Tony. Tapi karena rasa cintanya yang begitu tinggi terhadap Tony saat pacaran dulu, Diva tidak memikirkan ke belakangnya Seperti apa, dan Diva baru menyadarinya setelah 2 tahun kedatangan Linda.
Setelah cukup lama menunggu kedatangan dokter, akhirnya dokter yang ditunggu oleh Diva pun datang.
“ Kenapa Nyonya Diva ingin menemui saya sekarang? Bukannya janji pertemuan kita itu masih lusa? " tanya dokter saat melihat Diva duduk di depan meja kerjanya.
"Saya ingin jadwalnya dimajukan, Dokter. "Ujar Diva dengan penuh ketegasan, hingga membuat kening dokter langsung berkerut.
”Nyonya yakin? Saya memberi beberapa hari untuk anda itu karena saya ingin anda berpikir lebih jauh lagi, bisa dipikirkan matang-matang lagi. Karena saya tidak ingin nanti akhirnya anda menyesal." ujar dokter yang membuat Diva langsung menghapus air matanya.
"Tidak akan ada penyesalan apapun dengan keputusan yang saya ambil saat ini, Dokter. Aku mau Dokter melakukan operasinya sekarang. “ Ujar Diva dengan penuh ketegasan, membuat dokter itu benar-benar sangat terkejut saat melihat Diva begitu tidak bisa Sabarnya menunggu waktu yang tepat atau sesuai perjanjian untuk melakukan aborsi.
"Saya tanya sekali lagi, apa Nyonya sangat yakin?" Tanya dokter ingin memastikan kembali.
"Aku yakin ,Dokter. Berapapun biayanya dan apapun resikonya aku tanggung sendiri. Dan dokter percayakan saja sama aku kalau terjadi suatu hal negatif ke belakangnya, Aku Yang Akan bertanggung jawab.” ujar Diva dengan penuh ketegasan dan penuh keyakinan, hingga membuat dokter langsung menganggukkan kepalanya Karena ia merasa hidupnya tetap terjamin aman.
“Baiklah. Mari ikut saya. “ Ujar dokter mengajak Diva ke ruang operasi.
Saat dokter ingin mempersilahkan Diva masuk ke sebuah ruang operasi Diva tidak sengaja bertabrakan dengan dokter juga, dan ternyata dokter itu mengenal Diva di mana dokter itu orang yang kenal juga dengan Tony.
"Loh, Nyonya Diva?" tanya dokter itu sambil menuju Diva karena kaget.
“ Iya Dok, Mohon maaf saya ada keperluan penting. "Ujar Diva Buru-buru masuk ke dalam ruang operasi dan dengan cepat dokter yang mengenal Diva itu langsung menahan dokter yang ingin menemani Diva, atau membantu Diva, bertanya apa yang akan mereka lakukan. Betapa terkejutnya dokter yang mengenal Tony , saat mendapati kenyataan kalau Diva ingin aborsi. Dokter yang mengenal Tony langsung memberitahu Tony kalau Diva sedang melakukan aborsi di rumah sakit yang sama di mana Linda berada. Sayangnya dokter itu dibuat kesal karena panggilannya tidak diTerima oleh Tony. Wajar saja Tony tidak menerima panggilan dari dokter itu, karena saat ini Tony sedang rapat.
Dokter itu tidak menyerah. Dokter tetap berulang kali menghubungi Tony, karena dokter itu tidak ingin Tony terlambat menyelamatkan keturunannya.
Setelah puluhan kali dokter itu menghubungi Tony, akhirnya Tony menerimanya, karena kebetulan Tony juga baru keluar dari ruang rapat.
Dengan cepat dokter memberitahu Tony kalau Diva sedang melakukan aksi aborsi, hingga membuat Tony Langsung berlari Kalang Kabut untuk mencegah apa yang akan dilakukan oleh Diva.
Tony juga menabrak semua orang yang ada di kantor, karena Tony tidak ingin makanannya terhalangi.
Tony melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, hingga tidak butuh waktu lama, ia sampai di rumah sakit.
Linda yang kebetulan melihat kedatangan Tony dengan langkah terburu-buru nya, langsung mendekati Tony.
“Kak Tony mau kemana? “ tanya Linda setelah berhasil menahan tangan Tony.
“Istirahat lah di kamarmu. Aku harus mencegah Diva, “ Ujar Tony yang masih ingin menggunakan suara lembutnya pada Linda.
“Memangnya apa yang dilakukan kak Diva? “ tanya Linda
“Diva ingin melakukan aborsi. “ Jawab Tony cepat dan kembali melanjutkan langkahnya, namun lagi-lagi Linda menahan tangan Tony.
“Kak Tony tidak perlu mencegah apa yang ingin dilakukan kak Diva, aku juga bisa memberi kak Tony anak. “ Ujar Linda lembut, namun meski Linda menggunakan suara super lembutnya, itu tidak membuat Tony luluh, justru Tony murka mendengar ucapan Linda.
Tony langsung mendorong tubuh Linda secara kasar, hingga Linda terjatuh ke lantai, dan dengan cepat Tony menjepit kedua pipi Linda dengan kuat.
“Jangan membuatku marah kalau kau masih sayang dengan nyawamu! “ Ujar Tony yang langsung mendorong Linda secara kasar, dan kembali berlari menuju ruang operasi.
Tony terus berlari, hingga ia melihat dokter Jo berdiri di depan pintu ruangan. Tony pun mendekati dokter Jo, dan bertanya dimana Diva. Dokter Jo itu adalah dokter yang memberitahu Tony kalau Diva melakukan aborsi.
“Mana Diva? “ tanya Tony panik
“Ada di dalam, Tuan. Saya sudah berusaha mencegah mereka, tapi nyonya Diva terus ngotot agar operasinya segera dilakukan. “ Jawab dokter Jo yang membuat Tony langsung mendekati pintu ruang operasi, berteriak agar pintu segera tertutup, karena Tony tidak ingin terlambat menyelamatkan keturunannya.
Tony terus menggedor, atau mengetuk pintu ruang operasi dengan kuat, hingga pintu ruang operasi dibuka, barulah Tony berhenti mengetuk pintu ruang operasi.
“Operasinya belum dilakukan, kan… ? “