Pagi harinya...
Bunga ternyata kesiangan, padahal dirinya sudah menyetel jam alarm seperti sebelumnya. Namun, entah mengapa pagi ini tidak bisa mendengarkan suara nyaring dari suara alarm nya sendiri. Dia bersiap - siap berangkat kerja dengan serba buru - buru. Sangking buru - burunya Bunga sampai tidak sempat sarapan. Dia pun hanya mengenakan make up tipis saja diwajahnya.
Dan sialnya lagi, selama didalam perjalanan menuju kantor, dia terjebak macet parah. Bunga terus saja menatap jam nya. Dia benar - benar tidak bisa tenang walaupun hanya sesaat saja.
"Aduh gimana dong ini?" Dia kembali mengingat ucapan yang dikatakan oleh Bos nya itu kemarin yang menyatakan bahwa diri paling tidak menyukai seseorang yang tidak bisa on time. Bunga semakin merasa gelisah tak menentu. Dia berharap didetik - detik terakhir pun dia bisa tiba ke kantor dengan tepat waktu.
Harapan Bunga terkabul, kini setelah memarkirkan mobilnya, dia segera berlari masuk kedalam Perusahaan secepat mungkin. Dia tidak memperdulikan tatapan para karyawan lain yang sedang menatapnya dengan tatapan aneh. Dia ingin secepatnya sampai diruangannya sebelum Bos nya tiba. Itulah harapan Bunga saat ini.
Keringat Bunga sudah bercucuran membasahi tubuhnya. Dia sudah berlari kearah lift yang akan segera tertutup. Dengan gerakan cepat Bunga menahannya dengan tangannya.
"Tunggu!" Serunya dengan nafas yang masih ngos - ngosan.
Lalu betapa kagetnya Bunga ketika melihat bahwa didalam lift itu ada Bos nya. Dia mengurungkan niatnya untuk masuk kedalam lift yang sama.
"Tunggu apa lagi? Masuk!" Ketus Billy yang seketika membuyarkan apa yang sedang dipikiran Bunga.
"Tidak usah, Pak. Saya bisa menunggu lift selanjutnya saja." Tolak Bunga dengan nada sehalus mungkin sambil melambaikan tangannya dan cengegesan gak jelas.
"Kamu tidak mendengarkan perintah saya ya? Saya bilang masuk ya masuk!" Seru Billy kembali.
"I-iya Pak. Baiklah." Dengan terpaksa Bunga masuk kedalam lift yang sama dengan Bos nya itu. Selama didalam lift dia terus saja merutuki kebodohannya sendiri.
'Sial banget sih aku pagi ini! Huft, bisa - bisanya malah dipertemukan di lift seperti ini.' Gumamnya didalam hati.
Bunga tidak mau menatap kearah Bos nya itu, dia benar - benar merasa begitu panas berada didalam satu lift bersama dengan atasannya itu. Bunga pun mengipas - ngipasin dirinya sendiri dengan menggunakan tangannya.
"Kenapa bisa kamu begitu telat Bunga? Apa kamu sengaja melakukannya ya supaya saya memecat kamu?" Tebak Billy seolah - olah mengetahui apa yang ada didalam pikiran Bunga. Sementara Bunga tak menyangka bahwa Bos nya itu malah berpikiran buruk seperti itu terhadap dirinya.
'Apa dia sudah gila? Bisa - bisanya dia malah menuduhku seperti itu!' Batin Bunga.
Bunga sudah mengepalkan kedua tangannya, kalau saja dia tidak membutuhkan sebuah pekerjaan, kalau saja dia bisa mendapatkan pekerjaan yang jauh lebih baik lagi dari disini, mungkin sekarang Bunga sudah mendaratkan tinjunya diwajah Bos yang sekaligus menjadi mantan pacar yang sangat dibencinya itu.
Bunga masih berusaha untuk menahan diri untuk tidak melakukan hal itu, untungnya dia masih bisa berpikiran jernih saat ini, dia menghela nafasnya dengan kasar lalu tersenyum kepada atasannya itu, "Bukan seperti itu, Pak! Tadi dijalan menuju kekantor begitu macet. Bapak tau sendiri kan kalau jarak rumah saya ke kantor begitu jauh? Saya janji ini kali pertama dan terakhir saya terlambat."
"Itu bukan sebuah alasan Bunga! Bilang aja kalau kamu telat bangun. Oke, kali ini saja saya memaafkan kamu. Lain kali tidak ada toleransi lagi, apa kamu mengerti!" Ketus Billy dengan tegas.
Bunga mengangguk - anggukkan kepalanya tanda mengerti, "Baik, Pak."
Tidak lama kemudian pintu lift sudah terbuka lebar, Billy keluar duluan, lalu Bunga pun mengikutinya dari belakang.
'Sangat terkutuk banget sih kamu, Bil!' Gumam Bunga didalam hatinya.
"Oh iya, saya akan bertemu rekan bisnis saya siang ini. Saya minta kamu mempersiapkan berkas - berkasnya. Ingat lakukan dengan baik, saya tidak ingin ada kesalahan. Tolong kamu ambil berkasnya didalam ruangan saya."
Setelah mengatakan itu Billy pun pergi berjalan duluan menuju ruangannya.
Bunga pun segera menyusul Bos nya itu, dia masuk kedalam ruangan bos nya itu dengan wajah berusaha terlihat ceria.
"Ini berkasnya..." Billy langsung memberikan berkas tersebut kepada Sekretarisnya itu.
Bunga langsung menerimanya, "Baik, Pak. Kalau begitu saya permisi ya."
"Tunggu! Ingat jangan melakukan kesalahan lagi!" Tegas Billy kembali.
"Baik Pak. Untuk masalah ini Bapak tidak perlu merasa khawatir. Karena saya pasti akan melakukan yang terbaik." Balas Bunga dengan penuh percaya diri.
"Bagus! Saya ingin melihat hasilnya saja bukan hanya sekedar omong kosong belaka."
"Tentu saja saya akan melalukan hal yang sebaik mungkin untuk itu, Pak! Permisi!" Bunga pun langsung bergegas keluar dari dalam ruangan Bos nya itu yang terasa seperti neraka. Setelah menutup pintu ruangan Billy, Bunga pun kembali menguntuk Bos nya itu dengan kesal, "Lihat saja nanti, kamu terlalu meremehkan aku, Bil!" Bunga pun dengan penuh semangat langsung berjalan menuju kursinya. Dia begitu serius dalam mempelajari berkas yang diberikan oleh Bos nya itu.
Sementara itu Billy sedang memperhatikan diam - diam Bunga dari tirai yang ada didekat pintu ruangannya. 'Maafkan aku Bunga karena tidak bisa bersikap baik sebagai atasan kamu. Aku juga harus bersikap profesional ditempat bekerja. Apa yang sebenarnya terjadi kepada kamu sampai kamu memutuskan untuk bekerja?' Billy begitu merasa penasaran dengan apa yang terjadi kepada Bunga.
Lalu puas menatap Bunga, dia pun kembali sibuk dengan pekerjaannya kembali. Satu jam kemudian ada suara ketukan dipintu ruangannya,
"TOKTOKTOK!"
"Masuk!" Pintanya tanpa memalingkan diri dari layar komputernya saat ini.
"Permisi, Pak! Maaf kalau saya telah menganggu waktu Bapak."
"Ya ada apa?"
Bunga pun memberikan berkas yang sudah dipelajarinya lalu dirangkum dalam bentuk makalah, "Saya sudah menyesaikannya dengan baik."
"Oh iya? Kalau begitu letakkan saja disana." Billy hanya mengatakan hal itu tanpa memperdulikan Bunga yang sangat berharap bila pekerjaannya akan di berikan kritik ataupun pujian dari atasannya itu.
'Hanya seperti itu saja?' Pikir Bunga.
Melihat Bunga hanya diam mematung, Billy pun menatap Sekretarisnya itu, "Apa masih ada hal lainnya lagi?"
"Hah? Ti-tidak ada, Pak! Kalau begitu saya permisi sekarang ya." Bunga pun segera keluar dari ruangan Billy.
Setelah memastikan Bunga sudah pergi, Billy pun mengambil berkas yang diberikan oleh Bunga tadi. Dia melihat makalah yang sudah dirangkum dengan baik oleh Bunga, "Hmm...aku benar - benar tidak bisa meremehkan kamu, Bunga! Aku tidak menyangka bahwa kamu sudah melakukannya dengan baik." Puji Billy sambil tersenyum misterius.
Billy pun menghubungi Bunga dari telepon yang ada diatas meja ruangannya, "Satu jam lagi kita akan berangkat!"
"Baik, Pak!"
Setelah menutup teleponnya, Bunga sempat berpikir sebentar, "Apa dia sudah melihat makalah yang aku rangkum tadi? Tapi kenapa dia tidak mengatakan apapun? Ah sudahlah!"