Badanku terasa jauh lebih ringan setelah berendam air hangat cukup lama. Tulang-tulang yang tadi terasa lepas dari engselnya kini sudah kembali seperti semula. Aku merasa jauh lebih baik setelah mandi. Aku membuka pintu kamar mandi secara perlahan, lalu kulihat Mas Dipta sedang duduk bersandar di kepala ranjang dengan mata terfokus pada ponselnya. Jantungku rasanya seperti akan lepas ketika ingat aku belum membereskan segala baju yang kupakai semalam yang kini masih tergeletak mengenaskan di ujung ranjang. Aku berjalan pelan, lalu memunguti pakaianku dan juga pakaian Mas Dipta yang ternyata sudah jadi satu. Aku merasa Mas Dipta sudah beralih menatapku, tetapi aku pura-pura tak menyadarinya. Aku terlalu malu melihatnya. Demi apa pun, kata malu saja rasanya tak cukup menggambarkan apa