London, musim gugur 1993. How are you, boo? I miss you so much. Irgi menutup jurnal hariannya. Pandangannya bergeser sedikit ke pigura kayu yang ia dapatkan di salah satu pasar loak, menatap foto April yang tersenyum begitu manis padanya. "Ngapain juga ya aku tulis? Kamu lagi ngapain boo? Kangenkah sama aku?” monolognya “It’s been 3 months, tapi rasanya kayak tiga abad, boo!” Irgi mendengkus keras. Ia berdiri dari duduknya, mengenakan sweater bertudung andalannya, menyambar Walkman-nya lalu keluar dari kamar yang menjadi tempatnya tinggal hanya hingga seorang mahasiswa Indonesia di Cambrige memberi kabar tentang ketersediaan kamar kosong di sana. “Dia cuma sebentar di sini, babe. Ayolah. Dia keponakanku.” “Abang kamu kan dokter, masa iya tidak bisa menyewakan kamar untuk anakny