Dua

845 Words
'Ketika kau datang, semua berantakan.' [Hinaan depan umum] Seorang gadis berlari ke kamar mandi terburu-buru. "Anita otw, Ra!" Pekik Lala lalu langsung bersiap ditempat persembunyiannya di sebrang Farah. Mereka saling memegang sebuah tali yang terhubung pada sebuah ember berisi air comberan yang bersumber dari selokan depan sekolah. Tentunya mereka diam-diam saat mencuri air menjijikan itu. Mereka langsung berniat melaksanakan rencana untuk membuat kakak angkatannya alias Anita menyesal tepat di kamar mandi perempuan ini. Di sini sepi, karna Maura sudah mengusir seluruh penghuni yang tadi sedang bercermin serta berdandan. "Play, girls." Celetuk Maura sehingga Farah dan Lala langsung menarik tali itu. Byuur! Tepat sasaran. Anita menganga terkejut. Ketika melihat siapa pelakunya, ia benar-benar naik pitam. "Heh! Bocah sialan! Air apaan ini, shit. Bau!" Pekiknya mendekati Maura. Maura terkekeh kecut. "Air selokan lah. Ya kali gue sirem bitch pake air bersih," celetuk Maura santai yang langsung di bahaki oleh Farah dan Lala. "Dasar kurang ajar!" Saat Anita hendak menarik rambut Maura, gadis itu menahan dengan tepat. Ia langsung mendekati telinga Anita lalu berbisik, "Jangan macem-macem sama gue. Kalo cowok lo gak mau gue tikung." Setelah berbisik begitu Maura terkekeh lalu pergi di ikuti Farah dan Lala yang sudah menjulurkan lidah pada Anita sebelum pergi. Anita menghela nafas kesal. "Bocah-bocah sialan, Aaaargh!" ₩₩₩ Maura berjalan menuju kantin di ikuti oleh Farah dan Lala. Sepanjang perjalanan Maura menjadi pusat perhatian para kaum adam di setiap koridor. Wajah cantik Maura yang sudah bak dewi yunani itu membuat aura dirinya seakan di ikuti oleh cahaya. Tapi tiba-tiba, Brukh! Sungguh tidak tepat. Seorang gadis cupu berkacamata tebal menabraknya. Belum lagi susu kotak gadis itu yang sedikit mengenai sepatu mahalnya. Hampir semua yang berada di koridor bergidik ngeri. Tahu bagaimana kelanjutan nasip si cupu itu. "Masih pagi, dua jalang udah ngerusak mood gue." Maura mendengus geli. Setelah itu ia melirik gadis cupu yang sudah gemetar di hadapannya dengan tajam. "Bersihin sepatu gue." Titah Maura tajam. Lantas gadis di hadapannya itu mengangguk cepat. Ia langsung menunduk dan mengambil sebuah tisu di sakunya. "Siapa yang suruh lo bersihin sepatu mahal gue pake tisu dekil itu?" Tanya Maura sinis. Segerombolan siswa siswi yang menonton terlihat sama sekali tak mau menenangkan Maura. Mereka terlihat menikmati tontonan ini. Memang selalu begini. "Te-Terus pa-pa-pake ap-" "Pake lengan baju lo!" Bentak Maura tak mau di tolak. Gadis itu terlihat sungkan, tapi rasa takutnya membuat gadis itu langsung melakukan apa yang Maura perintahkan. Saat hendak membersihkan sepatu Maura, seorang pria datang. "Di suruh nyebur ke kali, lo bakal nurut juga?" Celetuk pria itu yang semakin mendekat pada Maura dan gadis cupu itu yang membuat suasana hening. Maura yang mengingat siapa pria yang mengganggu ini langsung mendecih. Cowok brengsek ini lagi, shit. Gerutunya dalam hati. "Bangun lo." Perintah pria itu yang langsung di turuti oleh gadis berkacamata tebal itu takut-takut. Maura yang melihat itu lagi-lagi mendengus kesal merasa di ganggu. "Heh, psycho! Gak usah ikut campur deh! Rese banget sih!" Geram Maura. "Sepatu jelek kayak gitu buang aja. Beli lagi yang baru. Jangan cuma karna itu sepatu, lo ngerusak harga diri orang lain." Ujar pria itu enteng, lalu pergi dari hadapan Maura yang kini tengah menganga dengan apa yang telah ia dengar. Untuk pertama kalinya seorang pria menghinanya. Bahkan Farah, Lala dan yang lainnya ikut terkejut dengan ucapan pria itu. Bahkan para siswi yang sedari tadi menonton terang-terangan memuji karna terpana dengan kekerenan pria tampan itu saat membela gadis cupu itu tadi. "Ih, ganteng banget gak sih tuh cowok?!" Pekik Farah. "Iya, ih! Calon imamnya Lala!" Kali ini Lala yang bergumam. Maura langsung menoyor kedua kening sahabatnya itu. Bisa-bisanya memuji orang yang baru saja menghinanya di depan umum. "Hehe, maap, Ra. Kelepasan," cengengesan Farah. Sedangkan Lala malah masih memperhatikan kepergian pria tadi dengan mata berbinar. "LALAAAA!!" "Hehehe, iya-iya maap.." ₩₩₩ Maura melempar tasnya kesal saat ia sudah sampai di kamar luasnya itu. "Cowok brengsek! Bisa-bisanya dia bilang sepatu gue yang baru aja beli di LA sepatu jelek!" Gadis itu menghentak-hentakan kedua kakinya kesal. Jujur, Maura memang nekat dan berani. Tapi seberani-beraninya ia, tetap saja ia tak pernah bermasalah dengan pria. Dengan pria tua seperti dosennya mungkin pernah. Karna yang Maura tau, pria kalau sudah menginjak umur tua pasti akan lebih dewasa dalam menghadapinya. Tapi kalau pria yang masih seumuran dengannya? Bisa-bisa Maura bonyok. "Oke, Maura. Tenang. Lupain. Gak usah di pikirin. Cukup lupain tuh cowok, dan jangan pernah anggap dia masuk ke dalam kehidupan lo!" Maura langsung berbaring di kasurnya setelah membuang nafasnya. Ting. Maura membuka pesan di ponselnya. Dari : Farah Tadi lo nanya soal cowok yang hina lo depan umum tadikan? Gue abis ngestalk nih. Ternyata dia maba alias mahasiswa baru, Ra! Rumornya sih, dia baru mau kuliah setelah berkali-kali debat sama orang tuanya. Umur dia sama kayak kita, 22 tahun. Dan, namanya, Farrel Elzargar Antony. Dia dari keluarga konglomerat gitu, Ra. Maura mendecih. Persetan dengan itu. Lagipula ia sudah tak perduli. Buru-buru Maura menghapus pesan itu. Tak mau melihat nama pria brengsek itu mengotori penglihatannya. Farrel Elzargar Antony. Gue harap, kita gak akan pernah berurusan lagi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD