Rhea berjongkok di hadapan makam kecil itu. Jemarinya terulur, menyentuh pelan tanah basah yang masih lembap, seolah ingin merasakan keberadaan bayi mungil yang kini telah tiada. Hatinya berdesir aneh. Bayi itu memang sumber luka baginya—sumber keretakan rumah tangga yang tak bisa ia pungkiri. Namun, menyaksikan seorang manusia kecil harus pergi sebelum sempat benar-benar mengenal dunia, membuat dadanya terasa sesak tak tertahankan. Air matanya jatuh, membasahi ujung jarinya. “Dimana kira-kira Lyla sekarang?” bisiknya, menatap taburan bunga merah yang menutupi gundukan tanah, seakan setiap kelopak menyimpan rahasia. Ia lalu mendongak pada Arvin, matanya penuh tanya. Arvin mengembuskan napas panjang, menatap ke sekitar makam yang sepi. “Aku juga tidak tahu. Tapi bila kamu mau, aku bisa me

