“Maaf sudah membuatmu lama menunggu, Senior,” ucap Rhea lembut sambil menarik kursi perlahan dan duduk di hadapan Arvin.
Arvin tersenyum hangat, menggelengkan kepalanya pelan. “Tidak apa-apa, Rhea. Aku juga baru saja membuka beberapa email pekerjaan, jadi tetap ada yang bisa kulakukan sambil menunggu,” jawabnya. Matanya menatap Rhea sesaat, ada sorot yang seakan menelusuri raut wajah wanita itu, yang terlihat sedikit lelah namun tetap anggun.
“Kamu mau pesan apa?” tanya Arvin sambil menyerahkan daftar menu yang ada di meja.
Rhea meraihnya perlahan. Ia membuka menu sebentar, lalu mengembalikannya dengan senyum tipis. “Sepertinya aku hanya ingin segelas matcha latte panas saja. Butuh sesuatu yang menenangkan hari ini.”
Arvin mengangguk, kemudian memanggil pelayan dan memesankan satu matc
