Icha merapikan dandanannya sedangkan Brandon tidak henti menatap ke arah wanita yang di cintainya itu. Sulit sekali mendapatkan status dari wanita yang saat ini tengah menyisir rambut itu. Brandon turun memakai pakaiannya, lalu berjalan mendekat pada Icha.
"Cantik." Kata Brandon, sambil mengambil sisir ditangan Icha. Dengan penuh perasaan Brandon merapikan rambut Icha.
"Iyalah gue gitu, nggak cantik bukan anak Mama gue." jawab Icha membuat Brandon terkekeh.
"Jangan suka cium cowok di depan gue. Gue nggak suka." Brandon menatap pantulan wajah Icha di cermin. Icha hanya membalas tatapan lewat cermin itu dengan datar.
"Tergantung lo kaya gimana dulu." Icha lalu bangkit. Brandon mencekal tangan Icha, membuat Icha mengangkat sebelah alisnya.
"Lo, punya gue Cha. Harap lo catet itu Sayang." Icha tertawa mendengar penuturan Brandon.
"Sayangnya lo bukan cuman punya gue, jadi sorry aja ya. Gue masih suka diseriusin sama orang." Tekan Icha sembari melepaskan tangan Brandon.
Bukannya Brandon tidak ingin serius dengan Icha. Masalahnya cuma satu, Icha selalu menolaknya. Yang katanya dia playboy-lah, penjahat kelaminlah, tukang selingkuhlah. Coba saja Icha mau nerima, tobat deh dia. Beneran ini sih. Salahkan semuanya pada Icha yang selalu menolak perasaan cintanya.
"Kalau gue putusin cewek-cewek gue lo mau sama gue?" tanya Brandon serius. Icha nampak berpikir sambil berkacak pinggang mebuat Brandon menghembuskan nafas lelah.
"Em, sayangnya kita udah sering putus nyambung dan masalahnya selalu sama. Lo yang selalu ketahuan sama gue waktu selingkuh. Emh, saran ya Deodorant Sayang, kalau selingkuh yang pinter. Karena gue nggak suka diselingkuhin."
“…”
"Gue balik dulu, nggak usah jemput gue. Besok gue bareng sama Bang Llo." Kata Icha meninggalkan apartemen Milik Brandon.
Icha menghapus air mata yang mengalir dari sudut matanya. Harus berapa kali di maafkan dan mengulangi kesalahan lagi, sejujurnya Icha lelah dengan siklus percintaannya dengan Brandon.
"Seberapa sering lo nembak gue, gue nggak akan nerima itu dengan mudah Bran. Karena gue tahu di hati lo bukan cuman ada gue." Lirih Icha.
Di dalam kamar setelah kepergian Icha, Brandon mendesah karena frustasi. Ia hanya ingin mengikat Icha untuk dirinya saja. Hanya dirinya, sebelum wanita itu kembali lagi dan membuat hatinya kembali bingung.
Praaaaaaang!!
"b******k, b******k! Gue kayanya harus bilang ke Mama supaya bantuin gue buat dapetin Icha. Ichaaaaaaa gue cinta sama lo! Kenapa lo belum bisa maafin gue sih Cha!” teriak Brandon kencang.
**
Jika kalian pikir Icha tidak mencintai Brandon, kalian salah. Munafik jika seorang Marischa Darmawan tidak memiliki rasa untuk Brandon Ardiansyah dank arena cinta itulah yang membuatnya menjadi seperti ini. Icha terlihat kuat di luar, namun hal tersebut hanya lah cangkang yang di dalamnya rapuh.
Flashback
Di kantin Angkasa Jaya yang ramai, Icha datang bersama Audi dan Dimas. Hari ini dia akan menyatakan perasaanya pada laki-laki yang disukai. Sudah lama Icha memendam perasaan, jadi inilah saat yang tepat untuk mengungkapkan perasaanya.
"Lo mau nggak jadi cowok gue?" teriak Icha membuat seluruh anak di kantin menyaksikan dia yang tengah menyatakan perasaannya.
"Mau asal lo mau tidur dan tinggal di apartemen sama gue." Kata laki-laki tersebut sambil tertawa.
Bugh!!
"Auh sakit Chaha." Aduh anak lelaki itu karena tonjokkan Icha diperutnya.
"Dasar cowok bejaaaaat lo! Benci gue sama lo." Icha berteriak marah saat lelaki itu meninggalkan dirinya.
Mendengar teriakkan Icha, si lelaki menghentikan langkah lalu berbalik dan memberikan senyum baik pada Icha yang merupakan anak dari sahabat orang tuanya. “Iya sayang. Aku juga cinta kamu kok.” Balas nya membuat seluruh anak di kantin terbahak.
Icha baru saja di ledek bukan?
"Sarap! Untung lo anak Om Rio, kalau nggak gue depak lo Monyet! Udah untung gue tembak lo malah nolak gue.”
"Cantik, gue nggak nolak loh. Gue nyajuin syarat kan tadi?”
Audi— terbahak. Benar juga apa yang dikatakan oleh Brandon. Lelaki yang di tembak Icha nggak nolak tapi mengajukan syarat. Kalau Icha mau ya mereka jadian.
"Syarat lo itu Ogeb, mana mau gue!”
Audi manggut-manggut. Seandainya dia Icha, Audi juga nggak akan mau tinggal sama Si Brandon yang pacarnya di mana-mana. Tapi kalau sama Kak Chello pasti Audi mau. Eh?
"Gimana? Kalau mau, ntar malem lo bisa pindah ke apartemen gue Cha." Brandon menyeringai.
"Sarap, gue bilangin bapak gue kapok lo Nyet."
Dimas menepuk jidad. Icha ini sedikit-sedikit pasti ngadu ke bapaknya. Tahulah bapak Icha galaknya macam apa. Hadeh nyari rame si Icha.
"Terima cinta gue pokokya Bran." Paksa Icha dengan gaya ngotot andalannya.
"Bilangin tidur ama gue dulu, ntar gue mau sama lo."
Dugggg!!
"Weh, rusuh lo ya. Gue mintanya bobo bukan sepatu."
"Bobo sana sama sepatu gue. Awas aja lo, nyesel lo nolak gue Nyet. Kaga usah lo ke rumah gue lagi." Kata Icha sengit lalu meninggalkan kantin. Muak Icha mendengarkan orang berbisik-bisik mengatai dirinya.
Brandon kalang kabut sendiri melihat Icha yang pergi. Dia kan cuman bercanda nolaknya. Dulu dia nembak juga Icha nolak kan? Bisa gawat ini kalau Icha ngambek. Gagal dia memboyong Icha ke apartemen. Nanti dia bisa-bisa beneran bobok sendiri. Kan dia di usir dari rumah sama papanya karena godain mamanya yang cantik.
"Ichaaaaaaaaaa, Ichaaaaa jangan ngambekk. Gue becanda, Cha. Aelah permen Chahaaaaaa." Teriak Brandon sambil berlari mengejar Icha. Icha menutup ke dua kupingnya agar tak mendengar suara Brandon. Salah siapa nolak depan orang banyak. Icha kan malu.
Pada sore harinya, Icha datang ke apartemen Brandon. Icha datang dengan membawa sebuah kue ulang tahun. Hari ini sebenarnya memang hari ulang tahun Brandon maka dari itu ia menyatakan cinta tadi. Icha berjalan dengan hati yang senang. Dia sudah melupakan insiden memalukan di kantin sekolahnya.
Icha menekan pasword apartemen Brandon. Jangan di tanya tau dari mana. Karena pasword Brandon pasti tanggal ulang tahun dirinya. Ya, hari dimana Icha dilahirkan.
"Emmhh." Icha menghentikan langkahnya saat mendengar desahan seorang wanita. Tubuhnya menegang. "Ahh, Brandon aahh." Tubuh Icha semakin kaku kala mendengar suara desahan yang kembali menggema mendendangkan nama Brandon. Ada belasan belati yang menikam hatinya saat mendengar nama Brandon disebut.
Icha kembali berjalan, sangat pelan menuju sumber dimana suara desahan itu berasal. Hingga langkah Icha terhenti tepat di depan kamar Brandon. Icha membuka pintu kamar, membuat suara semakin jelas ia bisa dengarkan.
" Ahh, Milla. Aku cinta Kammu Mil aah cinta kamu."
Deg!!
Mila?
Mila?
Mila ?
Bukan Icha?
Blukkk!!!
Icha membekap mulut melihat adegan di depannya. Kue ulang tahun yang dia buat susah payah terjatuh di lantai hingga tak berbentuk.
Mendengar ada suara terjatuh, Brandon menghentikan kegiatan panasnya dan melihat ke arah belakang. Matanya terbelalak saat melihat Icha yang menangis membekap mulut. Dengan geakkan cepat Brandon bangkit dan menghampiri Icha.
"Cha, ini nggak kaya yang kamu liat." Lirih Brandon.
Icha hanya bisa menggelengkan kepala, kakinya reflek mundur saat Brandon semakin dekat. "Stop, Stop di tempat lo. Stop gue bilang!" Teriak Icha. Icha lantas berlari keluar dari apartemen Brandon dengan air mata yang mengalir. Ternyata cinta pertama memang tak seindah apa yang orang lain ceritakan. Karena cinta pertamanya tidak mencintainya.
Mengingat masa lalu membuat Icha memejamkan mata. Kenangan pahit yang membuatnya semakin menjadi wanita tangguh. Masa lalu yang tidak akan pernah Icha lupakan keberadannya. Masa dimana lelaki yang ia cintai meneriakkan nama wanita lain di atas ranjang. Masa lalu yang membuat dirinya sampai sekarang tidak percaya pada Brandon, Sang Cinta Pertama.
.
.
.
.
.
.
.
to be continued....