4

1040 Words
    Brandon memarkirkan mobil asal. Dengan tergesa-gesa dia keluar. Hampir pula dia tersungkur saking cepet-cepetnya.     Brakkk     Brandon menutup pintu mobilnya dengan kencang. Padahal kalau ketahuan Papa dan Mamanya bisa di sita itu mobil nanti.     "Maas, Mass. Parkirnya yang bener mas." Tegur satpam padanya. Brandon berhenti dan berbalik. "Aelah, istri saya mau nglahirin ini di dalem. Anak saya mau brojeol udah Pak." Kata Brandon, lalu ngabrit ke dalam kafe.     Mata Brandon menyapu bersih caffe tersebut guna mencari keberadaan Icha .Mata Brandon memerah menandakan amarah yang menyelimuti saat melihat Ichanya tengah tertawa lepas dengan dua laki-laki yang sangat ia kenal. Gimana nggak kenal, mereka itu adalah kakak kelasnya di Angkasa Jaya. Brandon berjalan cepat lalu berhenti di samping Icha. Brandon menarik tubuh Icha agar berdiri.     "Lo apa-apan sih, dateng-dateng ngerusuh." Sentak Icha tidak terima.     "Balik nggak lo sekarang." Kata Brandon tajam. Icha mendengus sebal.     "Ngajak ribut nih anak, balik-balik serah gue lah." Icha melepaskan tangan Brandon dari anggota tubuhnya.     "Balik sekarang Icha."      "Berisik, aelah, lo Deodorant," Kata Icha dingin, lalu duduk disebelah Diki kembali. Brandon mengepalkan tangannya. Susah sekali disuruh nurut.     "Chaha, balik!” Brandon mengeram kesal.     Diki dan Rico yang melihat itu hanya geleng-geleng. Terlebih Rico, dia sebenarnya masih dendam pada Brandon. Gara-gara anak itu, dia putus dengan Icha.  "Lo dari pada berisik, mending gabung ajalah Bran." Kata Rico, antara ikhlas nggak ikhlas sih sebenernya.     "Nggak usah bacot lo, Dik! Balik nggak cha, apa gue seret?!" suara Brandon menajam,  namun tetap Icha hirau.     "Loh, Sayang, kamu kok di sini? Tadi bilangnya lagi di Apart ngerjain tugas?" Brandon melihat ke belakang, lalu meneguk ludanya sendiri.  Ternyata Debora, gadis yang tadi pagi dia kencani. Sedangkan Icha tiba-tiba saja Icha tertawa kencang.     "Cewek lo tuh urusin, jangan urusin gue." Ujar Icha setelah puas tertawa. Padahal dalam hati ingin mengguyur Brandon dengan minumannya yang tinggal setengah.     "Loh, dia siapa Yang?"  Debora kembali bertanya setelah pertanyaan pertamanya tak direspon oleh Brandon.     "Istri gue! Cacha berdiri! Kita balik sekarang." Debora syok mendengar pengakuan Brandon.     Icha tentu saja berdiri. Dia tersenyum menang. Mana mungkin seorang Brandon akan mengatakan dia bukan siapa-siapanya.  Icha bergelayut manja di lengan Brandon. Tersenyum penuh kemenangan pada Debora.     "Pulang ya Pah? Yuk SUAMIKU Sayang." Ajak Icha sambil menekankan kata suami di depan Debora. Padahal sih rasanya Icha ingin mual.     "Awas!” Debora tersenyum miris, sebelum menuruti perintah Brandon yang nyuruh dia buat minggir. Brandon berjalan dengan Icha yang bergelayut manja di lengannya membuat Rico mengepalkan jari di bawah meja.     "Sabar, Bro." Kata Diki melihat raut tegang Rico.     "Lo Mas, istrinya yang mau melahrikan mana?" tanya satpam yang menjaga mobil Brandon.     "Ini, udah lahir anak gue." Brandon terkekeh.     Icha melepaskan pegangan tangannya. Masuk ke dalam mobil Brandon dengan perasaan jengkel. Kurang ajar memang Brandon ini.     "Ibab, kita mau ke mana. Rumah gue kaga ke sini arahnya."     "Apartemn gue." Cengir Brandon.     "Turun Cha, udah sampe nih.” Perintah Brandon ketika ia telah memarkiran mobil di basement apartemennya.     "Ogah, kaga mau gue." tolak Icha.     Bukan Brandon namanya kalau nggak bisa bawa si Icha masuk. Brandon turun dari mobil, membuka pintu kemudi yang di duduki oleh Icha, lalu menggendong Icha tanpa persetujuan gadis itu.     "Aaaa turunin gue deodorant." Icha meronta-ronta. Ia tak hilang akal untuk membuat Brandon melepaskannya.     Hingga akhirnya… Bruk!! Tubuh Icha terdampar. Memang sih diturunin. Tapi di turunin di mana itu loh, Icha nggak suka. Di ranjang! Ranjang empuknya si Brandon! "Wuanjir, gue patahin juga leher lo ntar." Mendengar amukkan Icha Brandon justru malah terkekeh. Ia melepaskan kaos,  membuat perut ratanya terlihat.     Mata Icha menyipit karena melihat ada sebuah Bra merah muda yang tergeletak di lantai. Dia lantas turun dari ranjang. Memungut Bra tersebut. "Ibab, BH siapa ini kampret?" tuntut Icha sembari memberi tatapan maut ke Brandon.     Brandon menelan ludah, gelagapan sendiri jadinya. Punya siapa ya itu, dia sendiri nggak tahu. Lagian gimana bisa ada bra Brandon jadi bingung.     "Bra siapa Njir? Bilang kaga lo."  Minta dimutilasi ini bocah pikir Icha.     "Eh, Eh. Kayanya punya Si Sasa deh." Jawab Brandon gugup.     Plaaakk     Dugggg     Buughhh     Brandon terkapar di sofa kamar. Di tampar, di tonjok dan terakhir di tendang sampai terduduk. Memang keberingasan Icha patut dikasih lima jempol.     "Sakit aelah, kasar banget sih maennya Chacha."      "Bodo! Gue mau balik." Icha membalikkan badan. Namun baru juga mau melangkah, tangan Icha di tarik oleh siempunya kamar. Sehingga ia sekarang terduduk di atas paha Brandon.     "Gue kangen." Bisik Brandon ditelinga Icha.     Ica hanya bisa menatap Brandon sebal. Setelah dirinya menemukan bra dilantai. Masih bisa Brandon bilang kangen. Luar binasah pemirsah!     "Gue kangen Cha, berapa lama gue nggak ngerasain ini." Kata Brandon sambil menyapukan jemarinya di bibir Icha. Icha masih diam walaupun  dalam hati pengen nyekek si Brandon.     Cup... Brandon mengecup bibi Icha berkali-kali. Sebelum melumatnya mesra. Ke dua tangan Brandon bahkan sudah memeloloskan kaos yang dipakai Icha kala mereka berhenti sejenak untuk mengambil nafas.      "Aahh." Lenguh Icha saat Brandon sengaja meremas sesuatu dari luar branya.     "Kita ke ranjang ya."  Brandon mengangkat tubuh Icha dan menidurkan Icha diranjangnya.     "Ahh, Bran." lenguh Icha sekali lagi. Membuat Brandon tersenyum dalam lumatan bibirnya di bibir Icha.     Brandon dan Icha bahkan sekarang sudah tidak memakai sehelai benangpun. Icha memejamkan mata saat merasakan ada sesuatu yang membelah inti dirinya.     "Sebut namaku Cha." Bisik Brandon sekali lagi tepat ditelinga Icha.     "Ennghh Branndooonh."      "Lagi sayang." Brandon menggerakkan diri di atas tubuh Icha.     "Ah, Bran lebih cepet please." Permintaan Icha bagai keharusan yang harus Brandon laksanakan. Dengan gairah yang tinggi Brandon mempercepat laju dirinya di inti tubuh Icha.     "Ah Icha, Ichaaaa." Teriak Brandon ketika dia merasakan puncak dalam gairahnnya. Brandon mengecup bibir Icha, lalu memeluk tubuh sang gadis.     Salah, wanitanya. Ya, Icha adalah wanitanya. Karena Icha bukan lagi gadis.     "Jangan pernah keluar sama cowok lain lagi atau gue bilang sama Om Dipta kalau kita udah sering nglakuin ini." Peringat Brandon disertai ancaman/     Icha memeukul d**a Brandon kencang.     "Auh sakit Chaha." Aduh Brandon.     "Jangan pernah bawa cewek kesini lagi, apalagi nglakuin sama cewek lain lagi kalau nggak mau gue nglakuin sama cowok lain." Kali ini giliran Icha yang mengancam.     Jantung Brandon bergemuruh. Pasalnya jika Icha mengancam, yang terjadi bukanlah hanya sebuah ancaman belaka. Brandon tentu saja tidak mau wanita yang d icintai ini jatuh ke dalam pelukkan lelaki lain.     "Janji Cha, nggak akan pernah.” Ucap Brandon sembari menelusupkan kepala di leher Icha. . . . . .  to be continued...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD