Izin

1201 Words
"La, ntar malem ada pesta topeng di perusahaan bokap gue. Ikut yuk!" Suara bersemangat terdengar dari seorang gadis remaja kepada temannya yang saat ini tengah menikmati es tehnya di kantin sekolah. "Liat nanti deh. Gue harus ijin ke bokap." Gadis yang dipanggil 'La' itupun menanggapi ajakan temannya. "Pokoknya ntar malem gue jemput lo dirumah. Biar kita dandannya dirumah gue aja. Kalau dandan dirumah lo bisa - bisa diamuk bokap lu yang posesif itu." Tanpa menunggu persetujuan temannya, gadis yang mengajak tadi langsung menyuarakan usulannya. "Kan gue bilang mau ijin dulu." "Daniella.... ini tuh kesempatan kita untuk seneng - seneng, setelah melewati masa - masa ujian yang bikin stres. Ayolah, lu pasti bisa ngeyakinin bokap lu." Gadis yang ternyata bernama Daniella itu, tampak berpikir sejenak sebelum akhirnya menjawab, "Liat nanti." "Pokoknya gue jemput jam 5 sore." Sambil bersemangat, temannya itu pun menentukan jam yang pas untuk menjemput Daniella. "Kok sore banget? Katanya acaranya malam." Daniella sedikit bingung dengan apa yang sedang direncanakan temannya itu. "Kita harus dandan sayang." Ucapan temannya itu membuat Daniella berpikiran buruk. Ia tak dapat menebak, apa yang akan terjadi pada dirinya nanti. Tapi yang pasti saat ini, Daniella harus meyakinkan ayahnya untuk memperbolehkannya pergi ke pesta topeng. ____ "TIDAK!!" Benar apa yang dipikirkan Daniella, ayahnya pasti akan melarangnya datang ke pesta itu ketika dirinya telah selesai menjelaskan apa yang diinginkannya kepada ayahnya, Bryan Giovanni. "Yah, kali ini aja. Daniella kan sudah selesai UN dan dapet peringkat 10 besar pararel lagi, masa gak ada hadiah?" Daniella masih berusaha meyakinkan Bryan agar mau menginjinkannya. "Kamu boleh meminta apa saja. Tapi tidak dengan hadir di pesta topeng itu." Bryan berusaha meredakan emosinya akibat putrinya itu. Masalahnya, Bryan sangat paham dengan situasi dan kondisi yang nantinya ada pada saat pesta berlangsung. Apalagi pesta itu diselenggarakan oleh perusahaan ayah dari teman Daniella, yang juga salah satu client Bryan. "Kenapa yah?" "Pesta itu tidak seperti Ella bayangkan." Bryan mencoba memberi pengertian kepada anak tirinya itu. "Memangnya ayah tahu apa yang Ella bayangkan? Ayah gak pernah tau apa yang Ella inginkan! Dan sekarang ayah sok tahu dengan apa yang Ella bayangkan? Memangnya ayah siapa? Ayah hanya ayah tiri Ella, tidak akan pernah tahu apa yang Ella inginkan!" Tiba – tiba karena emosi yang tak dapat dibendungnya akibat larangan Bryan yang terdengar sok tau, akhirnya Daniella membentak Bryan, ia mulai kesal karena bundanya harus menikahi seorang pria yang terlalu posesif terhadap anaknya ini. Bryan yang mendengar bentakan Daniella, seketika berniat melayangkan tangannya untuk menampar Daniella. Tapi hal itu segera ditahan Felicia yang baru saja tiba diantara mereka. "Ella!" Felicia membentak anaknya sendiri sambil berusaha meredakan emosi Bryan yang meluap seketika. Sedangkan Daniella yang tadi ketakutan akibat pergerakan Bryan yang hentak menamparnya, seketika terkejut akan bentakan sang bunda. "Bunda..." Daniella mulai meneteskan air matanya saat ia teringat niatan Bryan yang akan menamparnya dan juga bentakan bundanya. "Pergi ke kamarmu. Biar bunda yang ngomong sama ayah." Suara lembuat Felicia seketika menghentikan tetesan air mata di kedua mata Daniella, sambil berlari kearah kamarnya. "Ayah..." Felicia masih berusaha menenangkan suaminya itu. "Maafin ucapannya Ella yah. Dia gak bermaksud bilang seperti itu. Sebenarnya dia sayang kok sama kamu." Ucapan Felicia membuat Bryan perlahan luluh dan berangsur memeluk Felicia, "Tapi gak salah apa yang dikatakan Ella bun." "Iya. Mungkin Ella hanya terbawa emosi sesaat karena gak diijinin ke pesta topeng." Mendengar kata 'pesta topeng' membuat Bryan kembali menegakkan tubuhnya dan melepas pelukannya pada Felicia. "Kamu pasti tahu, seperti apa suasana pesta topeng itu." Bryan berusaha meredam amarahnya sedikit demi sedikit. "Iya sayang. Tapi Daniella tidak pergi sendirian kesana, pasti ada teman." Felicia berusaha membantu anaknya untuk mendapatkan izin dari Bryan. "Kamu yakin temannya bisa menjaga Ella?" Bryan berusaha menggagalkan maksud Felicia untuk mengijinkan Daniella. "Yakin." Bryan menatap tak percaya kepada istrinya itu. Meskipun Bryan tak terikat darah dengan Daniella, tapi dia merasa bahwa akan terjadi sesuatu yang salah jika Daniella memaksa untuk menghadiri pesta itu. "Ayah?" Felicia menyadarkan Bryan yang sedang menatapnya dengan tatapan tak percayanya. "Terserah bunda lah..." Akhirnya Bryan mengalah dan mengijinkan Daniella untuk pergi ke pesta topeng. ____ Tepat pukul 5 sore, teman Daniella yang diketahui bernama Riska, datang menjemput Daniella dirumahnya. Riska memasuki rumah Daniella yang terbilang cukup besar dan berjalan menaiki beberapa anak tangga untuk sampai di pintu utama rumah mewah Daniella. Menekan bel disebelah pintu beberapa kali, sampai akhirnya sang empunya rumah keluar dari dalam. "Siap?" Riska bertanya kepada Daniella yang baru saja membukakan pintu untuk dirinya. "Siap!" Daniella tersenyum manis kearah Riska, lalu bersiap untuk pergi bersamanya menuju rumah Riska. "Ella!" Tapi sayangnya, langkah keduanya harus terhenti saat Bryan memanggil Daniella. "Iya yah?" "Ingat! Kamu harus jaga diri kamu selama disana! Jangan meminum segala jenis minuman disana, dan jangan terima minuman dari siapapun!" Larangan Bryan terhadap Daniella mulai diperdengarkan, agar Daniella hati - hati selama disana. Bryan juga menyerahkan sebotol air putih kepada Daniella. “Ini untuk apa yah?” Daniella merasa bingung saat ia menerima botol minuman dari tangan Bryan.   “Pengganti minuman disana…”   “Tapi yah….”   ‘Masa’ ke pesta bawa botol minuman? Emang dikira anak TK?’   Batin Daniella meringis geli saat membayangkan dirinya dengan berkalungkan botol minuman ala anak TK sambil memasuki ruang pesta. Ih, gak banget!   "Euhm.. Ba-Baiklah ayah..." "Yaudah hati - hati..." Akhirnya Daniella dan Riska dapat meninggalkan rumah Daniella dan mulai pergi menuju rumah Riska. ____ Sesampainya dirumah Riska, ia segera membawa Daniella ke kamarnya untuk di dandani layaknya gadis yang akan pergi ke pesta. Tapi sayangnya pesta yang dibayangkan Daniella adalah pesta seperti putri - putri di dalam dongeng yang berisi gadis bangsawan dan pangeran – pangeran tampan, lalu mereka akan menjalin kisah romantic melalui dansa yang anggun. "Kamu pake ini." Riska membawakan sebuah potongan gaun yang menurut Daniella sangat pendek dan seksi. Dan itu berhasil membuat bayangan indah Daniella akan pesta topeng, musnah seketika. Bukannya gaun mengembang yang akan dikenakan Daniella, eh malah gaun kekurangan bahan yang harus dikenakannya. "Ini gak salah Ris?" Riska tertawa mengejek saat mendengar pertanyaan Daniella. Sepertinya Daniella tak pernah datang ke pesta seperti ini, padahal ayahnya adalah seorang pengusaha sukses, tapi anaknya? Kampungan.. "Gaun ini yang cocok buat pesta topeng La." "Tapi ini sedikit... eumh... seksi..." dengan suara lirih Daniella mengutarakan apa yang dipikirannya. "Kenapa? Memang kalau mau ke pesta tuh, pakaiannya harus gini. Kalau gak gini, kamu bakalan gak dibolehin masuk." Penjelasan Riska membuat Daniella mengerti mengapa ayahnya melarangnya untuk datang ke pesta topeng ini. "Eh... O-Oke aku pake." Dengan sedikit ragu, Daniella mengambil potongan gaun itu dari tangan Riska dan menggantinya di dalam kamar mandi di dalam kamar Riska. Setelah 5 menit lamanya di dalam kamar mandi, akhirnya Daniella keluar dari kamar mandi dengan penampilan yang berbeda dengan saat ia datang kerumah Riska. Kali ini pakaian yang awalnya terdiri dari kaos oblong dan jeans, berubah menjadi sepotong gaun sebatas paha dengan potongan bahu rendah yang membalut hampir setengah dari bagian tubuhnya. "WOW.... Kamu cantik sekali La!" Riska berdecak kagum dengan apa yang dilihatnya kini. "Ma-Makasih..." Daniella tersenyum malu dengan apa yang dipakainya saat ini. Jika Bryan melihatnya, sudah dapat dipastikan beliau akan murka dan memarahinya habis - habisan. "Yaudah aku ganti dulu yah. Abis itu aku make up in kamu." Riska berlalu menuju kamar mandi dengan gaun yang berpotongan lebih pendek dengan apa yang dikenakan Daniella. Sesaat Daniella merasa menyesal karena tadi telah membentak Bryan dan mengatakan hal buruk terhadap ayahnya itu. Bagaimanapun juga Bryan adalah sosok ayah yang selama ini diinginkan Daniella, yang menurutnya lebih baik dari papanya dulu. Ketika Riska selesai berganti pakaian, ia pun merias Daniella sehingga membuatnya tampak lebih dewasa. Selanjutnya Riska merias dirinya sendiri dengan riasan serupa. Kemudian mereka bersiap untuk berangkat ke pesta topeng yang akan diselenggarakan di sebuah hotel ternama.   To Be Continued...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD