Cek dan Sticky Note

1366 Words
Selepas sarapan yang berjalan cukup canggung, Daniella akhirnya memilih pergi tanpa sepatah katapun menuju kamarnya. Sedangkan Felicia sendiri terlihat bingung harus berkata apa kepada anaknya itu. Pasalnya ia tak pernah mendapati anaknya itu murung seperti sekarang ini. Sehingga ia hanya bisa menatap nanar kearah Daniella tanpa berani bertanya lebih lanjut. “Bunda udah,” Suara imut Alexa membuyarkan fokus Felicia terhadap Daniella, lalu memalingkan pandangannya kearah Alexa. Felicia melempar senyum manisnya sambil membantu Alexa meminum susunya tanda dia sudah selesai dengan makanannya. Kemudian ia beralih membantu kembaran Alexa, Alex. ___ Suara isak tangis yang kesekian kalinya kembali terdengar menggema ke seluruh penjuru kamar Daniella yang berasal dari bibir pemilik kamar itu sendiri. Ia merasa berdosa karena dengan gampangnya menyerahkan keperawanannya kepada seorang lelaki yang tak dikenalnya. Ia juga merasa malu bila mengingat apa yang sudah ditulisnya kepada lelaki itu. Tapi sayangnya rasa gengsi yang dimilikinya membuatnya berpikir bahwa tindakan seperti itu sudah benar ia lakukan. Kali ini yang ia sesalkan adalah tindakannya terhadap sang ayah. Bagaimana cara ia meminta maaf kepada Bryan? Sedangkan ayahnya sendiiri saja terlihat malas berbicara dengannya. Jangankan berbicara, memandang pun beliau tak ingin, dan itu perlahan membangkitkan rasa nyeri di dalam hatinya. Daniella berusaha menenangkan dirinya sendiri dengan mengubah posisinya menjadi duduk. Perlahan ia menghapus air matanya, lalu mulai berusaha menghilangkan pikiran – pikiran negatif yang berkecambuk di dalam tempurung kepalanya. Kemudian Daniella mengambil ponsel pintarnya yang sedari tadi belum disentuhnya. Menatap layar ponsel sebentar, sebelum akhirnya menekan tombol power untuk menyalakan layar ponselnya. Menyentuhkan jari telunjuknya ke atas layar dan mengusapnya berkali – kali hingga layar ponselnya menampilkan foto telanjang dari seorang pria tampan nan dewasa yang diambilnya tadi setelah malam menggairahkan yang dialaminya semalam. “Benar – benar tampan.” Daniellla mengagumi hasil jepretannya sambil sesekali men—zoom dibagian wajah sang pria yang ada di ponselnya. Setelah berhasil menghapal setiap inchi wajahnya, Daniella segera mengalihkan jarinya keluar dari album menuju ke media sosial untuk mencari hiburan lain yang mungkin bisa sedikit menenangkannya. Namun nyatanya hal itu tak dapat mengobati rasa bersalah yang sudah terlanjur bersarang dihatinya, bagaimana pun juga ia harus segera mememinta maaf kepada ayahnya dan berbaikan dengan beliau. ____ Di sebuah kamar hotel yang telihat berantakan, terdapat seorang pria dewasa yang baru saja terbangun dari tidur lelapnya. Ia segera meregangkan tubuhnya untuk melemaskan otot - otot di tubuhnya. Hingga akhirnya ia sadar bahwa dirinya sedang dalam keadaan telanjang bulat tanpa sehelai benang pun menutupi tubuhnya. Kemudian ia segera keluar dari selimut yang melingkupi pinggang hingga ujung kakinya, lalu berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Di dalam kamar mandi ia tak langsung membersihkan tubuhnya, dia berjalan menuju cermin wastefel yang kebetulan berada di kamar mandinya kemudian ia menatap pantulan dirinya yang hanya sebatas d**a di dalam cermin itu. Dapat dilihat warna kulit pada leher dan bahunya tak lagi mulus, ada beberapa warna merah yang terlihat mencolok pada leher serta bahunya. Ia dapat mengingat dengan jelas bagaimana kejadian yang dialaminya semalam, bagaimana ia meniduri seorang gadis belia yang ternyata masih perawan. Ia merasa harga dirinya jatuh sejatuh - jatuhnya bila diingatkan akan kejadian semalam. Bagaimanapun juga ia harus tanggung jawab kan? Memang benar kegiatan semalam dilakukannya dengan menggunakan pengaman, tapi siapa tau jika ternyata terdapat kebocoran? Semahal - mahalnya pengaman kalau dia sedang sial mendapatkan barang cacat ya pasti bakal ada celah kecil di pengaman tersebut. Apalagi selama berbulan - bulan ini ia belum pernah melakukan hubungan intim kembali bersama istrinya, sehingga ia berpikir sudah mengeluarkan calon anaknya terlalu banyak. Semenjak istrinya memutuskan untuk tinggal terpisah dengannya, ia tak pernah lagi melakukan hubungan intim apapun apalagi dengan wanita manapun. Setelah merenungkan dan me-reka ulang kegiatan semalam, akhirnya pria ini memutuskan untuk membersihkan tubuhnya. Tak butuh banyak waktu bagi pria ini untuk mandi, karena ia harus segera pergi ke kantor untuk bekerja sebab ia masih memiliki seorang anak yang harus ia besarkan dan nafkahi. Saat ini pasti anaknya tengah mencari - cari keberadaannya, karena semalaman tidak pulang kerumah. Semua itu bukan sepenuhnya akibat kegiatan semalam, tetapi disebabkan oleh pertemuan dengan partner bisnisnya yang berlangsung semalaman, membuat pria ini harus menginap di hotel ini. 'drrtt... Drrtt" Getaran ponsel membuat pria ini menghentikan aktivitasnya memakai baju yang dipakainya semalam. Karena acara yang mendadak, membuatnya lupa untuk membawa baju ganti. Ia segera mengambil ponselnya yang terletak rapi di nakas kecil samping tempat tidur. Terpampanglah nama "Fasya" di layar ponselnya. Fasya adalah anak satu - satunya dari pria ini yang masih berumur 5 tahun, seorang anak perempuan yang lucu dan menggemaskan. Tapi sayangnya sebelum ia mengambil ponselnya, matanya tak sengaja melirik secarik sticky note yang tertempel diatas cek bertuliskan angka 1.000.000.000,-. Tentu saja Pria ini kaget dengan cek sebesar itu. Ia segera mengesampingkan cek dan sticky note itu, lalu ia beralih kembali ke arah ponsel yang di pegangnya. Masih dalam keadaan telepon yang belum dijawab, pria ini segera mengangkat panggilan itu sebelum dering ponsel berhenti. "Hallo sayang." Pria ini menyapa anaknya dengan suara lembut dan penuh kasih. "Dad!! Kapan mau pulang? Atau Fasya kunci pintu biar Daddy gak usah pulang sekalian?!" Nada penuh ancaman dilayangkan anaknya kepada pria ini, yang hanya ditanggapi dengan senyum geli ketika otaknya membayangkan bagaimana ekspresi anaknya itu. "Jangan gitu dong sayang, nanti Daddy tidur dimana? Masa' Fasya tega suruh Daddy tidur di jalan? Kalau Daddy diculik janda gimana? Kan jadi enak Daddy." Pria ini sedikit menggoda anaknya supaya tidak marah dengannya. "Makanya Daddy pulang! Memangnya Daddy ngapain aja disana? Pasti main keluarga - keluargaan sama pegawai Daddy kan." Absurd memang pembicaraan kedua bapak beranak ini. Bahkan Istri pria ini pun bingung, saat mengetahui kosakata anaknya lebih banyak daripada anak seumurannya yang hanya tahu tentang bagaimana cara merawat keong, atau mungkin cara memberi makan kucing yang baik dan benar. "Mana berani Daddy main keluarga - keluargaan sama mereka. Kan masih ada Mommy yang mau di ajak." Pria ini terus bercanda dengan anaknya ini. Namun ketika pria ini menyebutkan istrinya, anaknya tiba - tiba terdiam. "Sayang?" Pria mencoba memanggil anaknya itu. "Mommy gak pulang lagi hari ini." Dengan suara berdecit, anaknya menyampaikan alasan keterdiamannya. Sedangkan pria ini hanya bisa menghembuskan napas beratnya, sudah sebulan lamanya sang istri tak pernah mengunjungi mereka. Bahkan hanya untuk bertanya perihal keadaan Fasya saja ia tak pernah. "Mommy pasti lagi sibuk sayang, kan masih ada Daddy yang jagain Fasya. Nanti kita main bareng yah." Pria ini mencoba menghibur anaknya yang nampak sedih. "Fasya kangen Mommy. Kalau seandainya Mommy gak pulang, mending Daddy cari janda aja buat gantiin Mommy." Memang Fasya ini sosok anak yang patut dihajar! Bukannya sedih karena Mommynya gak pulang, eh malah suruh Daddynya cari bini baru. "Hush! Fasya ngomong gak boleh gitu, Daddy gak suka. Nanti kalau Mommy marah gimana." "Sorry Dad." "Sudah ya, Fasya yang tenang disana. Daddy setelah ini langsung samperin Fasya, kita pulang ke rumah yah." Anaknya hanya membalas perkataan ayahnya itu dengan deheman lemah, kemudian ditutupnya sambungan telpon secara sepihak. Sepertinya anaknya sudah mulai bosan dengan ketidakhadiran seorang ibu disisinya, ia tak ingin setiap hari harus bermain dengan nenek kakeknya karena ia tahu umur nenek kakeknya tak se-muda seorang ibu. Pasti ada saatnya nenek kakeknya itu merasa kelelahan menjaganya. Tanpa sadar Fasya diumurnya yang masih kecil cukup mengerti apa yang sedang dialaminya. Setelah panggilan telah berakhir, Pria ini segera menghembuskan napasnya kasar. Kemudian ia berpaling ke tangannya yang lain, yang sedang memegang sticky note dan sebuah cek 1 Milyar. 'Perkasa, terima kasih sudah memuaskanku semalam. Ini bayaran untuk pelayananmu yang cukup menggairahkan semalam.' Beberapa patah kata tertulis dengan cantik diatas kertas sticky note itu, dengan bercak lipstick bergambar bibir yang mengakhiri kata - kata tersebut. Sepertinya gadis itu sempat membubuhkan kecupannya pada sticky note sebelum akhirnya di tempel pada cek senilai 1 Milyar. Pria ini merasa geram mendapati pesan singkat itu. Harga dirinya jatuh saat gadis yang ditidurinya semalam menganggapnya sebagai pria panggilan yang tugasnya memuaskan para wanita lapar belaian. Ia meremas sticky note tersebut bersama dengan cek senilai 1 Milyar yang digenggamnya. Hilang sudah keinginan pria ini untuk bertanggung jawab terhadap apa yang akan terjadi nanti, mengingat bahwa wanita itu ternyata menganggapnya pria murahan. Ia membuang cek dan sticky note itu pada tempat sampah yang ada di kamarnya. Dia benar - benar geram sekaligus kesal atas apa yang dikatakan wanita jalang itu. Bahkan ia tak dapat berpikir jernih untuk mencari wanita itu dengan cek yang diberikannya. Benar - benar seorang pria dewasa yang bodoh. To Be Continued...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD