Edward terpejam pasrah. Ia hirup udara dalam-dalam, agar ia tetap bisa bertahan. Karena dirasanya, bom waktu akan segera meledak tanpa bisa kembali ia redam. “Pak Gandra, kenapa Anda begitu jahat? Kepada adik sendiri saja tega, apalagi kepada orang lain?” Meski tatapannya terus tertuju kepada wajah Gandra, salah satu tangan Embun meraih salah satu tangan Edward. Dahi Gandra berkerut mendengar ucapan Embun. “Apa yang Pak Gandra inginkan? Kenapa Anda masih saja belum bisa menyelesaikan masalah Anda sendiri? Kenapa untuk mengurus istri sendiri masih meminta bahkan sampai melukai orang lain?” Embun menatap tak habis pikir Gandra. Jarak mereka tak kurang dari dua meter. “Mbun ...,” ucap Gandra berusaha menahan balasan Embun. “Setelah apa yang terjadi, aku pikir Anda akan mengerti. Tapi te