2. Teryata Dia

1013 Words
Sabtu 19.02 Bella tengah berada di sebuah resto mewah bersama kedua orang tuanya, dia mengenakan gaun selutut dengan potongan bahu Sabrina yang membuatnya kurang nyaman. Sepertinya mamanya memang berniat membuatnya berpenampilan seperti wanita dewasa. Jangan lupakan high heels sialan yang membuat Bella hampir terjatuh saat menaiki tangga di depan restoran tadi. Bella hanya menunduk seperti tak tertarik dengan keadaan di sekelilingnya. Dia lebih tertarik pada ponsel di tangannya karena Aurora sedang melakukan live exor'dium dot di Instagramnya. Oh ya, Bella baru ingat. Mungkin acara perjodohan ini yang membuat mama dan papa menentang keras keinginannya untuk menonton konser Boy Group kesayangannya. Bahkan mamanya sampai tidak peduli pada Bella yang melakukan aksi mogok makan yang dilakukan Bella sebagai wujud protes. "Ma, rencananya keluarga Alexander itu mau datang berapa abad lagi, sih? Bella cape nih nunggunya," Ucap Bella bersungut. "Sebentar lagi, Bella ... kan janjian nya memang jam 19.30, sayang." "APAAAA?!" "Suara kamu tuh bisa dikondisikan tidak, sih? Malu dilihat orang, jangan tunjukkan kelakuan bar-bar kamu disini!" Tegur sellin atas kelakuan putrinya yang heboh sendiri. "Kalau memang janjiannya jam 19.30, ngapain kita disini dari jam 18.30, ma?" Ucap Bella dengan suara yang dia usahakan setenang mungkin.Sungguh padahal dia ingin sekali berteriak sambil menggebrak meja. "Ya mama takut terlambat saja," ucap Sellin sambil memalingkan pandangannya ke arah pintu restoran. "Bella tidak mau tahu ya mam, kalau sampai keluarga Alexander Itu telat 5 menit saja ... Bella bakal pulang naik Grab," ucap Bella dengan nada mengancam. "Terserah, kalo keesokan harinya kamu mau jadi gembel," Balas Sellin tak mau kalah. Ucapan Sellin barusan membuat Bella kembali menunduk untuk fokus kepada ponsel yang ada di tangannya. Sementara William hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah laku istri dan anak perempuannya yang memang hampir setiap hari berdebat karena masalah-masalah kecil seperti ini. "Selamat malam Pak Davidson ... maaf membuat kalian menunggu. Ada sedikit kendala saat di perjalanan tadi," ucap seorang wanita paruh baya dengan sopan. Dilihat dari gaya berpakaian nya, jelas sekali bahwa dia bukan orang sembarangan. Oh ya, jangan lupakan seorang pria yang berdiri di sampingnya dengan gaya yang tak kalah berkelasnya, lalu ada sekitar lima orang bodyguard yang berada tepat di belakang mereka. Kedatangan keluarga Alexander membuat Bella menghentikan kegiatannya. Dia menyimpan ponselnya di dalam tas dan lantas meluruskan pandangannya untuk melihat anak dari keluarga Alexander yang akan dijodohkan dengannya. Speechless Seperti itulah ekspresi Bella saat melihat pria yang duduk tepat di hadapannya saat ini. Bella menatap pria yang ada di hadapannya nyaris tak berkedip. "Kenapa bisa dia? Ya Tuhan ... kenapa bisa dia?" Batin Bella. Kenapa pria itu tidak berubah sedikit pun, matanya, tatapannya, kharisma nya. Dan oh ya, senyuman sopannya tak berubah satu senti pun. Dia masih sama seperti pria yang Bella temui tiga tahun lalu, namun bedanya dia semakin terlihat dewasa dan lebih tampan tentunya. Seketika Bella menyesal. Kenapa dia tidak menuruti perintah mamanya untuk berdandan ke salon. Dia hanya menggunakan make up tipis hasil mencontoh dari tutorial seorang beauty vlogger yang dia yakini hasilnya tak maksimal karena Bella kurang mahir dalam mengaplikasikan nya. "Ini pasti Bella, ya?" tanya wanita paruh baya tadi yang Bella yakini itu adalah Nyonya Alexander, ibu dari pria yang ada di depannya ini. "Mami kamu pasti bohong ... dia bilang kamu adalah gadis yang cantik," ucap Nyonya Alexander. Bella hanya terdiam. Dia tidak sanggup untuk mengeluarkan suara untuk bicara dan hanya memilih untuk menunduk. "Tapi ternyata kamu bukan hanya sekedar cantik, tapi kamu sangat cantik," puji Nyonya Alexander. Seketika Bella menegakkan kepala nya dan memandang Nyonya Alexander dengan senyuman kecil yang dia buat semanis mungkin. Bella pikir akan mudah baginya untuk dekat dengan calon mertuanya ini nantinya karena kelihatannya Nyonya Alexander bukanlah tipikal mertua yang kaku, yang menganggap menantu adalah robot yang bisa diatur sesuka hati. Candaan Nyonya Alexander sontak membuat orang-orang yang ada di meja tertawa. Kecuali satu orang, hanya satu orang yang tidak terpengaruh atas candaan Nyonya Alexander. Ya, lelaki yang ada di hadapan Bella itu. Dia hanya menatap Bella tanpa ekspresi. Tidak ada ekspresi senang, sedih, ataupun marah dari wajah nya. "Stevan, wanita cantik yang kamu tatap dari tadi itu adalah calon istri kamu. Perkataan ibu tidak salah kan? Kamu akan terpesona padanya." Hening. Mata semua orang yg ada di meja ini menatap ke arah Stevan. Stevan hanya menatap ibunya dengan sedikit senyuman yang dia usahakan sesopan mungkin. Hey, ada apa dengan senyuman itu? senyuman Stevan membuat Bella berpikir kalau ada sesuatu yang aneh disini. "Jadi kapan tepatnya kita bisa meresmikan hubungan kita menjadi besan?" tanya pria yg memakai tuxedo hitam memecah keheningan, pria yang Bella yakini itu adalah tuan Alexander. "Bagaimana kalau bulan depan? Karena bulan depan bertepatan dengan ulang tahun Bella yang ke dua puluh satu tahun," Jawab ayah Bella. "Ide yang bagus, ibu dan mama Bella akan menyiapkan pesta pernikahan kalian. Jangan terkejut kalau pesta pernikahan kalian nanti akan dinobatkan menjadi pesta termewah tahun ini," Ucap Nyonya Alexander dengan bangga. Sontak seluruh orang yang ada di meja pun tertawa, kecuali Bella dan Stevan tentunya. Mereka sibuk dengan pikiran mereka masing-masing. "Oh iya Bella, kenalan dulu dong sama calon suaminya. Kenapa diam saja dari tadi, sebelum keluarga Alexander datang, kamu yang paling antusias ... katanya tidak sabar pengen ketemu." Bagus, Nyonya Sellin memang orang yang paling pintar berimprovisasi. Dan improvisasi Sellin kali ini berhasil membuat Bella malu setengah mati di depan Stevan. Tanpa di duga, Stevan mengulurkan tangannya di depan Bella. "Stevan Alexander. Kau bisa memanggilku Stevan." Bella pun menerima uluran tangan Stevan dan menjabatnya dengan sopan, "nama ku Bella Stephanie Davidson, kau bisa memanggilku Bella." "Senang bisa bertemu sekaligus berkenalan denganmu," Ucap Stevan setelah mengurai jabatan tangannya dengan Bella. "Ah, Aku juga sama," balas Bella dengan senyum agak tersipu. 'Astagaa Tuhan ... sungguh mimpi apa aku bisa bertemu kembali dengan dia? Kalau tahu dari awal mami dan papi akan jodohkan aku dengan dia ... sumpah demi apapun aku tidak akan nolak.' Keluarga Bella dan Stevan pun akhirnya melanjutkan obrolan mereka sambil melakukan makan malam bersama. "Bagaimana? Tidak menyesal kan? Sekarang apa kamu masih mau menolak perjodohan ini, Bell?" Bisik Sellin pada putrinya. Bukannya menjawab, Bella justru malah curi-curi pandang pada pria yang sebentar lagi akan menjadi suaminya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD