2- Topi

781 Words
Vania "Vania !! Vania !! Please,vania dengerin penjelasan aku dulu,," Pinta seorang lelaki padaku. Aku menatap datar lelaki di depanku. "Cukup deh Ardy,gak usah drama !! Aku tahu kok semua kebusukan kamu,bahkan sampai ke akar-akarnya,"Ucapku "Van,kamu salah faham,itu gak seperti yang kamu lihat," Lelaki ini berusaha berbohong lagi. "Cukup !! Ardy saat ini kita gak ada hubungan apa-apa lagi,jadi menurutku kamu pergi aja," Aku menyuruh tanpa rasa menyesal sedikitpun,dan aku meninggalkan Ardy mematung sendiri. Aku memang telah lama mengetahui kebejatan Ardy selama pacaran denganku,bukan berarti aku masih cinta,sampai aku mau kembali lagi pada Ardy,aku hanya merasa Ardy cukup berguna untuk aku manfaatkan,terdengar kejam memang. Namun kali ini aku jengah dengan kelakuan Ardy yang semakin parah,maka dengan senang hati aku memutuskan hubungan dengannya. Setelah beberapa Minggu aku memutuskan meninggalkan Ardy,bukan berarti juga Ardy begitu saja menerimanya,malah ia semakin gencar mengejar diriku. "Re,bantuin dong.." Pintaku pada temanku Rere yang tengah menyeruput secangkir kopi. "Kenapa ?? Si cowok gak modal itu masih ngejar-ngejar kamu??" Rere seakan tahu yang aku pikirkan. Aku mengangguk "Iya re,, aku tuh risi tau gak,aku harus gimana ya ?? Soalnya dia nekat re" Ujarku. "Jalan satu satunya kamu harus pergi,dan jangan dateng ke kantor dulu." Rere memberikan sedikit solusi. "How ?? Gimana ?? pindah ke mana ?? Terus yang handle kerjaanku siapa??" Tanyaku bertubi-tubi. "Slow down baby, soal kerjaan aku bisa handle semuanya,dan soal kamu tinggal dimana,itu aku juga bisa bantu,jadi ibu bos santai aja," Rere memberikan solusi yang membuat aku sedikit lega. "Lalu,sepertinya kamu harus ganti profesi deh," Aku menatap aneh temanku ini. "Profesi apa re ??" Rere berfikir sejenak "Ah aku tahu !! Teman mamaku kemarin mencari seorang perawat untuk merawat anaknya yang lumpuh,kamu bisa tuh,siapa tahu kalau Ardy tahu pekerjaan kamu,dia bakal ilfeel sama kamu," Ucap Rere. Aku juga berfikir sejenak,menimbang keputusan. "Emang harus perawat ya re??" "Ya,itu yang ada,kamu gak punya waktu lagi buat nyari kerja," Setelah berfikir cukup lama,aku pun memutuskan untuk mengikuti saran dari Rere. "Oke,nanti aku kasih alamat nya,kamu tinggal datengin aja,nama ibunya Riana," Jelas Rere. Aku mengangguk,mudah-mudahan ini adalah jalan terbaiknya. *** Ini hari kedua aku Vania Adilla Hadinata bekerja dirumah seorang wanita bernama Riana,walaupun sempat mendapat penolakan dari anaknya yaitu pak Beryl,aku tetap bekerja. "Selamat pagi ibu Riana," Sapaku yang menggunakan baju khas perawat berwarna pink putih,serta masker yang tetap menempel di mulut. "Selamat pagi juga Vania," Balas bu Riana yang tengah menyiram tanaman anggrek kesayangan nya. "Vania,kamu siapin sarapan buat Beryl ,lalu kamu ajak Beryl keliling komplek ya," Titah Riana. "Iya Bu," Segera aku menyiapkan sarapan untuk pak Beryl,dan membawakan nya kekamar. "Selamat pagi pak Beryl,saya bawakan sarapannya." Ucapku sebelumnya mengetuk pintu dulu. "Taro aja," Jawabnya ketus. "Baik pak,nanti setelah sarapan saya akan ajak bapak keliling," Pak beryl berbalik menghadapku,"Kamu gak usah urusin hidup saya,dan jangan mengatur saya,ngerti ?!!" Jawaban yang sangat tak diharapkan olehku. "Saya hanya menjalankannya pekerjaan saya,itu juga atas perintah ibu Riana,"Balasku. "Terserahlah," Aku pun kembali keluar. "Baru kali ini,ngadepin orang begini," Aku menggerutu. Sebenarnya pak beryl belum tua,sepertinya dia dua tahun diatasku,aku hanya segan saja memanggilnya dengan embel-embel bapak. * Setengah jam kemudian pak Beryl keluar dari kamarnya,pertanda jika ia sudah selesai sarapan. Aku menghampiri beryl "Pak Beryl,saya ajak bapak keliling komplek ya??" Aku berbicara seramah mungkin. Namun bukan Beryl namanya jika ia menerima dengan senang hati ajakan ku,bahkan ia tak menggubris ajakanku. "Baik pak,ayo kita jalan sekarang," Tanpa menunggu jawaban dari pak Beryl, aku langsung mendorong kursi rodanya keluar. "Tunggu!!" Aku menghentikan dorongan nya. "Ada apa pak ?"Tanya ku. "Ambilkan topi saya," Titah nya dingin. "Topi ????" "Iya, apa perlu saya ulangi??" Kata² nya membuat aku bergidik. "Ee... I,iya,," Aku menuruti perintahnya. Tak lama aku kembali membawa sebuah topi. "Bukan yang ini !!!" Bentaknya,membuat aku sedikit tersentak. "Maaf, lalu yang mana ?? Bapak aja gak ngomong sama saya,"Protesku. "Makannya kalau orang belum selesai ngomong jangan maen ngoyor aja," Lha perasaan tadi di gak bilang apa-apa lagi deh,ya kali kuping ku yang salah. Aku menarik nafas ku,mengatur emosi yang sedikit lagi memuncak. Kukeluarkan lagi senyum palsu ku. "Jadi yang mana pak ??" Aku bertanya sambil mesem mesem. "Warna hitam,diatas lemari," Cuek banget jawabnya. Aku pun kembali mengambil topi yang benar. Satu hal lagi yang membuatku kesal. Tak ada apa-apa diatas lemari,daripada aku harus kembali bertanya dan dia menyemprot ku,lebih baik aku cari sendiri saja. Dan benar, topi itu ada nya di laci nakas,bukan diatas lemari. Astaga !!! Aku kesal dibuatnya. Aku pun menyerahkan topi itu padanya. "Ini pak," "Hmm.." Hanya kata itu yang ia ucapkan ?? Setelah aku capek-capek mencarinya,dia hanya berdehem ??? Ya Tuhan,kalau bisa, aku buang orang ini kelaut. Aku kembali menarik nafas ku dalam,meredakan emosi yang seakan hampir meledak tadi. Aku pun membawanya berkeliling sesuai perintah Bu Riana. © © © © Tbc..
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD