Keesokan harinya Naira sudah berdandan dengan rapih dan siap untuk pergi ke sekolah, seorang pelayan memberitahunya bahwa Andini dan Dave sudah menunggunya untuk melakukan sarapan pagi.
Naira pun mengangguk pelan, Ia melihat Davis yang masih tidur di atas ranjang. Pelayan itu memberitahu Naira bahwa Davis tidak pernah melakukan sarapan bersama, "Tuan Davis biasanya minta dianterin sarapan Nona Muda, " Ucap nya kepada Naira, Naira mengerti bahkan ia sangat menyadari sikap manja seorang Davis seperti apa. Namun terdapat rasa bersalah pada diri Naira, ia merasa belum bisa melayani Davis sebaik mungkin.
Ia berjalan dan pelayan itu mengikutinya dari belakang, Naira menghentikan langkahnya. Lalu bertanya, "Mbak, biasanya jam berapa Tuan Davis melakukan sarapan?" Wajah Naira seolah sedang berpikir.
"Biasanya sebentar lagi nona." Jawab pelayan singkat, Ia kembali melanjutkan langkahnya menuju ruang makan. Sebenarnya Naira ingin sekali memberikan sarapan itu kepada suaminya, namun sayang, Naira harus segera pergi ke sekolah setelah sarapan selesai.
"Good Morning menantu Papa, sini sayang sarapan dulu." Sapa Dave dengan wajah yang sangat sumringah, "Gimana tidur nya nyeyak kan? Davis tidak menyusahkan mu kan nak? " Tanya Dave.
Naira menjawab dengan nada yang sangat gugup, "Ti.. tidak Tu.. Emmm Papa" Jika mengingat hal semalam Naira selalu merasa sedih, apalagi Naira mendengar kalimat-kalimat yang dikatakan suaminya. Walaupun Davis dalam keadaan mabuk, tetap saja perkataan nya membuat Naira merasa sakit hati.
Andini datang menggunakan kursi roda matic miliknya, "Selamat pagi sayang, " Ucap Dave yang segera berdiri dan menyambut Andini dengan kecupan pada ujung kepalanya, Andini tersenyum sangat hangat.
Dalam benaknya bergumam, "Pantas saja Davis tidak memperlakukan wanita seperti Papa nya lakukan, sepertinya Davis tidak pernah melihat keharmonisan Papa dan mama nya" Andini menoleh dan tersenyum saat melihat Naira sudah berdandan rapih menggunakan seragam sekolahnya, Naira merasa memiliki seorang Dania. Dania adalah adik Davis dan Dania sudah meninggalkan mereka karena terjatuh dari atas tangga, usianya tak jauh dengan Naira mungkin hanya terpaut dua tahun saja.
Mereka melakukan sarapan bersama, tak berselang lama Davis datang dan itu merupakan hal yang tidak biasa untuk Dave dan Andini.
"Hai selamat pagi, tumben loh mau turun ke bawah? " Tanya Andini yang bahagia karena melihat anak satu-satunya mau menghampiri mereka saat sarapan pagi, biasanya Davis selalu menolak jika melakukan sarapan pagi bersama.
Davis duduk di hadapan Naira, tepatnya di samping Andini. Tatapan nakal ia tujukan untuk istri kecilnya itu, Naira merasa gugup karena mengingat keadaan semalam.
"Mam, Pap." Panggil Davis bernada pelan, "Davis sama Naira mau ke Amerika, " Naira terkejut dengan ucapan Davis, Amerika adalah salah satu Negara yang menjadi Negara favorit nya.
"Naira kan masih sekolah, tunggulah dua minggu lagi. setelah hari libur datang, kalian pergi ke sana, tapi gak lama iya karena libur sekolah hanya dua minggu" Sahut Andini.
"Baiklah, " Dave melihat hal tak biasa di dalam mata Davis, Dave melihat Davis menatap Naira dengan tatapan Nakal.
"Davis, " Dave menatap Davis sembari memanggilnya, "Jangan macem-macem, untuk dua tahun ke depan anggap Naira seperti adik mu, adik yang seharusnya kau jaga. Ingat itu" Davis mengangguk pelan, namun tatapan sebal ia tujukan untuk Naira.
"Papa, Mama. Naira berangkat sekarang, takutnya nanti telat masuk kelas." Pamit Naira sembari menundukkan kepalanya, Naira mengecup punggung tangan kedua mertuanya, ia pun tak lupa mengecup punggung tangan suaminya.
Saat Naira mengecup punggung tangan Davis, Davis membuat Naira semakin gugup karena tangan Davis memegang erat tangan Naira lalu Davis meminta Naira mengecup pipinya di hadapan Andini dan Dave. Naira merasa malu, namun ia tak mampu menolak. Selesai berpamitan, Naira berlalu pergi meninggalkan meja makan dan menuju pintu utama rumah ditemani oleh Assisten Win. Naira dikejutkan dengan suara panggilan dari Davis, "Nai, " Naira menoleh kembali.
"Jangan pulang sore, setelah selesai sekolah kau harus langsung pulang! " Titahnya pada Naira, di balas anggukan pelan dari kepalanya lalu Naira segera pergi.
Saat Naira keluar dari dalam rumah megah itu, ia sudah di suguhkan dengan mobil mewah jenis BMW 8i. Assisten Win memberitahu jika mobil ini di beli khusus untuk Naira, Naira merasa tak percaya dengan apa yang ia dengar.
"Tuan Win, saya bisa jalan kaki ko. Lagipula saya biasa naik bis" Ucap Naira berwajah polos itu, "Saya merasa tidak pantas" Lanjut nya, Assisten Win merasa iba mendengar apa yang Naira bicarakan.
"Nona, ini hadiah yang Tuan Davis berikan" Naira semakin merasa terkejut mendengar kalimat yang disampaikan oleh Assisten Win, Davis lah yang memberikan mobil tersebut. Naira merasa tidak percaya, Davis berucap akan memberikan Naira penderitaan karena menerima perjodohan itu namun mengapa Davis memberikan Naira sebuah mobil mewah.
"Saya harap Nona mengerti, jika Tuan Davis mengetahui anda menolak hadiah yang diberikan olehnya. Saya pastikan Tuan akan marah kepada Nona, saya harap Nona menerimanya" Tutur Assisten Win, Naira pun menerima hadiah tersebut. Naira pergi bersama Anggie, Anggie seorang supir wanita yang sudah di siapkan oleh Dave dan Davis untuk mengantar Naira bepergian.
Anggie adalah wanita perawakan Indonesia-China, matanya sipit namun ia sangat cantik sekali.
Mobil yang di kendarai Anggie melaju dengan kecepatan sedang, Naira merasa senang saat melihat wajah cantik Anggie. Naira berpikir seharusnya Anggie lah yang menjadi istri dari Davis, karena mungkin usia Anggie hampir dekat dengan suaminya itu.
"Nona Anggie, sudah lama kerja bersama Tuan Dave dan keluarga? " Tanya Naira.
"Baru hari ini Nona muda? " Jawabnya di iringi senyuman manis di wajahnya.
"Hah, baru hari ini? "
"Iya Nona, " Sahut Anggie, "saya di khususkan untuk mengantar dah menemani Nona muda, saya juga diperintahkan untuk melindungi Nona" Sambung Anggie, Naira merasa semakin terkejut dengan keadaan ini. Ia merasa begitu sangat spesial, Naira terdiam mencoba meresapi kalimat terakhir dari Anggie.
"Melindungi? " Tanya Naira dalam hati, "Apa Tuan Dave tahu mengenai bullying yang aku terima di sekolah ini? " Tanya nya kembali dalam hati.
"Ah sudahlah, lupakan! " Susul Naira kembali, sampailah Naira di halaman sekolah. Naira enggan jika Anggie mengantarnya dan menurunkan Naira di depan lobby sekolah, Naira sempat meminta agar Anggie mengantarkan nya sampai di halaman parkir mobil saja namun, Anggie tidak bisa menurutinya karena Tuan nya meminta agar dirinya mengantarkan Naira hingga masuk kedalam kelas.
Naira menolak, namun Anggie tetap memaksa nya. Naira berjalan di ikuti oleh Anggie, seorang wanita seusianya memanggil Naira dengan nada yang cukup keras. "Naira, Babu!! " Ucapnya, Anggie menoleh dan mencari sumber suara tersebut.
Seorang gadis cantik blasteran Indonesia-belanda itu terlihat berjalan menghampiri Naira, "Gw mau lo kerjain LKS gw! " Titahnya dengan sarkas pada Naira di hadapan Anggie, ia menatap Anggie dengan tatapan tidak suka namun tatapan tajam tak kalah Anggie berikan kepadanya.
Dia Sherin, Sherin adalah gadis terkaya di dalam sekolah itu. Sherin juga dikenal sebagai gadis yang banyak di favoritkan oleh siswa di dalam sekolah tersebut, Sherin selalu menjadikan Naira sebagai pembantunya, sering sekali Naira mengerjakan tugas, membelikan makanan di kantin sampai suatu saat Naira di minta untuk membawakan tas serta peralatan yang sering Sherin bawa. Namun tidak untuk sekarang, Naira sudah cukup mendapatkan perintah dan hinaan darinya.
Anggie menatap sarkas wajah Sherin, "Nona muda, kau tak perlu mengikuti perintahnya. Silahkan Nona masuk ke dalam kelas! " Titah Anggie tanpa menatap wajah Naira, Anggie berbicara sembari menatap wajah Sherin.
"Siapa lu? BodyGirl nya Naira? Nona Muda? Sejak kapan Naira kaya? Bokap nya aja kadang jadi pesuruh di rumah gw" Cibir Sherin di balas dengan tatapan keji dari Anggie.
"Lu jadi simpanan om-om iya, atau lu udah nikah sama Om-om kaya yang bisa elu keruk hartanya sampai elu kuras habis, OMG kemiskinan emang bikin lupa dosa sih! " Cibir Sherin kembali, Naira hanya mampu terdiam mendengar cibiran yang Sherin sampaikan namun tidak dengan Anggie, ia seakan merasa terbakar saat mendengar celoteh bibir Sherin
"Maaf, apa mulut anak sekolah itu seperti mulut anda? Saya ingin bertanya menurut anda Nona, Apa yang membedakan kaya atau miskin dan cantik atau buruk rupa? " Ketusnya berbicara pada Sherin membuat Sherin merasa kesal.
"Apa harus Nona Naira menjelaskan mengenai kehidupannya, apa harus Nona Naira menyombongkan harta keluarga yang dipunyai olehnya. Nona Naira gadis baik, tidak seperti anda yang menyombongkan harta orang tua!! "
"Ingat Nona, Hari ini saya tegaskan. Siapapun yang membuat Nona Naira kesusahan, terhina bahkan menderita. Saya pastikan siapapun akan merasakan hal yang sama!! " Ucap Tegas Anggie membuat Sherin merasa kesal, namun Sherin merasa takut saat mendengar kalimat ancaman yang diberikan oleh Anggie.
Bel pun berbunyi lantang, membuyarkan suasana panas diantara Anggie dan Sherin. Dalam hatinya, Sherin bergejolak penasaran, ia merasa penasaran dengan keadaan Naira bahkan ia merasa aneh dengan hingar-bingar wajah Naira, apalagi Naira memakai sebuah cincin berlian yang sangat mahal.
Ia tahu betul cincin dan kalung Naira adalah barang yang sudah lama ia minta kepada Ayahnya, ia menatap terus wajah Naira dan sesekali ia menatap Anggie yang berdiri di depan ruang kelas mereka.
"Ada apa dengan Naira?, Mengapa dia menjadi beruntung seperti itu" Sherin terus menerus bertanya di dalam hati mengenai nasib baik yang secepat kilat berpihak pada Naira. Beberapa teman Sherin pun berpikir hal yang sama dengannya, hingga bel istirahat pun berdering. Anggie masuk kedalam kelas untuk menghampiri Naira, Anggie memberikan makanan yang ia beli di dalam kantin sekolah itu.
"Nona muda, saya belikan Sandwich dan Jus strawberry. Tanpa gula dan hanya memakai s**u sedikit" Naira benar-benar merasa heran terhadap Anggie, hingga makanan kesukaan Naira saja Anggie sampai mengetahuinya. dulu sebelum Naira menikah dengan Davis, untuk sekedar membeli semangkuk mie saja ia tak mampu, kadang jika ia membeli semangkuk mie, ia harus pulang berjalan kaki dan jarak sekolah sampai rumahnya saja menempuh waktu 1 jam dan setelah itu Naira selalu merasakan kelelahan namun berbeda dengan sekarang, ia tak perlu lagi menahan rasa laparnya.
Sherin tetap memberikan tatapan ketidaksukaannya terhadap Naira, Sherin berniat untuk mencari tahu tentang apa yang dapat mengubah nasib Naira.
Beberapa Jam kemudian, sekolah sudah hampir selesai. Guru Naira sedang memberikan penjelasan mengenai nilai yang sebentar lagi akan di umumkan, sebentar lagi Naira akan naik kelas menjadi kelas 11. Naira tetap menjadi siswi yang sangat pintar, dan pastinya Naira akan menjadi juara umum kembali, wali kelas Naira sudah mengumumkan mengenai hal itu, ia berucap salah satu murid yang menjadi Favorit nya tetap mempertahankan juara umum di dalam sekolahnya dan sebelumnya beliau selalu berucap hal yang sama.
Naira merasa sangat bangga karena selalu bisa memberikan Nilai yang terbaik dari sekolahnya itu, Anggie pun berdiri sembari menatap haru saat Naira maju dan di berikan selamat oleh wali kelasnya.
"Nai selamat iya, Ryan makin suka tuh! " Celetuk salah satu siswa di sekolahnya, Naira tak membalas kalimat tersebut. Naira hanya tersenyum karena merasa bangga dengan pencapaian tersebut dan bel waktunya pulang sudah berkumandang, Guru memberikan ijin untuk siswa serta siswi nya untuk segera pulang.
"Selamat iya Nai," Ucapan selamat diberikan satu persatu dari teman-teman sekelasnya kecuali Sherin dan kawan-kawan, Naira begitu sangat bahagia mendapat ucapan selamat dari mereka.
Munculah sosok Ryan, Ryan seorang murid yang memiliki ketampanan bak artis korea. Matanya sipit namun hidungnya terlihat mancung, kulitnya putih dan ia adalah salah satu murid lelaki yang menyimpan rasa terhadap Naira, namun Ryan tahu jika dia mendekati Naira, Naira akan menjadi korban kekerasan dari Sherin dan kawan-kawan. Sherin sangat menyukai Ryan, dia rela memberikan apapun untuk Ryan.
"Nai, " Panggil Ryan, "selamat iya" Ucapnya.
"Hmmm, Iya.. " Jawab Naira singkat.
"Mau jalan sama aku gak, aku teraktir deh! " Ucap Ryan dengan santai, Naira tak menjawab dan Anggie lah yang mengambil alih jawaban Naira.
"Maaf Anak muda, orang tua Nona Naira sudah menunggu di rumah. Nona Naira tidak memiliki waktu untuk bermain, permisi" Ucap Anggie, "Mari Nona, " Ajak Anggie kepada Naira, jauh di dalam lubuk hati Naira, Ia menginginkan hal itu. Sedari dulu Naira tidak dapat memiliki rasa berani untuk mendekati Ryan, mungkin karena ancaman dari Sherin namun, kali ini rasa hati untuk dekat dengan Ryan sudahlah pupus. Naira sudah terikat pernikahan dengan seorang pria yang sama sekali belum mencintai nya, namun Naira selalu menyadari akan hal itu.