MHMC Bagian Empat

936 Words
Jangan kau membuatnya melayang jika akhirnya kau membuatnya terjatuh.     Mata Keyra masih terus menatap ke arah Ragas yang sudah duduk di kursinya bersama dengan dewan direksi dan pemegang saham di perusahaan tempatnya bekerja. Bahkan, Keyra sama sekali tak menghiraukan teman-temannya yang sedang meracau. "Amazing, daebak, luar biasa! Setampan dan se-berkharisma itu Big boss baru kita," gumam Sarah menatap lekat-lekat ke arah Ragas. "Gue cowok normal, tapi entah kenapa gue terpesona sama big boss kita," timpal Willy. Keyra hanya mengerutkan keningnya, ia masih tidak percaya dengan apa yang saat ini sedang terjadi. Dia terus meyakinkan bahwa penglihatannya itu salah. Tetapi, semakin Keyra menatap big boss nya, Keyra semakin tidak mau meyakini bahwa benar dia adalah Ragas. "Selamat pagi semuanya." Ucap Ragas seraya berdiri dari tempat duduknya. Ia mengedarkan matanya ke setiap sudut ruangan, melihat satu persatu orang-orang yang berada di dalam ruangan tersebut. "Perkenalkan, saya Ragasa Putra Dekarsa. CEO Dekarsa Grup yang baru." Lanjutnya seraya membungkukkan tubuhnya, memberi salam. Dan lagi-lagi, pandangan mereka berdua kembali bertemu dengan seulas senyum tipis tercetak di salah satu sudut bibir Ragas. Kenapa gue gak sadar nama belakangnya sama dengan nama perusahaan gue sih? tanya batin Keyra sembari menggeleng-gelengkan kepalanya frustasi. *** Setelah rapat besar selesai, seluruh dewan direksi dan para pemegang saham satu persatu keluar dari aula rapat. Kini tinggal para kepala masing-masing divisi dan perwakilan beberapa karyawan dari masing-masing divisi yang berkumpul. "Bisa saya minta hasil laporan kinerja kerja tiap masing-masing divisi selama tiga tahun ke belakang?" tanya Ragas tegas dan lebih terdengar serius. Wahyu menatap Keyra yang masih berjibaku dengan pikirannya, lalu menyikut lengan wanita itu. Setelah kembali dari pikirannya, Keyra dengan cepat mengambil berkas yang ada di atas mejanya dan segera ia serahkan pada Ragas yang ada di lingkaran meja paling bawah, mengikuti para wakil dari divisi lain yang juga sedang menaruh berkas mereka masing-masing. Jangan ditanya, bagaimana perasaan Keyra saat ini. Dia masih benar-benar terkejut dan masih belum bisa menerima kenyataannya. Tangannya bergetar saat menyerahkan berkas yang sudah ia susun selama seminggu terakhir ini. Keyra tidak berani menatap mata Ragas yang sedari tadi memperhatikan dirinya. Tanpa sengaja, berkas di tangannya begitu saja terjatuh dan berhambur di bawah kaki Ragas. Wanita itu segera merapihkan berkasnya bersamaan dengan Ragas yang membungkukkan tubuhnya. "Maaf membuatmu terkejut, aku juga sama terkejut seperti kamu, Key," bisik Ragas. Untuk sesaat iris mereka saling bertemu. Menyadari mimik wajah Keyra yang masih terkejut dan gelagatnya yang masih kebingungan, Ragas kembali berbisik, "Kita bicarakan di rumah nanti," ujarnya, yang dijawab dengan anggukan pelan oleh Keyra. *** Ragas sudah kembali ke ruangannya yang berada di lantai lima belas gedung Dekarsa Grup. Pria itu memanggil asistennya sekaligus sahabat lamanya yang sedari tadi mengekor di belakang hingga ke ruangannya. "Sen, kok lo gak ngasih tahu gue kalau Adeera kerja di perusahaan?" tanya Ragas pada asistennya. Pria yang merangkap sahabat lamanya Ragas itu tahu, jika Ragas baru saja menikahi Keyra kemarin. "Gue aja baru tahu tadi pagi, pas lo lagi meeting sama para dewan direksi." Jawab Sendi sambil menyerahkan cv saat Keyra dulu melamar ke perusahaan tersebut. Ragas menatap kertas di hadapannya, membaca kata demi kata isi dari cv Keyra. Ketika di kolom lainnya, Ragas mengerutkan dahinya lalu bergumam, "dia masih takut pada api besar, ruang sempit dan gelap." "Serius?" timpal Sendi yang mendengar gumaman sahabatnya itu. "Iya, secara alami dari dalam dirinya, ia masih menolak untuk melupakan traumanya saat itu." Lanjut Ragas. "Dan lo yang dengan tiba-tiba pergi ninggalin Keyra dalam keadaan down tanpa memberi kabar sedikit pun sama dia, menambah traumanya," balas Sendi. "Iya, itu adalah kesalahan terbesar gue yang bikin gue menyesal sampai detik ini, Sen." Lirih Ragas dengan pandangan menerawang. *** Seperti biasanya, divisi Administrasi dan Keuangan disibukkan dengan laporan pendapatan dari tiap anak cabang Dekarsa Grup. Mengecek satu persatu laporan yang mereka terima dan memeriksa kembali seluruhnya. Tapi pikiran Keyra masih dipenuhi pertanyaan-pertanyaan mengenai pria yang dinikahinya kemarin. Ia masih belum bisa percaya, bahwa pria yang dinikahinya kemarin itu adalah pemilik dari perusahaan tempatnya bekerja. Apa yang harus gue katakan saat ketemu sama dia nanti dirumah? tanya batin Keyra. Keyra mengacak-ngacak rambutnya frustasi, hingga tak sadar kubikelnya diketuk oleh Wahyu yang berdiri di depannya. "Keyra Adeera!" panggilnya. Wahyu kembali mengetuk kubikelnya. "Keyra Adeera!" panggilnya lagi penuh penekanan disetiap katanya, tetapi wanita itu masih tetap menghiraukannya. Dan saat panggilan yang ketiga kalinya, Keyra baru menyadari jika Wahyu berada di hadapannya dengan wajah kesal. "Pikiran kamu kemana sih Key? Ini masih jam kerja loh, dan kamu malah sibuk sama pikiran kamu. Saya gak mau tau iya, laporan anak cabang di Malaysia harus sudah saya terima setelah makan siang." Ketus Wahyu sambil pergi meninggalkan kubikel Keyra. Sarah yang kubikelnya tepat di samping Keyra langsung menggeser kursinya mendekati Keyra yang sedang terlihat risau. "Lo ada apa sih Key, mikir sampe sebegitunya?" "Gue gak nemuin jawaban apapun dari pikiran gue Sar, hanya ratusan pertanyaan tanpa ada jawabannya," jawab Keyra sambil menundukkan kepalanya dan menidurkan nya ke atas meja. Sarah menoleh pada Jihan yang mengedikkan bahu, tanda tak tahu. "Beresin laporan sebelum Pak Wahyu bener-bener murka sama lo!" Peringat Sarah sembari kembali ke kubikelnya. Keyra menarik napas dalam-dalam lalu membuang semua pikirannya yang mengganggu dan mengembalikan pikirannya pada pekerjaan yang menanti di hadapannya. Dia kembali membuka komputernya, lalu memeriksa kembali beberapa laporan pendapatan yang sudah dia terima, "Fokus Key, fokus!" gumamnya pada diri sendiri, tetapi fukusnya gagal saat Keyra tanpa sengaja melihat Ragas berjalan masuk ke ruangannya bersama dengan asistennya. Wanita itu kembali dikejutkan dengan adanya Sendi, orang yang dahulu sempat berteman baik dengannya. "Sendi?" gumamnya bahkan tak dapat didengar oleh siapapum. Kejutan apalagi ini? Tanyanya dalam hati. Kedua pria itu menoleh menatapnya dengan wajah tanpa ekspresi. Sedangkan semua karyawan disana berdiri dan membungkuk memberi hormat. Keyra yang kembali bergelut dengan pikirannya memejamkan matanya sesaat dan mengusap wajahnya dengan frustasi. "Ah ... Tuhan, mana jawaban semua pertanyaanku?" gumamnya seraya menengadahkan kepala ke atas, dan membuat karyawan yang melihat tingkah Keyra menahan tawanya masing-masing. "Jawabannya masih belum lu download!" sahut Jihan sekenanya.   *** 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD