Jalan Bersama

1134 Words
"Husna mau jalan-jalan enggak sama, Tante? Kita beli boneka mau?" Annisa ingin mengajak Husna jalan ke luar. "Mau. Tapi perginya sama, Ante?" "Iya. Nanti minta dianter aja sama Papa. Gimana, Capt mau enggak nganter saya jalan sama Husna?" "Boleh, tapi perginya nanti sore aja ya. Kita makan, tidur siang dulu. Kalau sudah sore, mandi, baru jalan, gimana?" "Mau. Kalo sekalang main dulu sama Ante boleh enggak, Pa?" tanya Husna mengambil beberapa boneka dan beberapa cangkir serta teko plastik. "Boleh dong. Kamu mau main aja sama Tante Annisa ya. Papa mau ke kamar dulu. Nis, titip Husna dulu ya." Annisa mengangguk mengambil menyusun boneka di lantai. Aditya meninggalkan mereka berdua bermain bersama. Husna mengajak Annisa bermain pesta minum teh bersama beberapa boneka. "Ini beluangnya mau minum teh dulu ya, Ante. Telus boneka hello kitty sama dolaemon juga mau minum teh. Ante bantuin hello kitty minum teh." Annisa mendekatkan cangkir ke mulut hello kitty yang berada di sebelahnya. Mereka terus bermain sambil tertawa riang hingga mama Aditya memanggil untuk makan siang. "Nisa, tolong panggil Aditya ke kamarnya. Tadi Mama ketok pintunya tapi enggak ada jawaban. Mungkin dia lagi tidur." Mama Aditya masuk kamar sambil mengajak makan dan memberikan perintah memanggil Aditya. "Iya, Tante. Ayo, Husna kita ke kamar Papa dulu. Jangan-jangan Papa tidur ya?" Annisa menggendong Husna menuju kamar Aditya. Sebelum masuk kamar, Annisa mengetuk pintu kamar terlebih dahulu. "Ternyata Papanya tidur. Coba Husna bangunin dulu Papanya," ucap Annisa sambil menurunkan Husna dari gendongannya. Annisa menunggu di dekat pintu, tidak berani mendekati ranjang Aditya apalagi membangunkannya. Husna berjalan mendekati ranjang Aditya. Dia mendekat untuk membangunkan papanya. Satu kecupan mendarat di pipi Aditya dari Husna. Gadis kecil itu naik ke ranjang papanya. "Papa, bangun." Husna menepuk-nepuk punggung Aditya. Aditya membuka mata dengan perlahan. "Kata Nenek ayo makan." "Hmm ... iya, ayo." Aditya mengajak Husna turun dari ranjang. Dia berjalan ke kamar mandi untuk mencuci muka sebelum keluar kamar. Keluar dari kamar mandi dia terkejut melihat Annisa yang berdiri di dekat pintu bersama Husna. Aditya mengernyitkan dahi. "Ngapain kamu di sini? Mau ngeliat saya tidur? Saya kalau tidur tetap ganteng kok." Annisa memutar bola matanya mendengar ucapan Aditya. Ada sedikit rasa kesal mendengar ucapan tersebut. "Saya disuruh Tante ngecek Captain ke kamar. Terus saya bawa aja Husna ke sini. Daripada saya bingung harus bangunin dengan cara gimana." "Oh ya udah. Enggak usah nyolot kan? Ayo makan dulu." Aditya melewati Annisa yang berdiri di dekat pintu, keluar dari kamar lebih dahulu. Annisa mengikuti di belakangnya menuju ruang makan untuk makan siang bersama. *** Aditya, Annisa dan Husna sudah tampil rapi, mereka akan menuju sebuah mall yang terdekat lokasinya dengan rumah orang tua Aditya. "Ayo jalan sekarang." Ketiganya sudah masuk mobil. Husna duduk di pangkuan Annisa. Dia merasa sangat senang bisa jalan bersama Aditya dan Annisa. "Aku udah enggak sabar pengen main baleng, Ante." Husna berkata dengan semangat. "Tante juga udah enggak sabar." Mobil Aditya memasuki parkiran mall. Mereka mendapat parkiran di basemen. Setelah mobil terparkir dengan baik. Ketiganya turun dari mobil menuju mall. Aditya mengendong Husna masuk lift menuju lantai 3. Di dalam lift hanya ada mereka bertiga. Lift berhenti di setiap lantai. Setiap ada yang masuk, Aditya bergeser ke arah Annisa. Sehingga Annisa bergeser mendekati diding lift. Sepertinya memang Aditya sengaja menggeser Annisa ke tembok karena setiap orang yang masuk lift kebanyakan pria. Sampai di lantai 3 Aditya membiarkan Annisa keluar dari lift lebih dulu. Pengunjung mall cukup ramai. Dengan sigap Aditya menjaga Annisa kalau ada pria yang akan lewat di sebelahnya Annisa. Namun, Annisa belum menyadari hal ini. Dia terus berjalan dengan santai. "Kita ke mana?" tanya Annisa. Pandangannya mengelilingi lantai 3. "Ke tempat main aja di depan." Aditya menunjuk ke arah tempat permainan anak yang cukup ramai sore itu. Tiba di sana, Husna sudah minta untuk main mobil-mobilan. Namun, dia harus menunggu sampai Aditya mendapat kartu akses untuk bermain. "Mau naik mobil, Pa." Husna menarik baju Aditya. "Ayo." Aditya menggendong Husna. "Kamu ikut juga. Bisa kok untuk bertiga." Aditya mengajak Annisa untuk mencoba permainan mobil bom bom car. Adit memilih mobil yang bisa dinaiki oleh tiga orang. Ketiganya naik. Mobil baru bisa bergerak setelah petugas di permainan memberikan aba-aba. Menaiki mobil itu, mereka bisa saling tabrak, tetapi tidak semua orang suka ditabrak mobilnya. "Tablakin, Pa." "Jangan, nanti yang lain marah." Aditya hari itu tidak ada niatan untuk menabrak mobil lain. "Kalau Tante Annisa mau nyetir sendiri, kita bisa tabrak dia." "Ya sudah, Ante nyetil sendili aja." Mata Annisa membulat tetapi dia merasa tertantang untuk menyetir bom bom car sendiri. "Ayo, Tante enggak akan kalah." "Tunggu selesai dulu permainan pertama." Sesi permainan pertama Aditya berakhir. Aditya mengendong Husna turun untuk pindah mobil. "Kamu di sini aja. Biar saya yang pindah." Annisa mengangguk. Saat petugas memberikan tanda untuk memulai. Annisa belum melajukan mobilnya, Aditya sudah menabrak lebih dulu. Tubuh Annisa berguncang. Aditya memundurkan mobilnya, belum terlalu jauh mundur Annisa sudah menabrakkan mobilnya. "1-1, ya." Annisa mengangkat kedua tangannya karena senang bisa balas menabrak. "Loh aku belum siap." Aditya protes. "Emang tadi aku udah siap? Kan sama aja belum." Annisa tidak mau kalah. Selanjutnya yang terjadi pada mobil keduanya lebih banyak kejar-kejaran, sesekali saling tabrak. Yang paling bahagia dan menikmati permainan ini adalah Husna. Dia tertawa puas melihat Aditya dan Annisa saling menyalahkan. Sesi permainan kedua berakhir. Mereka mencoba permainan lain. Sore itu adalah waktu yang membahagiakan untuk Husna bisa bermain dengan puas bersama Annisa dan Aditya. Mereka pulang ke rumah setelah makan di mall. Di perjalanan pulang, Husna tertidur pulas dalam pangkuan Annisa. "Kayaknya Husna seneng banget ya, Capt?" "Iya. Seneng banget dia bisa main sama kita. Lain kali kita ajak ke sini lagi gimana?" "Boleh aja. Ke tempat lain juga enggak apa-apa. Biar Neneknya enggak pusing ngurus cucu." *** Waktu libur sudah selesai. Waktunya bekerja kembali. Kali ini Annisa bertugas bersama Aditya. Mereka tidak bertugas bersama Nita kali ini. Aditya menempatkan Annisa di kabin depan agar bisa melayaninya untuk urusan makan dan minum selama penerbangan. Aditya menunggu pasangannya yang akan menemaninya di kokpit. Beberapa saat kemudian datang seseorang yang sangat dia kenali. "Lapor, Capt. Kali ini saya yang akan menemani Capt selama penerbangan untuk beberapa hari ke depan." Danu datang, memberikan hormat pada Aditya. "Loh kok kamu? Emang kamu enggak ada tugas? Mestinya siapa yang tugas nemenin saya?" Aditya merasa heran melihat Danu yang datang. "Co pilot kamu sakit. Mereka minta aku ke sini. Padahal ini hari pertama aku libur. Jadi lembur deh." "Bagus kalau gitu. Aku istirahat kamu aja yang jadi pilotnya." "Enak aja. Kamu lah pilotnya. Aku nemenin aja." Aditya mengajak Danu masuk kokpit. Tak lama kemudian Annisa juga masuk membawakan kopi. Danu menoleh pada Annisa. "Eh, Nisa. Aku mau juga dong kopi satu." Danu menyapa dan tersenyum dengan ramah. "Ok, Capt. Ditunggu ya." Annisa juga tersenyum ramah. Aditya memperhatikan interaksi antara Danu dan Annisa yang saling lempar senyum. Melihat itu membuat d**a Aditya bergemuruh.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD