Bab 1 - Melahirkan si kembar
Nayla Kusuma menggeliat dalam tidurnya, perutnya yang membuncit terasa penuh. Kandungannya sudah memasuki bulan kesembilan, membuatnya sering terbangun di tengah malam hanya untuk buang air kecil.
Ia melirik ke samping, suaminya, Ricky Pratama, masih terlelap. Nayla tidak tega membangunkannya. Dengan hati-hati, ia bangkit dari ranjang dan berjalan perlahan menuju kamar mandi, tangannya memegangi perutnya yang besar.
Sesampainya di kamar mandi, Nayla segera menuntaskan hajatnya. Setelah selesai, ia berbalik hendak keluar, namun kakinya tiba-tiba terpeleset.
"Aaarghh.. Tolong aku Mas Ricky!"Teriaknya, suaranya bergetar menahan sakit. Ia jatuh terduduk di lantai kamar mandi yang dingin
Nayla merasakan sakit yang luar biasa di perutnya. Ia menyadari ada sesuatu yang tidak beres. Darah mulai mengalir dari kedua kakinya, membasahi lantai kamar mandi. Ia tergeletak lemah tak berdaya di tengah genangan darah.
Teriakan Nayla membangunkan Ricky. Ia langsung terduduk di ranjang, jantungnya berdegup kencang. "NAYLA...!!!" teriaknya panik. Ia segera berlari menuju kamar mandi dan mendapati istrinya tergeletak di lantai bersimbah darah.
Ricky berlutut di samping Nayla, air mata mulai membasahi pipinya. "Sayang, kamu kenapa? Apa yang terjadi?" tanyanya dengan suara bergetar.
"Aku... aku terpeleset, Mas Ricky. Sakit sekali... Anak kita mas.." Ujar Nayla meringis kesakitan, wajahnya pucat pasi. Dia memegangi perut bagian bawahnya. Nayla sudah mengalami pendarahan hebat, gaun tidur yang dikenakan olehnya telah ternoda oleh darah.
"Ya Tuhan, Nayla!" Ricky berlutut di samping istrinya, wajahnya pucat pasi. Ia mengangkat Nayla ke dalam pelukannya, merasakan tubuh istrinya bergetar hebat.
"Bertahanlah, Sayang. Aku akan membawamu ke rumah sakit." Ucap Ricky dengan suara yang bergetar.
Ricky segera mengangkat Nayla dan membawanya keluar dari kamar mandi. Ia berteriak memanggil Ardi, sopirnya, untuk segera menyiapkan mobil.
Nayla hanya dapat mengangguk pelan sebagai jawaban, menahan rasa sakit yang teramat sangat di bagian bawah perutnya.
Nayla menggenggam tangan suaminya dengan sangat erat, hanya untuk mengurangi rasa sakit. Dengan sekuat tenaga, Ricky menggendong Nayla keluar dari pintu utama, membawanya menuju mobil yang terparkir di depan mansion mewah mereka.
"Ardi, cepat jalankan mobil sekarang juga! Kita akan pergi ke rumah sakit terdekat!" Teriaknya pada sopir yang ada di dalam kediamannya tersebut.
"Baik, Tuan Ricky." Jawab Ardi, kemudian ia segera berlari dan membukakan pintu mobil bagian belakang untuk Ricky.
Dengan hati-hati, ia membaringkan Nayla di kursi belakang mobil. Ricky membaringkan kepala Nayla di atas pangkuannya, sambil menggenggam erat tangan sang istri.
Ricky juga menghubungi pihak rumah sakit Horizon untuk menunggu kedatangannya di sana.
Di sepanjang perjalanan menuju rumah sakit, Ricky terus menggenggam tangan Nayla, menciuminya, dan membisikkan kata-kata penyemangat.
"Bertahanlah, sayang. Kita akan segera sampai di rumah sakit. Semuanya akan baik-baik saja, Nayla. Kamu kuat, aku tahu kamu kuat. Anak-anak kita membutuhkanmu."
Nayla tersenyum lemah. Ia tahu kondisinya sangat buruk. Ia merasakan sakit yang luar biasa di perutnya, namun ia berusaha bertahan demi kedua buah hatinya yang akan segera lahir ke dunia.
"Mas Ricky... Sakit..." Bisiknya lemah.
Ardi melajukan mobil secepat mungkin menuju rumah sakit Horizon, sebuah rumah sakit swasta terkenal yang terletak di pusat kota. Dalam waktu 10 menít, mereka akhirnya tiba di rumah sakit. Ardi kemudian turun dan membukakan pintu mobil bagian belakang untuk Ricky.
Setibanya di rumah sakit, Ricky segera menggendong Nayla keluar dari mobil menuju pintu masuk rumah sakit. Perawat di rumah sakit tersebut telah bersiap dan menunggu kedatangan mereka di depan pintu masuk. Dengan sigap para perawat tersebut membawa Nayla menggunakan brankar rumah sakit.
Nayla langsung dilarikan ke ruang gawat darurat. Ricky menunggu di luar dengan gelisah.
Dia mondar-mandir tak karuan. Pikirannya dipenuhi ketakutan dan penyesalan. Ia menyesal tidak bangun menemani Nayla ke kamar mandi. Ia menyesal tidak lebih berhati-hati menjaga istrinya yang tengah hamil tua.
Nayla terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Dokter menemui Ricky dan menyerahkan dokumen persetujuan untuk di tanda tangani olehnya, agar mereka dapat segera melakukan tindakan berikutnya.
Tanpa berpikir panjang, Ricky langsung mengambil dokumen itu dari tangan dokter dan menandatangani surat persetujuan tersebut. Ricky kemudian menyerahkan kembali kepada dokter setelah dia selesai menandatanganinya.
Dokter kembali ke ruangannya, tak lama setelah itu Nayla di pindahkan ke ruang operasi. Saat ini Nayla sedang memperjuangkan antara hidup dan matinya untuk melahirkan kedua buah hatinya.
Di luar ruangan, Ricky dengan setia menunggu, hatinya dipenuhi kecemasan dan kekhawatiran. Ia terus berdoa agar Nayla dan kedua bayinya selamat.
Ricky juga telah menghubungi kedua orang tua serta mertuanya untuk memberitahukan kondisi Nayla saat ini. Tidak lama setelahnya, orang tua dan mertuanya telah tiba di rumah sakit.
"Ricky, bagaimana keadaan Nayla?" Tanya ibunya, Rina Prariwi pada Ricky.
"Nayla berada di dalam ruang operasi, Bu. Saat ini dokter sedang menangani Nayla di dalam sana." Ucap Ricky dengan wajah yang terlihat sangat cemas. Ricky juga menceritakan kronologi bagaimana Nayla dapat berakhir di rumah sakit ini.
Ricky dan yang lainnya berada di luar ruang operasi, menunggu dengan gelisah menantikan kelahiran kedua bayi tersebut. Ricky dari tadi hanya dapat mondar mandir di balik pintu, mencemaskan keadaan sang istri. Pria itu juga merasa sangat cemas menantikan Nayla yang akan segera melahirkan kedua buah hati yang akan lahir ke dunia ini.
Ricky merasakan kelegaan yang luar biasa bercampur aduk dengan kekhawatiran yang mendalam. Tiga setengah jam berlalu terasa seperti siksaan, setiap detik dipenuhi doa dan harapan. Tangisan kedua bayinya memecah keheningan ruangan, membuat air mata haru mengalir di pipinya. Ia bersyukur Nayla dan kedua buah hatinya selamat.
Dokter wanita yang menangani persalinan Nayla keluar dari ruangan dengan senyum ramah di wajahnya. "Selamat ya, Pak Ricky, istri Anda melahirkan sepasang bayi kembar. Seorang bayi laki-laki dan seorang bayi perempuan. Kedua bayi ini lahir dengan kondisi yang sangat sehat. Namun, saya ingin menyampaikan kepada Pak Ricky, bahwa keadaan istri Anda saat ini masih dalam keadaan kurang baik. Kami akan memantaunya dalam beberapa hari ke depan," ucap dokter tersebut dengan nada profesional.
Ricky, beserta orang tua dan mertuanya, merasakan kekhawatiran kembali menghampiri mereka. Kegembiraan atas kelahiran bayi kembar itu sedikit ternodai oleh kondisi Nayla yang masih lemah. Ricky menatap dokter wanita itu dengan tatapan penuh harap. "Bisakah saya melihat istri saya sekarang, Dok?" tanyanya dengan suara yang sedikit bergetar. Kegugupan terlihat jelas di wajah tampan pria tersebut.
Dokter wanita itu tersenyum lembut, berusaha menenangkan Ricky. "Silakan, Pak Ricky, tapi setelah kami memindahkan istri Anda ke ruang perawatan bersama dengan kedua bayi Anda. Kami perlu memastikan Bu Nayla dan bayi-bayi dalam kondisi stabil sebelum menerima kunjungan," jelasnya dengan sabar.