BAB KE DUA BELAS: DAVNY

1002 Words
"Apa yang kamu pikirkan?" Fai melonjak kaget ketika dia merasakan sebuah tepukan di pundaknya. Dan ternyata itu adalah Gina. Ternyata, Fai sejak tadi melamun dan tanpa terasa waktu sudah berlalu dengan cepat. Sekitar setengah jam yang dibutuhkan Gina untuk berjalan bolak-balik. Dan kemungkinan setengah jam lagi untuk mengantri makanan. Jadi, jika sudah ditotalkan, itu sekitar satu jam sudah berlalu. "Kenapa kamu mengagetkanku?" tanya Fai balik. Dia tidak menjawab Gina karena dirinya sendiri tidak yakin apa yang sedang dipikirkannya. "Aku sebenarnya tidak ingin mengagetkanmu, tapi kamu sepertinya tidak menyadari kedatanganku. Aku sudah di sini sekitar lima menit. Ngomong-ngomong, itu sapu tangan siapa?" tanya Gina balik. Dia sudah menjawab pertanyaan Fai, tapi fokusnya berada di sapu tangan itu. Ini adalah pertama kalinya Gina melihat sapu tangan itu. Karena biasanya, sapu tangan Fai jika bukan berwarna hijau ya hitam. "Punya Mamak," jawab Fai dengan asal. Fai sendiri juga tidak tahu mengapa dirinya berbohong. Hanya saja, entah mengapa Fai tidak ingin Gina tahu tentang lelaki itu. Lagi pula, ini mungkin pertemuan pertama dan terakhir mereka. Fai sendiri tidak yakin apakah akan bertemu lagi nanti. Jika bertemu lagi, Fai mungkin hanya akan mengembalikan sapu tangan ini. Yang mana sepertinya adalah sapu tangan yang cukup penting. Terlihat seperti sapu tangan yang sering digunakan, tapi juga sangat terawat. "Oh, aku sudah bawa makan malam kita. Dokter Aldi akan membawa adik-adikmu nanti. Sekarang mereka ada di rumah dokter Aldi, soalnya dokter bilang ingin melihat anaknya dulu," ucap Gina memberitahu. "Aku tahu. Dokter Aldi memang harus pulang, kasihan anaknya. Adik-adikku seharusnya bisa datang ke sini sendiri. Pasti akan ada pihak terkait yang menunjukkan jalan," ujar Fai. Fai sebenarnya tidak ingin terlalu merepotkan dokter Aldi. Karena takut akan ada gosip yang tidak enak nantinya. Lagi pula, dokter Aldi adalah seorang duda, yang mana akan membuat banyak orang berpikir tentang kedekatan mereka. Jika itu Gina atau dokter Yisma, Fai masih bisa menerima bantuan mereka tanpa banyak berpikir. Meskipun Fai benar-benar tidak ingin merepotkan siapapun, tapi dia hanya seorang diri di sini. Di kota yang bukan merupakan tempat kelahirannya. Fai membutuhkan orang lain agar dia tetap bisa berdiri tegak. "Aku tahu bahwa kamu pasti berpikir tentang gosip yang akan menyebar nanti. Jangan khawatir, karena di sini juga ada aku dan dokter Yisma. Jadi bukan hanya kamu sendiri saja dengan dokter Aldi. Gosip hanya akan datang dari orang-orang yang kemungkinan iri denganmu," kata Gina menyemangati. Dia tidak ingin Fai memiliki banyak pemikiran sekarang. Hanya memikirkan tentang jatuhnya pesawat yang dinaiki Mamak saja sudah cukup melelahkan. Jika harus memikirkan gosip yang akan tersebar, Gina takut jika Fai mungkin akan sakit. Nyatanya, memang akan ada orang-orang yang berpikir sempit. Yang masih saja akan menyebarkan berita buruk tidak berdasar, meski orang lain sedang mendapatkan musibah. "Lagi pula, tidak semua orang bodoh. Jadi jangan khawatir. Lebih baik kita makan dulu. Menunggu kabar seperti ini juga membutuhkan tenaga," ajak Gina. Gina mulai duduk di samping Fai, memberikan sedikit jarak agar dia bisa meletakkan semua plastik yang dibawanya. Gina memilih untuk membeli ketoprak, yang mana rasa sambal kacangnya sangat menggugah selera. Selain itu, Gina memesan teh jahe hangat. Di kesempatan seperti ini, penyakit akan sangat mudah menyerang. Dan teh jahe akan mengusir dingin. "Aku juga beli rujak. Mungkin kamu rasanya pening, rujak ini cocok untuk dimakan. Hanya saja, kita harus makan ketopraknya dulu. Takutnya nanti malah sakit perut," ucap Gina dengan semangat. Fai hanya tertawa. Menu yang dipilih Gina sangat sederhana. Untungnya juga dengan porsi yang tidak terlalu banyak. Dalam kondisi seperti ini, Fai sebenarnya sedang tidak bernapsu untuk makan. Jadi, jika porsi besar dan banyak, mungkin makanan ini akan mubazir. Untungnya porsinya masih bisa diterima oleh Fai "Terima kasih, Na. Aku tidak tahu jika tidak ada kamu di sini," ucap Fai dengan tulus. Sedangkan Gina tersenyum sambil membantu Fai membuka sterofoam yang membungkus ketoprak. "Jangan terus berterima kasih. Papa dan Mama akan ke sini besok untuk menemuimu dan adik-adik. Maaf enggak bisa datang sekarang karena jadwal yang enggak bisa diubah dengan begitu saja," ucap Gina. Dia sudah mulai menikmati ketoprak yang dipilihnya. "Aku akan menunggu," balas Fai dengan lembut. Ada rasa penuh syukur yang terdengar dari suaranya. *** Runa menatap ke arah Saka dengan penuh selidik. Namun, Saka yang dipandang hanya cengengesan saja. Sehingga membuat Runa merengut sambil mendengus. Dia tahu bahwa Saka tidak bisa diandalkan. "Ayo makan, jangan hanya dilihat. Sebentar lagi aku harus apel, nanti setelahnya kita bisa pulang," ujar Raka mengingatkan. Saka melihat ke arah jam yang melingkar di pergelangan tangan kanannya, dan memang benar, sebentar lagi akan ada apel malam sebelum tukar shift. Jadi, Saka tidak lagi menggoda Runa, dan memilih duduk di samping Raka. "Raka!" Suara teriakan nyaring itu membuat beberapa orang menoleh. Bukan hanya Raka yang dipanggil. Saat Runa menoleh, dia melihat seorang perempuan cantik berlari ke arah mereka. Senyum mengembang di wajah Runa yang terlihat lelah. "Davny!" teriak Runa sebagai balasan. Yang mana membuat Saka menutup wajahnya. Raka sendiri terkekeh melihat Runa yang lebih antusias dari dirinya. Davny sendiri merupakan pacar Raka sejak sekolah menengah atas. Mereka bisa dibilang bertemu saat masa orientasi siswa. Davny juga merupakan kembang sekolah, banyak cowok yang jatuh cinta padanya. Sekarang ini, Davny memilih menjadi seorang designer dan model. Gaun-gaun yang didesainnya sangat dicari. "Mengapa kamu punya kesempatan ke sini?" tanya Raka, dia memberikan kursi yang didudukinya untuk kekasihnya itu. "Kamu harus duduk dan terus makan. Aku enggak sengaja lewat area ini, jadi aku sekadar mampir. Aku bawa makanan buat yang lainnya juga. Sopir sama bodyguardku lagi bagi-bagi," ujar Davny dengan santai. Dia masih mendorong Raka untuk duduk meskipun cowok itu menolak. "Kamu duduklah. Aku akan cari kursi satu lagi," ucap Saka. Dia benar-benar tidak tahan dengan pertunjukan kasih sayang di depannya ini. "Terima kasih Saka sayang!" ucap Davny dengan senang. Raka hanya bisa mendelik sedangkan Runa benar-benar tertawa dengan puas. Raka adalah tipe pacar pendiam yang cemburuan. Bahkan Saka dan Rayden juga tidak luput dari rasa cemburu itu. Meski Rayden terlalu muda untuk Davny. Dan Davny bukan tipe kesukaan Saka. Tetap saja, Raka akan merasa cemburu. Namun, rasa cemburu itu tidak membuat Davny jauh dari saudara-saudara Raka.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD