84. Bukan Aneh, tapi Istimewa

2278 Words

"Mas Langit bawa anaknya, woi!" "Serius?!" "Anaknya gomoy banget anjir, jadi pengin cium bapaknya." "Heh!" Mereka terkekeh. Ya, hari itu Langit membawa putrinya ke Semesta Media. Biasa, pamer. Di usianya yang ke-29 ini Langit akhirnya punya buntut yang bisa dia momong ke sana kemari. Bahkan gara-gara ada Ana, pulang kerja pun Langit seringnya mendatangi dia ketimbang Kalia. Mencolek-colek dulu pipi gembul Ana, menciuminya, menghidu aromanya, yeah ... tipe-tipe ayah bucin anak. "Sayang, rebahan yang anteng di sini dulu, ya? Papi sambil kerja, oke?" Diletakkannya Ana pada karpet bulu, tepat di sisi Langit. Sejak Ana bayi, itu karpet sudah Langit beli dan tempatnya di situ, di dekat meja kecil, duduknya pun Langit pindah lesehan di karpet dan meja kecil itu sebagai alas laptopnya. Wel

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD