Bab 8. Senyum Meremehkan

1415 Words
Happy Reading Feya berdiri mematung di ambang pintu, matanya terbelalak tak percaya. Api cemburu membakar hatinya, menyaksikan pemandangan yang membuatnya sesak. Darahnya berdesir, denyut nadinya berpacu lebih cepat. Kania, yang menyadari kehadiran Feya dan pintu yang terbuka dengan kasar, hanya melemparkan senyuman sinis. Senyum itu seperti pisau tajam yang mengiris hati Feya. Seolah-olah Kania sengaja mempertontonkan kemesraannya dengan Julio, menunjukkan kemenangannya atas Feya. "Cih, kamu pasti sangat cemburu 'kan?" batin Kania dalam hati. "Hanya seperti ini saja kamu sudah kepanasan, bagaimana denganku di kehidupan yang dulu, yang selalu melihatmu bersama Julio, bahkan kamu berhasil mencuri hati Julio hingga dia akan menikahimu!" Kania memutuskan untuk memainkan sebuah drama, sebuah sandiwara untuk mempermainkan emosi Feya dan Julio. Julio, yang sejak tadi membelakangi pintu, belum menyadari siapa yang telah membuka pintu ruangannya dengan begitu lancang. Penasaran, ia berniat untuk menoleh dan melihat siapa tamu tak diundang itu. Namun, sebelum Julio sempat berbalik, Kania dengan sigap menarik wajahnya agar menghadap ke arahnya. Dengan gerakan lembut, Kania membisikkan sesuatu di telinga Julio. "Kalau kamu tidak menyukaiku, kenapa sekarang kamu diam saja saat kudekati seperti ini?" bisik Kania, nafasnya yang hangat menerpa telinga Julio. Pertanyaan itu seperti sebuah tantangan, sebuah provokasi yang ditujukan untuk menguji perasaan Julio yang sebenarnya. Julio tersentak, kaget dengan pertanyaan Kania yang tiba-tiba. Ia sendiri bingung mengapa dirinya hanya diam saja dan tidak menghindar seperti biasanya ketika Kania mendekat. Sebuah perasaan aneh menjalari hatinya, sesuatu yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Ia merasa terhipnotis oleh tatapan mata Kania yang tajam, terperangkap dalam pesona wanita yang dulu ia anggap sebagai beban. Sementara itu, Feya mengepalkan tangannya erat-erat, kukunya hampir menembus kulitnya. Dari sudut pandangnya, posisi Julio dan Kania terlihat seperti sedang berciuman. Pemandangan itu semakin membakar api cemburu di hatinya. Selama ini, Feya tahu bahwa Julio tidak pernah betah berlama-lama di satu ruangan dengan Kania. Ia selalu menghindar dan menjaga jarak. Namun, apa yang dilihatnya saat ini sungguh berbeda. Ada sesuatu yang berubah di antara mereka. 'Sebenarnya apa yang terjadi dengan Kania?' batin Feya. Kania meniup telinga Julio dengan tiba-tiba, sebuah tindakan yang mengejutkan dan membuat pria itu tersentak mundur. Julio tersadar, menyadari posisinya yang terlalu dekat dengan Kania. Dinding ruangan menjadi saksi bisu kedekatan mereka yang tak pernah terjadi sebelumnya selama pernikahan mereka. Sebuah jarak yang kini terasa begitu tipis, begitu intim, dan begitu asing bagi keduanya. Julio merasakan degup jantungnya yang tak beraturan, menyadari betapa canggungnya situasi ini. Kania, di sisi lain, tampak tenang dan tak terpengaruh. Kania mengalihkan pandangannya ke arah Feya yang masih berdiri di ambang pintu. Senyum miring terukir di bibirnya, menatap Feya yang wajahnya dipenuhi rasa cemburu yang tertahan. Kania menikmati ekspresi Feya, merasakan kepuasan tersendiri melihat wajah jelek wanita itu. "Ada apa Feya? Apa ada yang ingin kau bicarakan denganku?" tanya Kania dengan nada angkuh, namun tetap mempertahankan senyuman khasnya. Suaranya terdengar tenang, namun tersimpan kekuatan di dalamnya. Feya yang tadinya memiliki nyali sekuat baja untuk menghadapi Kania tiba-tiba saja langsung menciut hanya mendapatkan tatapan mata itu. Feya kini kehilangan kata-kata. "Apa sekarang pekerjaanmu hanya mengintip orang yang sedang bermesraan?" lanjut Kania, mempertahankan nada sinisnya. Pertanyaan Kania yang menohok membuat mata Julio dan Feya membulat seketika. Mereka terkejut dengan interpretasi Kania atas situasi yang sebenarnya jauh dari kata mesra. "Kania! Jaga ucapanmu, ini kantor!" seru Julio dengan tatapan tajam. Nada suaranya meninggi, menandakan kekesalannya. Ia merasa tak nyaman dengan ucapan Kania yang menyiratkan adanya hubungan spesial antara dirinya dan Feya. Baginya, interaksi mereka hanyalah sebatas rekan kerja, dan tuduhan Kania terasa sangat tidak adil. Apalagi, percakapan mereka sebelumnya diwarnai dengan perdebatan, bukan kemesraan. "Sayang, apa kau tidak suka jika didengar oleh sekretaris kesayanganmu itu? Oh tidak! Sekarang dia sudah menjadi sekretarisku, bukan sekretarismu lagi. Aku akan mengutus Alan yang akan menjadi sekretarismu!" ucap Kania dengan nada lembut, namun penuh penekanan. Setiap kata yang diucapkannya terdengar manis, namun sarat dengan makna tersembunyi. Kania sengaja menekankan status Feya yang kini menjadi bawahannya, sekaligus menegaskan posisinya sebagai CEO yang berhak mengatur segalanya. Julio mengabaikan Kania dan mengalihkan perhatiannya pada Feya. "Feya, apa ada sesuatu yang ingin kau sampaikan padaku?" tanyanya dengan lembut, menatap mantan sekretarisnya itu. Tatapan Julio membuat Feya merasakan debaran jantung yang tak terkendali. Ia merasa gugup dan canggung di bawah tatapan intens Julio. "Eh, anu Pak Julio, sebenarnya saya ingin—" "Cukup!! Kamu tidak boleh melaporkan masalah pekerjaan pada Julio karena mulai hari ini aku adalah atasanmu dan bukan Julio!" sela Kania dengan tegas. Ia tak membiarkan Feya melanjutkan kalimatnya, menegaskan kembali posisinya sebagai pemimpin baru di perusahaan itu. Kania ingin memastikan bahwa Feya mengerti hierarki baru yang berlaku. Feya tersenyum kecut melihat perubahan sikap Kania yang berani melawannya. Ia merasa sedikit kecewa karena perhatian Julio teralihkan. Padahal, beberapa saat yang lalu, ia merasa senang karena diperhatikan oleh Julio. "Kania, sudahlah jangan seperti ini. Apa kamu masih ingin bermain-main?" Julio menatap Kania dengan tatapan datar. Ia merasa kesal dengan tingkah laku istrinya yang dianggapnya berlebihan. Julio merasa Kania hanya mempermainkan situasi dan hanya bermain-main dengan jabatannya sebagai CEO. Feya dan Julio merasa jengah dengan sikap Kania yang mereka anggap hanya pura-pura. Mereka merasa Kania tidak benar-benar ingin menjadi CEO, melainkan hanya ingin mencari perhatian dan membuat keributan. Kania mulai geram karena Julio menganggapnya sedang bermain-main. Baginya, pengambilalihan jabatan CEO bukanlah permainan, melainkan langkah serius yang telah ia pertimbangkan matang-matang, tujuannya tentu saja untuk menyingkirkan Julio. Ia merasa diremehkan oleh Julio dan Feya yang menganggapnya tidak mampu memimpin perusahaan. Karena merasa dirinya terus-menerus disudutkan oleh Julio, Kania merasa terpaksa menuruti keinginan suaminya itu. Dengan nada dibuat-buat manja, Kania berkata, "Ya, aku masih ingin bermain-main denganmu, suamiku!" Kania melirik Feya dari sudut matanya dan melihat bagaimana wanita itu mengepalkan kedua tangannya, rahangnya mengeras. Kecemburuan terpancar jelas dari sorot mata Feya, melihat pria yang dicintainya digoda oleh wanita lain, dan wanita itu tak lain adalah istri sah Julio. Yang lebih membuat Feya geram adalah sikap pasif Julio. Pria itu hanya diam saja, tidak berusaha menjauh dari Kania atau menghentikan godaan istrinya. Ia seolah menikmati permainan yang Kania ciptakan. Kania, yang sebenarnya merasa muak dengan sandiwara ini, berpura-pura akan menyentuh pipi Julio. Namun, sebelum jari-jarinya menyentuh kulit Julio, pria itu menangkap tangannya dengan kasar. "Jaga tanganmu!! Aku tidak suka disentuh!" bentak Julio. Tingkah Julio ini langsung membuat Feya merasa senang. Ini adalah reaksi yang biasa ia lihat. Julio yang selalu membentak dan menjauhi Kania setiap kali disentuh. Feya merasa posisinya aman, percaya bahwa Julio masih membenci Kania dan masih membelanya. Ekspresi Kania berubah. Biasanya, ia akan menangis jika diperlakukan seperti ini oleh Julio. Namun kali ini, ia justru menatap balik mata Julio dengan tajam. "Ah, aku lupa kalau kamu tidak sudi aku sentuh," ucap Kania dengan nada sarkas yang menusuk, "dan ya, mulai saat ini aku juga tidak akan menyentuhmu. Sama sepertimu, aku sekarang juga merasa jijik jika bersentuhan dengan kulitmu!" Kata-kata Kania yang tajam bagai belati, menancap tepat di hati Julio. Raut wajahnya mengeras, menunjukkan ketidaksukaannya yang mendalam. Kania melangkah mundur, berniat pergi meninggalkan ruangan itu. Namun, sebelum ia sempat berbalik sepenuhnya, tangannya dicekal kuat oleh Julio. Tubuhnya terhuyung ke depan, menabrak d**a bidang pria itu. "Katakan apa yang baru saja kamu ucapkan?" desis Julio, suaranya rendah dan mengancam. Matanya menatap Kania tajam, seperti belati yang siap menghujam. Ia tidak terima Kania jijik terhadapnya, wanita itu seharusnya mencintainya. "Lepas!!" Kania memberontak, mencoba melepaskan cengkeraman Julio di pergelangan tangannya. Namun, cengkeraman Julio semakin kuat. "Tidak akan!!" Julio bergeming. "Lepaskan aku!!" seru Kania lagi, suaranya semakin meninggi. "Tidak, sebelum kamu mengatakan apa yang baru saja kau ucapkan!!" balas Julio dengan nada keras kepala. Kania merasa geram. Julio seperti menjilat ludahnya sendiri. Bukankah tadi dia yang bilang jika tidak suka disentuh? Lalu kenapa sekarang dia menyentuh tangannya dan menahannya dengan paksa? "Kau ... b******k!" Dengan sekuat tenaga, Kania menghempaskan tangan Julio dan dalam luapan emosi yang tak terbendung, ia mengayunkan tangannya ke arah pipi pria itu. PLAK!! Suara tamparan keras menggema di ruangan itu. Feya menutup mulutnya dengan kedua tangan, terkejut dengan apa yang baru saja disaksikannya. Kania berani menampar Julio? Ini sungguh di luar dugaan. Selama ini, Kania selalu bersikap patuh dan takut pada Julio. Ia tak pernah berani membantah, apalagi sampai melakukan kekerasan fisik. Julio sendiri tertegun, memegang pipinya yang terasa panas. Ia tak percaya Kania berani menamparnya. Wanita yang biasanya menatapnya dengan penuh cinta dan kekaguman, kini menatapnya dengan penuh kebencian. "Dasar pria bodoh!! Tidak berguna!" Kania berbalik dan melangkah keluar ruangan, meninggalkan Julio dan Feya yang masih terpaku di tempat. Hatinya dipenuhi rasa sakit dan kekecewaan yang mendalam. Ia merasa lelah dengan sandiwara ini, lelah dengan sikap Julio yang selalu mempermainkannya. Bersambung.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD