Bab 3. Pasangan Serasi

1206 Words
Happy Reading Kania terkekeh sinis mendengar ucapan suaminya itu. Dia menghentikan langkahnya lalu menatap Julio dengan tatapan tajam yang menusuk. Kenapa baru sekarang Julio mengaku sebagai suaminya, sementara selama ini sikapnya sama sekali tidak mencerminkan seorang suami yang bertanggung jawab dan penuh kasih sayang? Selama ini, Julio hanya menganggapnya sebagai istri pajangan. Dia selalu dingin dan tidak pernah peduli dengan Kania. "Aku tahu, kamu memang suamiku, Julio," balas Kania dengan nada datar, "semua orang juga tahu itu, bahkan Feya juga sangat tahu hal itu, benar 'kan?" Kania mengalihkan pandangannya ke arah Feya. Tatapan Kania pada Feya kuat dan tajam, penuh dengan makna tersirat. Ada sedikit senyum mengejek yang tersungging di bibir Kania, seolah-olah mengejek Feya yang selama ini berusaha merebut perhatian suaminya. Feya sangat terkejut dengan sikap Kania yang tiba-tiba berubah drastis. Wanita manja yang selama ini dikenalnya tidak pernah memandangnya seperti ini. Selama ini, Kania dikenal sebagai wanita yang bodoh, manja, dan mudah diatur. Namun, saat ini, Feya merasa tatapan Kania sangat mengintimidasi, seolah-olah Kania mampu membaca isi hatinya yang terdalam. Tatapan itu begitu menusuk, hingga tanpa disadari Feya menganggukkan kepalanya dua kali, seakan-akan menegaskan bahwa Kania memanglah istri sah Julio. Anggukan itu seperti pengakuan atas rencana yang selama ini ia sembunyikan. "Apa-apaan ini? Kenapa wanita bodoh itu tiba-tiba bisa bersikap seperti ini padaku?" batin Feya dalam hati. Kebingungan dan ketakutan mulai merayapi hatinya. Ia tak menyangka Kania yang selama ini dianggapnya lemah dan tak berdaya, kini berubah menjadi sosok yang begitu kuat dan menakutkan. Julio sendiri merasakan perubahan Kania yang menurutnya benar-benar berbeda dari Kania yang dulu. Wanita itu bahkan berani menatapnya lama dan dengan tatapan yang begitu dingin, tidak seperti dulu yang pasti akan menundukkan kepalanya ketika ditatap tajam olehnya. Kenapa istrinya ini setelah jatuh dari tangga bisa berubah 180 derajat? Seorang wanita yang manja, cerewet, centil, dan bodoh, kini bisa mengangkat wajahnya dan menatap sekretarisnya dengan tatapan mengintimidasi. "Kania!" "Stop!" potong Kania dengan tegas, "Aku tidak ingin mendengar kata-kata apa pun yang keluar dari mulutmu. Sekarang cepat antarkan aku pulang karena kepalaku sudah mulai pusing!" Kania mengucapkan kata-kata itu dengan nada sarkas yang jelas ditujukan untuk Julio. Mulai saat ini, Kania bertekad untuk terus membuat Julio marah dan kesal. Jika perlu, ia akan terang-terangan mengungkapkan perasaan bencinya. Rasa cinta yang selama bertahun-tahun ia simpan untuk Julio kini telah hilang, berganti dengan kekecewaan dan kebencian yang mendalam. Ia tak bisa lagi memaafkan Julio yang tidak pernah membalas perasaan tulusnya dan bahkan lebih peduli pada perasaan Feya, yang hanya seorang sekretaris. "Cih, kalian memang pasangan yang serasi!" batin Kania dengan penuh rasa jijik. Julio masih terdiam di tempat, terkejut mendengar ucapan sang istri yang sangat kasar. Ia tak menyangka Kania berani berbicara seperti itu kepadanya. Selama ini, Kania selalu bersikap lembut dan patuh, namun kini, Kania berubah menjadi sosok yang berani dan keras kepala. Kenapa dalam waktu tiga hari dia pergi meninggalkan Kania dinas keluar kota, istrinya sudah berubah jauh seperti ini? Sebelum dikabari jika Kania jatuh dari tangga, istrinya itu masih menghubunginya berkali-kali, membuat Julio kesal setengah mati karena sikap Kania yang kekanakan. Namun, kini, sikap Kania berubah total. Sepertinya sikap Kania yang berubah drastis ini karena dia jatuh dari lantai dua dan berguling di tangga. Kepalanya sempat terbentur lantai dan membuatnya pingsan. Itulah satu-satunya penjelasan yang masuk akal bagi Julio. Mungkin otak Kania sedang eror karena kepalanya terbentur lantai. Pikiran itu membuat Julio sedikit lega, setidaknya ada penjelasan logis atas perubahan sikap Kania yang mendadak. "Kalau kalian masih tetap ingin di sini dan tidak mau mengantarku pulang, baiklah! Aku akan pulang sendiri dengan taksi!" ujar Kania dengan nada datar. Langkah kakinya mantap meninggalkan Julio yang masih berdiri mematung, terkejut dengan perubahan sikap istrinya yang tiba-tiba. Di sisi lain, Feya juga memilih untuk tetap di tempatnya, matanya memperhatikan Julio yang masih terdiam. Ia seolah menanti reaksi selanjutnya dari Julio, menimbang-nimbang langkah apa yang harus ia ambil selanjutnya. Dalam hati, Feya mencemooh Kania. "Ck, dasar w************n," batinnya sinis. "Apa kamu sengaja berbuat seperti itu agar menarik simpati dari Julio? Tidak akan semudah itu, Julio akan semakin ilfeel padamu! Dia pasti tidak akan mengejarmu." Senyum licik terukir di bibir Feya, membayangkan Kania akan dipermalukan. Ia membayangkan Julio akan semakin membencinya dan semakin dekat dengan dirinya. Feya merasa posisinya semakin kuat untuk berada di samping Julio. Namun, keyakinan Feya runtuh seketika. Hanya sedetik kemudian, Julio berlari kecil mengejar Kania yang sudah hampir mencapai mobil mereka. Langkahnya cepat dan tergesa-gesa, seolah takut kehilangan Kania. Feya tercengang, tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Ia merasa seperti ditampar kenyataan, bahwa Julio ternyata masih sangat peduli pada Kania. Kecemburuan dan rasa iri membakar hatinya. Kania melirik suaminya. "Huh, ku kira kau akan bermesraan dengan wanitamu, secara kalian sudah 3 hari tidak bertemu," sindir Feya dengan nada sarkasme yang kental. "Apa maksudmu, Kania?! Apa yang kau bicarakan? Siapa wanitaku?" seru Julio dengan rahang mengeras. Suaranya terdengar tegas dan penuh penekanan. Ia merasa terhina dengan tuduhan Kania yang tidak berdasar. Sejak tadi, istrinya terus-menerus menyindirnya, seolah-olah ia dan Feya memiliki hubungan gelap. Julio merasa lelah dengan semua tuduhan yang dilayangkan padanya. "Wanitamu? Siapa lagi kalau bukan Feya? Bukankah kamu sengaja langsung menjemputnya dari bandara dan kemudian baru ke sini untuk menjemput istrimu ini? Hah, sepertinya selama ini aku salah memberikan posisi CEO PT Airlangga padamu karena hubunganmu dengan sekretarismu itu akan menjadi skandal yang memalukan!" Kania meluapkan semua emosinya tanpa ragu. Kata-katanya tajam dan menusuk, menunjukkan betapa kecewa dan sakit hatinya yang selama ini dia pendam akhirnya dia keluarkan semuanya. Julio semakin bingung dengan semua yang diucapkan Kania. "Siapa yang menjemput Feya? Kami bertemu di depan rumah sakit, aku dari bandara langsung kesini dan bertemu dengan Feya yang juga sedang menjemputmu!" Julio menjelaskan dengan sabar, berharap Kania mau mendengarkan dan mempercayainya. Kania terkejut mendengar penjelasan Julio. Pikirannya berputar, mencoba mengingat kembali kejadian di kehidupan sebelumnya. Apakah di kehidupan yang lalu dia tahu hal ini? Apakah di kehidupan sebelumnya Julio dan Feya juga bertemu di depan rumah sakit dan dia langsung menuduh Julio menjemput Feya di perusahaan? Namun, saat itu dia langsung marah karena melihat Julio datang bersama Feya, rasa cemburu yang membutakannya saat itu langsung menuduh Feya yang tidak-tidak. Ia tidak bertanya, tidak mendengarkan penjelasan Julio dan Feya, dan langsung menuduh mereka berselingkuh. Di kejauhan, Feya mengamati perdebatan antara Julio dan Kania dengan tangan terkepal erat. Rasa kesal dan kecewa bercampur aduk dalam hatinya. Padahal, ia berniat menjemput Kania agar wanita itu tidak pulang bersama Julio. Namun, waktunya kurang tepat. Julio sudah sampai di rumah sakit bertepatan dengan kedatangannya. Rencananya untuk embuat Kania dan Julio semakin jauh hari ini gagal, tetapi Feya bertekad dalam hatinya, dia akan merebut Julio dan menjadi istrinya, menyingkirkan Kania, wanita bodoh itu. "Loh, mereka kok pergi! Hai, tunggu!" Feya berlari mengejar mobil Julio yang sudah pergi bersama Kania. "Arrgh! Sial!" *** Julio duduk di belakang, di samping Kania. Sejak tadi istrinya yang biasanya bawel, cerewet, dan suka sekali manja padanya hanya diam saja. "Kamu marah karena aku nggak langsung pulang?" tanya Julio memecah keheningan. "Nggak, aku marah sama pria bodoh yang nggak bisa melihat mana yang benar dan salah. Mana yang tulus dan tidak!" "Sebenarnya kamu kenapa, sih?" "Nggak apa-apa, aku sekarang bukan Kania yang dulu. Kamu tahu, sejatinya aku bukan wanita yang manja, jadi siapkan dirimu untuk menghadapi Kania Airlangga dalam versi yang baru!" Bersambung.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD