Bab 2

1077 Words
Dibawah mengandung unsur dewasa! Jadilah pembaca yang bijak .............. Zura membuka matanya perlahan. Dia mengerjapkan matanya ketika matanya langsung bertemu dengan langit-langit kamar berinterior bak istana. Tanpa aba-aba dia langsung tersentak dan terduduk, ketika menyadari ada dimana dia sekarang. Dia melihat sekeliling. Kamar yang sangat aneh dan bau yang harum. "Dimana aku?" Tanyanya sambil memegangi kepalanya yang pusing. Dia mencoba mengingat, terakhir kali dia bertemu dengan pemuda tampan yang bersender di batang pohon. Dengan tenaga yang ia miliki, dia mencoba turun dari tempat tidur dan berjalan ke arah pintu. Sialnya, pintu itu terkunci. Dia mencoba menggedor-gedor agar seseorang membukakannya untuknya. "Suara berisikmu membuatku sakit kepala." Kata seseorang yang muncul dari pintu balkon kamar. Lagi, Zura mendadak lemas. "Kau.. laki-laki tadi?" Tanya Zura memastikan. Lelaki itu berparas dingin dan datar. Wajahnya sangat tampan dan kulitnya sangat indah. Zura sempat terkagum melihatnya, tapi sedetik kemudian dia menyadari sedang dalam keadaan tak baik. "Rambutmu mengeluarkan cahaya." Kata Zura sambil menunjuk kepala lelaki itu. "Maka dari itu aku membawamu kesini. Kenapa kau bisa melihat apa yang ada dirambutku?" Tanya lelaki itu sambil berjalan mendekat. Jantung Zura rasanya mendadak terpompa sangat kencang. Dia sangat takut, tapi juga sangat deg-degan melihat wajah sempurna itu mendekatinya. "Aku tidak tau," Kata Zura sambil menggeleng. "Aku tidak tau apa-apa. Tolong lepaskan aku karna ibuku cuma punya anak satu." "Aku sangat lapar." "Lalu? Kau menyuruhku membuatkanmu makanan? Aku cuma bisa masak telur." Jawab Zura lagi. "Makananku bukan telur." "Lalu?" Lelaki itu terus mendekati Zura, lalu dia menarik pinggang Zura untuk memaksa tubuh Zura menempel padanya. Zura yang kaget mencoba meronta, tapi tenaga dia hanya seujung kuku bagi lelaki itu. "Beri aku makan." Setelah berucap seperti itu, lelaki bernama Kin itu menggendong Zura ke atas tempat tidur. Zura mencoba melarikan diri tapi Kin langsung menindihinya. Tanpa aba-aba, Kin langsung lihai menciumi leher Zura yang jenjang dan langsung menghisap, menjilat, menggit leher indah milik gadis itu. "Sakit..." kata Zura mencoba meronta ketika Kin menghisap lehernya dengan sedotan yang sangat kuat. Zura yakin setelah ini pasti banyak bekas merah kebiruan di lehernya. Kin tak peduli dengan rintihan Zura. Dia terus menghisap dan menjilati leher itu seperti arang kelaparan dan kehausan. "Kau sangat lezat." Lirih Kin di sela ia menikmati makan malamnya. Zura tak kuasa ketika lidah dan bibir Kin turun ke dadanya. Kin membuka dengan paksa kemeja miliknya dan dia hanya pasrah ketika payudaranya yang sangat indah terpampang jelas. Ya, dia memiliki payudara yang bisa dikatakan sangat menggoda dengan ukuran yang menggiurkan. Tangan Kin nyalang mencoba menyingkirkan bra Zura yang mencoba menghalangi. Setelah bra itu terlepas, Kin langsung mengulum puting susu Zura yang merah muda dan kenyal. "Ah..." Desahan Zura lepas dari bibirnya. Dia tidak bisa bergerak, yang bisa di lakukan hanya bisa mendesah di tengah kenikmatan yang luar biasa. Emutan Kin pada payudaranya sangat membuatnya gila dan merasa panas. Kin mengemut seolah payudaranya mengeluarkan susu dan dia meminumnya seperti bayi yang sangat kehausan dan kelaparan. Tangan Kin yang satunya mencoba meremas payudara Zura yang satunya, karna dia tau puting itu sudah memberontak meminta perlakuan yang adil. Tanpa basa-basi mulut Kin berpindah dan berhasil membuat Zura merasakan kegelian yanh amat sangat nikmat. Zura juga baru pertama kali merasakan payudaranya di buai seperti itu. Rasanya sangat nikmat dan membuatnya melayang, dia juga mulai merasakan denyutan di selangkangannya. Kin melahap payudaranya dengan beringas, meremasnya, memimilin puting dengan lidah, menarik dan mengemutnya dengan mulut yang sepertinya sudah biasa melakukan itu. Tiba-tiba Zura terpekik kaget ketika celana jeansnya di tarik Kin hingga terlepas. Kin melemparkan celana itu ke sembarang arah, lalu dengan gerakan cepat dia juga berhasil menyingkirkan celana dalam Zura. Zura langsung merapatkan pahanya karna malu. Dia tidak pernah telanjang di depan orang, dan kini dia tanpa busana didepan laki-laki yang tidak dia kenal sama sekali. Tanpa sepatah kata, tangan Kin meraih paha Zura dan kemudian melebarkan paha itu sehingga liang kewanitaan Zura yang berwarna merah muda itu terpampang jelas. Zura rasanya sangat malu, bahkan dia menutupi wajahnya. Tapi ketika dia merasakan hidung Kin yang menciumi kemaluannya, dia merasa sesuatu yang geli dan nikmat, sehingga dia merasakan keinginin yang lebih. Lidah Kin mulai menyapu seluruh permukaan kulit kemaluan Zura, membuat gadis itu mulai menggelinjang menahan rasa yang tidak bisa dia jelaskan. Lidah itu menjilat, menghisap, menjilat, lalu menghisap, menciptakan sensasi panas yang memabukkan. Lidah kin yang menjelajahi kemaluannya membuat dia mulai lupa diri, apalagi merasakan sensasi ketika mulut lelaki itu menghisap kemaluannya. "Ah.... emm..." Suara napas Zura mulai tak bisa dikontrol. Kin begitu tau bagaimana memanjakan kemaluannya sehingga meminta lebih.. Saat Zura mencapai puncak kenimatannya dan mengeluarkan cairan orgasme, saat itulah Kin semakin ganas menghisapi dan menjilati kemaluannya. Seperti tak mau menyisakan cairan itu sedikitpun. Zura mulai merasakan sesuatu yang aneh di bawahnya, seperti sesuatu yang meminta  sensasi yang lebih. Tapi mulut Kin terus menghisap di bawahnya, lidah lelaki itu menusuk-nusuk masuk ke liang kenikmatannya sehingga dia tidak tau lagi harus mendesah seperti apa. "Kau sangat nikmat, dan masih perawan." Kata Kin melepaskan mulutnya dari kemaluan Zura. Dia melihat mata Zura yang terpejam karna kenikmatan. "Mari kita tandai kau sebagai milikku." Kin turun dari tempat tidur dan langsung membuka celananya. Zura kaget melihat sesuatu yang besar, panjang, dan berwarna kulit terang terpampang jelas didepannya. "Kau mau apa?" Tanya Zura panik. Dia mencoba bergerak tapi entah mengapa kakinya melemas dengan sendirinya, dia yakin pasti kekuatan sihir milik lelaki itu membuatnya tak berdaya. "Aku mau kau menjadi sumber makananku." Setelah berbicara seperti itu, Kin langsung naik ke atas tubuh Zura setelah dia mengangkangkan kaki milik Zura. Zura menggeleng. "Kau tidak boleh melakukan ini. Aku hanya ingin melakukannya pertama kali dengan orang yang aku cintai." Ucapnya sambil berusaha bergerak-gerak. "Kau milikku. Rasa energimu sangat lezat." Kin mulai menggesekkan kemaluannya di kemaluan Zura tanda pemanasan. Hingga akhirnya dia mencoba menerobos masuk, tapi sangat sulit karna milik Zura masih tertutup rapat dan sempit. Zura meringis kesakitan saat benda panjang itu memaksa masuk dan menerobos gerbang vaginanya. "Sakit.... sakit.. sakit... kumohon hentikan." Ucap Zura memohon. Bahkan air mata muncul di sudut matanya karna sangking sakit dan pedihnya kemaluannya ketika Kin mulai memompa paksa. Tak ada kata nikmat lagi yang ia rasakan, yang ada hanyalah keperihan yang amat sakit karna benda panjang itu terlalu besar untuk vaginanya. Zura hanya bisa menangis menahan sakit, dan dia berharap cepat berakhir... "Hentikan kumohon. Ahk.. sakit." Lirih Zura ketika Kin semakin cepat memompa sebanyak yang ia inginkan. Jari-jari Kin menghapus air mata Zura dengan lembut tanpa berhenti memompa dibawah. Dengan lembut ia melumati bibir Zura yang sudah tak berdaya. "Kau milikku mulai sekarang..." *********
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD