Adrian pun kembali melakukan aktivitas seperti biasa. Setelah ia kemarin sempat tinggal bersama di rumahnya Renata dan keadaannya sudah jauh lebih baik walaupun belum masuk kerja. Sedangkan Adrian sudah harus melakukan pekerjaannya. Seperti hari ini ia harus melakukan pemotretan di sebuah studio dengan tema kota London yang klasik. Karena pada sesi berikutnya memang akan mengambil tema London. Jadi Adrian melakukan sesuai dengan apa yang diinginkan. Ketika Adrian sedang melihat hasil fotonya tiba-tiba ponselnya berbunyi dan nama Gery tertera di layar ponselnya. Sebenarnya Adrian malas untuk mengangkat telepon dari Gery tapi ia tak mungkin membiarkan Gery. Adrian pun menjauh dari kerumunan orang-orang karena ia harus menjauh dari orang-orang agar tak tahu tentang siapa dirinya sebenarnya.
"Halo," jawab Adrian dengan nada yang datar.
"Maaf tuan Adrian saya mengganggu anda. Tapi saya hanya ingin mengabarkan jika tuan abraham sekarang sedang berada di rumah sakit karena terkena serangan jantung. Dan saat ini sedang di lakukan pengecekan secara menyeluruh. Jadi saya hanya ingin mengabarkan hal itu agar tuan Adrian bisa datang kesini. Karena tuan Abraham dari kemarin terus mencari tuan Adrian," kata Gery menjelaskan.
Wajah Adrian tak menampilkan ekspresi apapun ketika mendengar bahwa sang papa saat ini sedang di rawat di rumah sakit. Ia tahu jika sang papa memiliki penyakit jantung. Tapi entah kenapa hal itu tak menggugah Adrian untuk bisa datang menemui sang papa.
"Papa sudah di tangani dengan baik kan? Dan disana juga sudah banyak orang yang merawat papa. Jadi untuk apa aku harus kesana," kata Adrian dengan nada yang datar.
"Apa tuan Adrian yakin dan tak menyesal tak melihat keadaan tuan Abraham. Karena selama ini tuan Abraham terus menanyakan kabar tuan Adrian. Bahkan berharap bisa bertemu lagi dengan tuan Abraham karena kasta dokter keadaan tuan Abraham semakin memburuk. Dan tuan Abraham meminta saya untuk membawa tuan Adrian datang kesini. Jadi saya mohon tuan Adrian bisa menyempatkan waktu tuan untuk bisa bertemu dengan Abraham," kata Gery mencoba membujuk Adrian.
"Gery kenapa kamu begitu ingin aku datang untuk menemui papa. Kamu tahu kan jika hubungan aku dan papa sedang baik-baik saja." Adrian menanyakan alasan Gery begitu ngotot agar ia bertemu dengan sang papa.
"Karena saya tahu jika tuan Abraham sangat bertemu dengan tuan Adrian. Walaupun dari luar tuan Abraham terlihat cuek ataupun tak peduli dengan tuan Adrian tapi kenyataannya tuan Abraham sangat peduli dengan tuan Adrian. Bahkan tuan Abraham sering meminta saya untuk selalu memberitahukan tentang keadaan tuan Adrian. Selain itu saya juga banyak berhutang budi dengan tuan Abraham karena gara-gara tuan Abraham hidup saya jauh lebih baik daripada sebelumnya. Maka dari itu sebisa mungkin saya ingin berbakti kepada keluarga tuan," jawab Gery menjelaskan.
Selama ini Gery memang banyak berhutang budi kepada keluarga Levin. Kalau bukan karena keluarga Levin mungkin kehidupan Gery gak akan sebaik ini.
"Kita lihat saja nanti. Aku tutup teleponnya karena harus melanjutkan pekerjaan yang harus dikerjakan," kata Adrian dengan nada yang sulit diartikan.
"Saya harap tuan Adrian bisa datang ke rumah sakit untuk melihat keadaan tuan Abraham. Saya yakin dengan kedatangan tuan Adrian akan dapat membuat kesehatan tuan Abraham jauh lebih baik." Gery pun selalu berharap jika tuannya bisa datang untuk menjenguk papanya.
Adrian pun memutuskan sambungan telepon karena ia benar-benar tak ingin memperpanjang masalah lagi. Ia benar-benar tak habis pikir kenapa Gery terus memaksanya untuk menemui sang papa. Padahal ia tahu jika hubungan antara dirinya dan sang papa tak pernah baik-baik saja. Maka dari itu Adrian merasa kesal harus terus dikaitkan dengan keluarga Levin karena ia memang sudah memutuskan untuk tak terlibat dengan keluarga Levin lagi. Adrian memilih untuk melanjutkan pekerjaannya. Daripada ia nantinya pekerjaannya tak selesai maka dari itu ia memilih untuk menyelesaikan semuanya.
Sementara itu Renata sedang dalam perjalanan menuju butiknya. Setelah beberapa hari ia harus memulihkan kondisi tubuhnya akhirnya ia memutuskan untuk kembali bekerja. Awalnya kedua orang tuanya tak seru jika Renata kembali bekerja karena mereka sangat khawatir melihat keadaan Renata yang belum pulih sepenuhnya. Tapi Renata berhasil membujuk kedua orang tuanya jika ia sudah baik-baik saja. Dan ia juga tak mungkin meninggalkan pekerjaannya terlalu lama. Maka dari itu akhirnya sekarang Renata mulai bekerja. Sebenarnya baru besok ia akan kembali ke kantor majalah. Jadi sore ini ia memutuskan untuk ke butiknya untuk melihat bagaimana perkembangan butiknya sejauh ini. Satu hal lagi Renata juga akan memilih untuk naik taxi sementara waktu karena ia belum berani untuk menyetir mobil. Bahkan mobilnya masih berada di rumah kedua orangtuanya. Mungkin nanti setelah keadaannya membaik maka ia baru akan mengambil mobilnya.
Tak berapa lama taxi yang membawa Renata sampai juga di depan butiknya. Setelah membayar biaya taxinya Renata langsung masuk kedalam butiknya. Ketika masuk beberapa karyawannya menyapa Renata. Renata pun membalas sapaan itu dengan tersenyum. Langkah kakinya menuju ke ruang kerja yang dimana disana ada sahabat sekaligus rekan kerjanya.
"Selamat sore ibu-ibu semua," sapa Renata ketika masuk ke ruang kerjanya.
"Ya ampun Re gimana keadaan kamu? Mana luka yang harus dijahit?" tanya Ellina khawatir.
Renata memilih untuk duduk di sofa sambil meletakkan makanan yang tadi di bawanya.
"Aku baik-baik aja kok. Dan lukanya juga kecil di dahi doang," jawab Renata dengan santainya.
"Sebenarnya apa yang terjadi sama kamu? Gak mungkin kan kalau ini cuma gara-gara kamu gak hati-hati? Aku sangat tahu kamu kalau kamu tipe wanita yang sangat hati-hati dalam melakukan banyak hal. Jadi kamu cerita yang sebenarnya sama kita apa yang sebenarnya terjadi." Seperti biasa Flora memang tak pernah bisa dibohongi.
"Bisa gak kita gak usah bahas soal ini. Nanti aja aku ceritanya," tolak Renata untuk bercerita.
"Gak ada kata nanti. Karena aku tahu jika kamu bilang nanti pasti akhirnya kamu gak akan pernah cerita. Jadi aku mau dengar ceritanya sekarang," kata flora yang tak bisa diganggu gugat.
Renata memang memiliki sahabat yang memang tak bisa dibohongi seperti Flora. Jadi mau tak mau ia harus bercerita kepada sahabatnya itu.
"Ok aku akan cerita. Jadi kemarin aku kan mengantarkan ayah dan ibu ke acara pernikahan saudara aku kan. Yang secara otomatis aku pasti akan bertemu dengan Andre disana. Dan benar saja disana aku bertemu dengan Andre. Awalnya aku gak mau menggubris Andre sama sekali. Karena memang aku merasa jika hubungan aku dengan dia benar-benar berakhir. Tapi sepertinya tak begitu di pemikiran Andre. Dia masih saja berharap untuk kita kembali seperti dulu lagi. Tapi tentu aja aku menolaknya dengan sangat tegas karena aku gak akan pernah mau menganggu hubungan rumah tangga orang lain. Dan disana aku juga ketemu dengan Sania yang merupakan istri dari Andre dan juga sepupu aku itu juga menatap aku dengan tatapan yang marah dan penuh kebencian. Dan saat dua orang sedang menyerang aku tiba-tiba disana datang Adrian," kata Renata menjelaskan.
"Maksud kamu Adrian yang kamu bicarakan ini adalah Adrian yang kita kenal kan?" tanya Ellina memastikan.
"Iya Adrian yang aku bicarakan adalah Adrian yang kalian kenal," jawab Renata sambil menatap kearah Ellina.
"Kok bisa Adrian ada disana? Kamu gak ngajak dia kesana kan?" tanya Ellina penasaran.
"Ya enggaklah. Gila aja aku ajak Adrian kesana. Aku malah gak ingin bertemu sama Adrian. Dia ada disana karena memang dia ada kerjaan gitu jadi kita ketemu disana," jawab Renata ketus.
"Ok. Kita kesampingkan soal Adrian dulu. Terus luka yang kamu dapatkan itu berasal darimana?" tanya Flora yang masih penasaran.
"Sebenarnya luka ini aku dapat dari Andre," jawab Renata jujur.
"Kok bisa dapat Andre. Gimana cerita sebenarnya?" tanya Flora lagi.
"Jadi saat itu kan aku sudah merasa gak nyaman berada disana. Dan juga aku merasa udah terlalu malam juga buat ayah. Kalian tahu kan kalau kondisi ayah sedang tak baik-baik aja. Mak dari itu aku memutuskan untuk pergi dari tempat itu. Tapi sebelumnya kau minta izin sama ayah untuk ke toilet sebentar. Dan ketika selesai ke toilet tiba-tiba Andre masuk ke dalam toilet itu sambil mendorong tubuh aku ke tembok dan setelah itu ia pun mengurung aku dengan tubuhnya. Saat itu tentu saja aku mencoba untuk memberontak karena aku gak mau orang lain berpikiran yang aneh-aneh. Tapi sayangnya tenaga aku gak kuat untuk bisa melepas kurungan tubuh Andre pada tubuh aku. Aku sudah berusaha untuk berontak bahkan aku mengatakan kata-kata yang kasar tapi Andre tak menggubris sama sekali. Ia malah menampar pipi aku ketika aku mengatakan jika Adrian adalah kekasih baru aku. Saat itu bahkan Andre hampir saja melecehkan aku tapi aku terus berontak tapi sayangnya kekuatan aku kalah besar dari kekuatan Andre hingga akhirnya tanpa aku duga Andre mendorong tubuh aku hingga aku tak bisa menjaga kestabilan tubuh aku yang berakhir dengan kepala aku terkena lantai dengan cukup keras. Setelah itu semuanya gelap begitu saja. Aku tahunya ketika di rumah sakit," kata Renata menjelaskan panjang lebar kepada sahabatnya.
"Wah Re Andre benar-benar laki-laki gila. Syukurlah kamu gak jadi nikah sama dia. Kalau kamu nikah sama dia mungkin kamu sudah babak belur dipukuli sama dia nantinya. Aku mendengar cerita kamu aja bisa emosi." Ellina yang mendengar cerita dari Renata pun ikut kesal dibuatnya.
"Kalau kamu butuh bantuan hukum aku siap bantu kamu. Kita bisa memenjarakan Andrea karena tindakannya yang bisa membuat kamu terluka," kata flora yang sudah berubah serius.
"Udah gak usah Flo. Aku juga gak mau memperpanjang semuanya. Aku benar-benar tak mau berurusan lagi sama dia. Untuk saat ini aku akan memaafkannya tapi lain kali jika ia sudah bertindak berlebihan maka aku gak akan tinggal diam lagi," jawab Renata yang tak mau memperpanjang masalah.
"Pokoknya kalau butuh bantuan hukum aku siap membantu kamu. Aku juga tak suka jika ada lelaki yang bertindak tak baik kepada wanita. Aku pasti akan memberikan pelajaran kepada laki-laki seperti itu," kata Flora yang terlihat emosi.
Renata tahu jika sahabatnya yang satu ini memang sangat peduli dalam kekerasan terhadap wanita. Ia selalu menjadi yang terdepan jika ada wanita yang disakiti seperti itu. Mungkin karena Flora memiliki trauma masa kecil dimana dulu ayah tirinya sering melakukan kekerasan bahkan dulu Flora pernah hampir di lecehkan. Tapi untungnya Flora selamat dan bisa menjadi Flora yang seperti saat ini.
Setelah itu Renata pun hanya menghabiskan waktu bersama kedua sahabatnya. Ia tak lagi membahas pekerjaan untuk saat ini. Mereka hanya mengobrol hal-hal yang ringan aja sampai akhirnya mereka pun makan malam bersama.