Kemarahan Adrian

1629 Words
Di sebuah ruang perawatan tampak seorang laki-laki paruh baya yang terlelap tidur dengan beberapa alat medis yang menempel di tubuhnya. Laki-laki itu lagi-lagi berhasil melewati masa kritisnya. Dan di samping ranjang tampak seorang wanita yang terus setia mendampingi laki-laki yang sudah menjadi suaminya hampir 15 tahun ini. Sang wanita tampak sangat khawatir dengan keadaan sang suami. Karena bagaimana pun juga ia takut terjadi sesuatu yang buruk terhadap sang suami. Yang tambah membuatnya khawatir karena ia melihat sendiri suaminya mengalami serangan jantung. Dan itu benar-benar membuatnya sangat takut. Untung saja ia segera membawanya ke rumah sakit jadi suaminya bisa segera di tolong. Wanita tampak terus menggenggam tangan sang suami. Bahkan ia tak sedikit pun beranjak dari samping suaminya. Laki-laki paruh baya itu perlahan membuka matanya dan ia mencoba mencerna situasi yang ia hadapi saat ini. Sampai akhirnya ia melihat wanita yang sudah menjadi istrinya sejak lama itu tertidur di samping ranjangnya sambil terus menggenggam tangannya. Ia tersenyum melihat wanita yang sudah menemaninya sejak lama terus berada di sisinya. Bisa dibilang ia menemukan cinta barunya. Karena dipermukaan sebelumnya ia memang tak pernah mencintai istrinya itu karena pernikahan terjadi karena perjodohan diantara mereka berdua. Jadi bisa dibayangkan bagaimana keadaan pernikahan mereka yang tentu saja tak terlihat bahagia. Dari pernikahannya yang pertama ia memiliki seorang anak laki-laki yang saat ini hubungan diantara mereka tak baik-baik saja. Ia tahu jika putranya itu pasti merasa salah paham dengan apa yang terjadi diantara dirinya dan juga ibunya dulu. Dan juga ia tahu jika putranya tak suka jika ia menikah lagi. Bahkan putra kandungannya itu memilih keluar dari rumah dan menanggalkan nama keluarga Levin dan memulai semuanya sendiri. Sebenarnya ia bangga dengan keputusan yang diambil oleh putranya tapi disisi lain ada rasa sedih karena putranya ini tak mau melanjutkan perusahaan keluarga buang sudah dibangun sejauh ini. Walaupun saat ini perusahaan dipimpin oleh putra tirinya dan hasil yang ditunjukkan sangat baik tapi di dalam lubuk hatinya ia ingin anak kandungnya sendiri yang memimpin perusahaan. Ketika laki-laki paruh baya itu sedang sibuk dengan pemikirannya sendiri tiba-tiba ia merasa jika genggaman tangannya semakin mengencang yang itu pertanda jika wanita yang sangat ia cintai saat ini sudah bangun. "Papa udah sadar. Apa yang papa butuhkan? Atau apa ada yang sakit?" tanya Gina yang terlihat khawatir. "Papa baik-baik saja Ma. Maafin papa yang sudah membuat mama jadi khawatir kayak gini," jawab Abraham yang merasa tak enak dengan istrinya. "Gak usah minta maaf sama mama. Seharusnya papa harus tahu kesehatan juga. Papa pasti lupa minum obat kan? Dan juga papa terlalu stress memikirkan soal pekerjaan. Bukannya sekarang semua pekerjaan sudah diserahkan kepada Arnold. Jadi seharusnya papa gak usah terlalu memikirkan soal itu lagi. Sekarang waktunya papa fokus dengan kesehatan papa aja. Dan tidak usah memikirkan soal pekerjaan lagi," kata Gina menasehati suaminya. "Papa tahu Ma. Tapi mama tahu sendiri ada beberapa pekerjaan yang harus papa kerjakan sendiri. Jadi mau tak mau papa harus turun tangan. Tapi mama tidak usah khawatir setelah ini papa akan rajin minum obat dan tidak stres. Papa tidak mau membuat mama khawatir seperti ini," jawab Abraham mencoba menenangkan sang istri. "Pokoknya mulai sekarang mama yang akan mengontrol semua makanan dan juga obat papa. Dan untuk sementara mama gak mau papa bekerja. Biar masalah pekerjaan Arnold yang mengurus semuanya. Dan mama gak mau mendengar bantahan dari papa." Gina sudah mengultimatum suaminya untuk istirahat total. "Iya Ma. Papa akan nurut sama mama kali ini," jawab Abraham yang setuju dengan apa yang diperintahkan oleh sang istri. Gina pun akan mulai ketat menjaga sang suami. Ia tak akan membiarkan sang suami melakukan hal-hal yang dapat membahayakan dirinya. Jadi lebih baik ia dianggap istri yang galak daripada melihat suaminya sakit lagi. Setelah itu Gina pun memanggil dokter untuk memeriksa keadaan suaminya. Ia akan memastikan keadaan suaminya akan baik-baik saja dan tak ada hal yang buruk di kemudian hari. Sementara itu Adrian baru saja menyelesaikan pekerjaannya dan sudah tak ada lagi pekerjaan yang harus di kerjakan. "Adrian semuanya udah kelar. Aku minta hasil foto tadi secepatnya ya. Kalau bisa dalam Minggu ini semuanya harus sampai di aku. Soalnya bulan depan kan sudah harus tayang jadi butuh waktu yang panjang untuk mengoreksi semuanya. Apalagi kamu sangat mengenal mbak Renata kan yang mau semuanya perfectionis. Jadi aku harus menyiapkan semuanya dengan sangat baik," pinta Dina yang merupakan rekan kerjanya. "Ok Din. Aku usahakan segera menyelesaikan semuanya dan langsung menyerahkan semuanya kepada kamu. Jadi kamu gak usah khawatir karena aku sakit tahu gimana cara kerja bos kita," jawab Adrian paham. "Ok kalau gitu. Makasih ya buat kerja kerasnya hari ini. Dan aku sangat yakin jika foto-foto dari kamu pasti akan selalu yang terbaik dan mbak Renata gak akan banyak protes," puji Dina atas kemampuan yang ditunjukkan oleh Adrian. Adrian sangat senang jika kerja kerasnya selama ini disukai oleh orang lain. Walaupun cuma mengatakan jika foto yang dibuatnya bagus sudah membuat hatinya sangat senang apalagi ketika hasil fotonya diapresiasi oleh orang-orang. Setelah bekerja kerja akhirnya Adrian membereskan semua perlengkapannya. Ia harus bersiap-siap untuk pulang ke apartemennya. Seharian ia kerja kerja membuatnya ingin merebahkan tubuhnya di ranjang karena ia benar-benar sangat lelah. Ketika Adrian mau pulang ternyata sudah ada Gery yang entah sejak kapan menunggu dirinya pulang. Ada rasa kesal yang Adrian rasakan ketika ada Gery yang ada disana. Adrian bingung sebenarnya apa yang diinginkan oleh Gery. Kalau dia meminta dirinya untuk pergi menjenguk sang papa. Karena jujur ia sedang tak ingin bertemu dengan sang papa. "Gery sebenarnya apa mau kamu? Kalau kamu meminta aku untuk menemui papa maka jawabannya tetap sama yaitu aku tak ingin menemui papa. Jadi apa lagi yang kamu inginkan?" tanya Adrian dengan nada yang kesal. "Apa tuan Adrian tidak bisa menyempatkan diri untuk melihat tuan Abraham walaupun sebentar. Sekarang tuan Abraham memang sudah sadar tapi tuan Abraham hanya ingin bertemu dengan tuan Adrian sebentar. Jadi saya mohon sempatkan waktu sebentar saja," pinta Gery. Adrian menyugarkan rambutnya karena merasa frustasi dengan segala bujukan yang dilakukan oleh Gery. Apa mungkin ia harus mengikuti permintaan dari Gery agar menemui sang papa. "Ok aku akan ikut bersama kamu. Tapi setelah ini aku harap kamu gak menganggu hidup saya lagi," jawab Adrian akhirnya setuju dengan permintaan Gery. Akhirnya untuk pertama kali Adrian akan bertemu kembali dengan sang papa setelah sekian lama ia tak pernah bertemu. Mungkin hampir 2 tahun terakhir Adrian tak pernah bertemu dengan sang papa. Jadi ia tak tahu harus bersikap seperti apa nantinya ketika bertemu dengan sang papa. Renata sedang menikmati makan malamnya bersama kedua sahabatnya. Setelah tadi mereka membuka sesi curhat bersama dengan mereka. Malam ini mereka memilih memesan pizza untuk makan malam mereka berdua. "Re kamu merasa gak kalau kamu tuh berjodoh dengan Adrian deh. Berulang kali kalian sering bertemu sama Adrian," kata Ellina sambil menikmati pizzanya. "El jangan mulai deh. Aku gak mau di sangkut pautkan dengan Adrian lagi. Dia kebetulan aja berada di tempat yang sama dengan aku," bantah Renata dengan tegas. "Aku kan tadi bilang mungkin aja kalian berjodoh. Jadi kamu gak usah sewot gitu. Lagian kenapa sih kamu gak kasih kesempatan Adrian untuk bisa dekat sama kamu? Padahal dari apa yang aku lihat dia laki-laki yang baik dan bisa jadi pasangan yang tepat untuk kamu. Tapi kenapa kamu malah menolaknya?" tanya Ellina penasaran. "Aku gak akan pernah menerima Adrian. Kalian lihat sendiri kalau umur Adrian lebih muda daripada aku. Jadi gak mungkin aku menjalin hubungan dengan laki-laki yang lebih muda. Selain itu Adrian juga belum penghasilan yang tetap juga. Bukannya kau mau melihat seseorang dari kekayannya tapi saat ini semua hal butuh uang. Dan aku gak mau hidup susah ketika menikah nantinya. Aku mau kehidupan rumah tangga aku gak kekurangan apapun. Dan aku gak menemukan hal itu dari diri Adrian," jawab Renata menjelaskan. Kedua sahabat dari Renata tak lagi membantah apa yang dikatakan oleh Renata. Karena setiap orang memiliki keputusannya masing-masing jadi mereka tak mau mencela pemikiran Renata tentang masa depannya. Sementara itu Adrian sudah sudah sampai di rumah sakit. Sebenarnya ia malas untuk datang kesini tapi ada daya ia tak bisa menolak permintaan dari Gery. Ia akan bertemu dengan sang papa sebentar setelah itu ia akan pulang ke apartemennya. "Ini terakhir kalinya aku menuruti permintaan kamu. Dan tak akan ada lain kali lagi," kata Adrian penuh penekanan. "Baik tuan Adrian. Lain kali saya tidak akan pernah memaksa tuan Adrian lagi," jawab Gery mengerti. Adrian pun segera melangkahkan kakinya menuju ruang perawatan sang papa sesuai dengan apa yang sudah diinfokan oleh Gery. Ketika masuk ternyata disana ada orang-orang yang tak ingin ia temui. Tapi Adrian mencoba menekan egonya. Kedatanganya kesini cuma demi sang papa dan menuruti kemauan dari Gery. "Adrian," panggil Abraham ketika melihat kedatangan putranya. Adrian berjalan mendekat kearah sang papa. "Bagaimana kabar papa? Gery bilang jika papa kena serangan jantung." Adrian mulai membuka obrolan. "Papa sudah jauh lebih baik sekarang. Gimana kabar kamu Adrian? Papa gak menyangka bisa melihat kamu lagi," kata Abraham yang tak bisa menyembunyikan rasa senangnya. "Aku baik-baik saja seperti yang papa lihat," jawab Adrian dengan ekspresi yang datar. "Adrian bagaimana kabar kamu? Mama sering dengar kalau kamu sudah menjadi fotografer terkenal. Dan mama juga sering lihat hasil foto kamu yang sangat menakjubkan itu," puji Gina. "Maaf bukan saya tidak sopan terhadap anda tapi anda bukanlah mama saya jadi jangan pernah memposisikan diri anda sebagai mama saya. Karena selamanya mama saya hanyalah Winda Levin bukan anda," kata Adrian tak suka dengan sosok Gina. "Hei kamu bisa sopan sedikit sama mama aku? Bagaiamana pun juga kita sudah jadi Keluarga sejak lama? Kalaupun kamu tidak suka dengan kehadiran kita setidaknya hargai mama saya." Arnold yang tak suka mamanya diperlakukan seperti itu pun memilih membela sang mama. Adrian tak peduli sama sekali dengan kehadiran Arnold disana. Karena baginya kehadiran mereka berdua hanya bisaja menghancurkan keluarganya yang sudah bahagia. Dan gara-gara kehadiran mereka juga ia harus kehilangan sang mama yang membuat Adrian marah dengan semua keadaan yang terjadi pada hidupnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD