Aura tegang jelas terlihat di ruang perawatan Abraham Levin. Kedua anaknya tampak bersitegang satu sama lain. Dan jelas terlihat kedua anaknya itu memendam kebencian satu sama lain.
"Arnold lebih baik kita keluar dulu. Biarkan papa berbicara dengan Adrian," kata Gina yang mengajak putranya Arnold keluar dari kamar perawatan suaminya.
"Kenapa kita harus keluar Ma. Kita juga punya hak yang sama untuk menjaga papa. Gara-gara dia kita harus keluar dari sini," tolak Arnold dengan keras.
Arnold memang sangat tak suka dengan kehadiran Adrian di tengah-tengah keluarganya. Baginya Adrian hanya bisa mengangguk dan merusak suasana saja.
"Kalian tak perlu keluar karena saya juga mau pergi," kata Adrian dengan suara yang datar.
"Adrian kenapa kamu pulang terlalu cepat. Papa kamu sudah terlalu lama merindukan kamu dan ingin bertemu dengan kamu. Jadi luangkan waktu kamu sebentar untuk papa kamu. Tante dan Arnold juga ingin ke kantin rumah sakit. Kebetulan Tante juga mau membeli minuman juga. Ayo Arnold kita pergi ke kantin dulu," ajak Gina.
"Ma kenapa kita harus pergi?" tanya Arnold yang tak ingin pergi.
"Arnold temani mama," perintah Gina dengan nada yang tinggi.
Sebenarnya Arnold enggan untuk pergi dari ruang perawatan sang papa tapi melihat ekspresi marah yang terlihat jelas dari wajah sang mama membuatnya mau tak mau mengikuti kemana mamanya pergi.
Setelah Gina dan juga Arnold pergi tinggallah Adrian dan juga sang papa yang memilih diam seribu bahasa.
"Kenapa kamu bersikap seperti itu kepada mama kamu dan juga Arnold. Apa kamu tidak bisa menerima mereka sebagai bagian keluarga kita? Mereka sudah menjadi bagian dari keluarga kita sejak lama Adrian. Mungkin ini salah papa karena papa tidak memperhatikan kamu setelah papa berpisah dengan mama kamu. Tapi papa sudah sering mengatakan kepada kamu bahwa pernikahan antara mama dan papa tidak berjalan dengan baik. Tapi papa tidak pernah merasa jika kehadiran kamu adalah kesalahan hanya pernikahan antara papa dan mama saja yang tidak berhasil. Jadi sebaiknya kamu tidak boleh menyalahkan semuanya termasuk menyalahkan mama Gina. Dia tidak salah sama sekali. Papa bertemu dengan mama Gina jauh setelah pernikahan papa dan mama hancur. Bahkan mama Gina selalu mengatakan jika dia tidak mau membedakan kamu dengan Arnold. Mama Gina benar-benar sayang dengan kamu Adrian. Jadi setidaknya bersikap baik dengan mama Gina. Karena papa tahu jika kamu melakukan semua hal ini gara-gara kamu membenci papa," kata Abraham mencoba membujuk sang putra.
"Apa papa sudah selesai berbicara. Sebenarnya aku malas untuk datang kesini tapi Gery terus meminta aku untuk datang kesini karena dia bilang jika kondisi papa memburuk. Tapi setelah aku lihat-lihat kondisi papa jauh lebih baik dari yang dikatakan oleh Gery. Dan soal istri baru papa sampai kapanpun aku tidak akan pernah memanggilnya dengan sebutan mama karena dia bukan mamaku. Selain itu masalah papa dan mama dulu aku gak mau ambil pusing yang aku sesalkan karena kalian terlalu egois dengan perasan kalian masing-masing sampai-sampai melupakan jika kalian memiliki seorang anak laki-laki yang butuh perhatian tapi kalian melupakan semuanya." Adrian pun mengatakan isi hatinya kepada sang papa.
Abraham seperti tertampar dengan kerasnya ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Adrian. Ternyata selama ini putrinya menyimpan begitu banyak luka dalam dirinya. Dan itu benar-benar membuat Abraham merasa bersalah.
"Adrian maaf jika selama ini papa dan mama mengacuhkan kamu dan penuh peduli dengan diri kami sendiri. Kalau begitu beri kesempatan papa untuk bisa merubah semuanya. Papa ingin merubah semuanya. Ingin lebih dekat dengan kamu jadi beri kesempatan untuk bisa lebih dekat satu sama lain," pinta Abraham.
" Tidak semudah itu kita bisa dekat satu sama lain. Tapi aku minta papa untuk tak memaksa aku untuk pulang. Aku sedang menikmati apa yang aku kerjakan saat ini. Jadi aku harap papa bisa mengerti akan hal itu. Kalau papa ingin merubah hubungan kita dimulai dengan jangan mencampuri urusan aku dan jangan meminta Gery untuk berhenti mengawasi semua kehidupan aku. Karena aku ingin membangun karier aku sendiri dan tak memakai embel-embel nama keluarga Levin di belakang nama aku. Bahkan sekarang aku tidak memakai nama Levin di belakang nama aku. Karena aku memang ingin memulai semuanya dari nol," kata Adrian panjang lebar.
Ketika Abraham melihat Adrian mengingatkan dirinya akan sosok dirinya di usia yang sangat muda dulu. Sifat keras kepala dan ingin mencari jati diri terlihat jelas di diri Adrian saat ini. Mungkin ia akan membiarkan Adrian untuk melakukan apapun yang ia inginkan. Ia benar-benar ingin memperbaiki hubungan diantara mereka. Memang tidak mudah tapi setidaknya sedikit demi sedikit Abraham bisa mengenal Adrian lagi.
"Papa tidak akan memaksakan kamu lagi. Kamu bisa melakukan apapun yang kamu inginkan. Papa benar-benar ingin memperbaiki hubungan diantara kita berdua. Papa ingin menebus kesalahan yang telah papa lakukan sebelumnya," jawab Abraham yang setuju dengan permintaan putranya.
Adrian tak banyak berbicara. Ia memilih untuk berada di kamar perawatan sang papa. Memang benar hubungan diantara papa dan juga dirinya tidak baik-baik saja. Begitu banyak masalah yang terjadi diantara keduanya dan itu benar-benar membuat hubungan mereka sangat tak baik.
Sementara itu di kantin rumah sakit Gina sedang menikmati teh manis sedangkan putranya Arnold tampak masih terlihat kesal ketika sang mama memintanya untuk keluar dari ruang perawatan sang papa.
"Mama kenapa mengikuti permintaan dari Adrian. Dia sudah bersikap tak sopan kepada mama. Mama seharusnya marah karena sikap penolakan yang dikatakan oleh Adrian. Dia benar-benar tak menghargai mama sama sekali," kata Arnold yang mengeluarkan kekesalan di hatinya.
"Mama gak apa-apa Arnold. Dan apa yang dikatakan oleh Adrian tadi tidak menyakiti mama sama sekali. Maka bisa mengerti jika Adrian belum bisa menerima mama. Mama juga mengerti jika mama yang membuat pernikahan papanya dan juga mamanya menjadi hancur. Jadi mama tidak apa-apa jika mendapatkan seperti itu. Mama yakin suatu saat Adrian pasti dapat menerima mama sebagai pengganti mamanya," jawab Gina sambil tersenyum kearah putranya.
"Tapi tetap saja sikap Adrian benar-benar tidak sopan terhadap mama. Aku sebagai anak mama tak bisa menerima perlakuan dari Adrian," kata Arnold yang masih menggebu-gebu.
"Mama tahu jika kamu itu anak yang baik dan selalu peduli sama mama. Tapi kamu tidak bisa menyamararkan semuanya. Kita tak tahu apa yang terjadi di dalam hidup Adrian. Dan apa yang dirasakan oleh Adrian. Mama bisa mengerti kenapa Adrian bersikap seperti itu. Adrian bersikap seperti itu karena Adrian tak pernah merasakan kehangatan keluarga. Dulu Adrian lebih sering tinggal bersama dengan pelayan daripada papa dan mamanya. Jadi bisa dibilang Adrian sangat kurang kasih sayang. Maka dari itu mama mengerti jika Adrian menolak kehadiran kita karena menurutnya kehadiran kita hanya mengganggu hidupnya dan ia tak suka dengan hal itu. Kalau kamu berbeda dari Adrian. Walaupun mama juga dulu bekerja tapi mama tetap memberikan kamu kasih sayang dan juga perhatian yang besar sehingga kamu gak merasakan kesepian. Jadi kamu harus banyak mengerti saja," pinta Gina kepada sang putra.
Arnold tetap menujukkan ekspresi yang tak suka karena memang ia tidak pernah suka dengan Adrian. Seharusnya Adrian banyak bersyukur dengan hidupnya. Ia bisa mendapatkan apapun yang ia ingin tanpa bersusah payah. Selain itu ia juga sudah pasti akan memimpin perusahaan Levin walaupun saat ini perusahaan Levin berada di bawah kepemimpinannya tapi tak bisa membuat Arnold akan menjadi pemimpin untuk selamanya. Karena memang perusahaan Levin pada akhirnya akan menjadi milik Adrian. Dan Arnold tak suka akan hal itu. Ia sudah bersusah payah membangunkan perusahaan Levin tapi dengan seenaknya Adrian yang akan mengambil alih semuanya. Ia benar-benar tak suka akan hal itu.
Sementara itu di kantor penerbitan Renata baru saja menyelesaikan beberapa pekerjaan yang sudah beberapa kali ia tinggalkan gara-gara ia tak masuk. Ketika sakit ia memang sudah menyerahkan semua pekerjaan kepada timnya tapi walaupun begitu ia tetap harus memeriksa semuanya dan itu tak sedikit. Jadi hampir 2 hari terakhir ia harus pulang lembur untuk menyelesaikan semuanya.
Keadaan Renata sudah jauh lebih baik saat ini. Hanya sesekali ia masih merasa kepalanya sakit gara-gara bekas jahitannya yang sudah kering. Sepertinya besok ia harus ke dokter untuk memeriksakan lukanya. Karena ia tak mau luka jahitannya sampai infeksi.
Ketika ia keluar dari ruang kerjanya keadaan sudah sepi mungkin ini sudah lewat jam kantor jadi sangat sepi. Renata sudah memesan taxi yang akan mengantarnya untuk pulang. Untuk sementara waktu Renata memang memilih memakai taxi untuk beraktivitas. Ia belum berani untuk menyetir sendiri. Apalagi mobilnya juga masih ada di rumahnya belum ia ambil jadi taxi adalah solusi yang tepat untuk dirinya.
Sampai di pintu keluar ia disambut oleh pak Rahmat yang merupakan security di kantornya.
"Mbak Renata baru pulang? Bapak lihat beberapa hari terakhir mbak Renata sering pulang larut?" tanya pak Rahmat ramah.
"Iya pak. Kebetulan ada beberapa pekerjaan yang harus saya selesaikan. Apalagi kemarin saya sempat gak masuk gara-gara sakit jadi pekerjaan banyak yang menumpuk jadi mau gak mau harus segera di selesaikan," jawab Renata yang bersikap sopan kepada pak Rahmat.
Renata tak pernah melihat orang dari status sosialnya. Dan ia juga diajarkan oleh kedua orang tuanya untuk selalu hormat kepada orang tua. Jadi Renata selalu menerapkan itu semua.
"Wah mbak Renata memang wanita yang hebat. Disaat karyawan lain sibuk pulang cepat dan tidak memikirkan soal pekerjaannya tapi mbak Renata tetap bertanggung jawab dengan pekerjaannya. Bapak sangat yakin jika nanti mbak Renata akan menjadi orang yang sukses," kata pak Rahmat memberikan doanya.
"Amin. Terima kasih doanya pak," jawab Renata mengaminkan doa yang Renata katakan.
"Mbak Renata bapak boleh minta bantuan mbak Renata?" tanya pak Rahmat hati-hati.
"Boleh saja pak. Bapak mau minta bantuan apa?" tanya Renata dengan sopan.
"Jadi Putri bapak kan mau menikah dan sampai sekarang belum memiliki kebaya untuk menikah. Mbak Renata kan tahu jika gaji bapak sebagai security tak cukup untuk membeli kebaya untuk putri bapak. Jadi jika mbak Renata punya kebaya yang mungkin sudah tidak bisa dipakai boleh diberikan untuk putri bapak?" tanya pak Rahmat balik.
Renata tersenyum mendengar permintaan dari pak Rahmat. Ia tak mengira jika permintaan dari pak rahmat hanya menginginkan kebaya bekas miliknya. Renata pun mengambil kartu namanya yang ada alamat butiknya.
"Kalau begitu bapak ajak putri bapak ke butik saya untuk mencoba kebaya yang cocok untuk pernikahannya. Saya tunggu di butik akhir pekan ini ya pak. Saya akan membantu memberikan kebaya terbagus untuk acara special putri bapak," kata Renata menyerahkan kartu namanya.
"Terima kasih mbak Renata. Pasti saya akan mengajak putri saya ke tempatnya mbak Renata," jawab pak Rahmat yang terlihat bahagia.
Renata yang melihat pak Rahmat bahagia pun menjadi ikut bahagia. Ia tak menyangka pemberian yang tak seberapa bisa membuat hidup orang lain berubah dan itu benar-benar membuat Renata senang sekali.