Seperti hari-hari sebelumnya kegiatan Renata tak kalah sibuk daripada hari sebelumnya. Sebagai kepala editor di majalah fashion yang sangat dinantikan oleh para pembaca setianya Renata selalu memastikan untuk menyajikan karya yang terbaik untuk para pembaca setia mereka. Ia tak ingin terjadi kesalahan apapun dengan segala hal yang berhubungan dengan penerbitan atau kesalahan dalam konten yang ia masukkan dalam majalah itu. Jadi tak heran jika orang-orang selalu menganggap jika Renata seorang yang sangat perfeksionis dan galak karena itu memang benar adanya. Jika ada kesalahan sedikit pun Renata tak segan-segan untuk menegur para staf yang mengerjakan untuk konten yang akan di terbitkan. Bahkan Renata bisa mengubah semua hal yang berhubungan dengan konten di majalah bila itu ia merasa tak bagus. Jadi di kantor Renata memang sangat disiplin dan keras bila membahas soal pekerjaan. Tapi dengan seorang segala hal yang dikerjakan oleh Renata saat ini membuahkan hasil yang tentu saja saja bagus. Bayangkan saja setiap majalah mereka terbit selalu saja majalah mereka habis terjual. Dan bahkan mereka mendapatkan masukan yang sangat bagus dari pembaca setianya. Jadi pada anak buah Renata tak masalah jika harus menerima teriakan ataupun Omelan dari Renata karena mereka tahu hasil yang mereka dapatkan sangat luar biasa.
Dan hari ini adalah hari Jumat yang berarti hari terakhir dirinya berangkat ke kantor. Walaupun terkadang Sabtu atau Minggu Renata sering bekerja jika dibutuhkan. Tapi biasanya jika Sabtu atau Minggu ia lebih sering berada di butik miliknya untuk mengecek semuanya. Ketika ia tak berada di butik maka kedua sahabatnya yang akan bertugas berada di butik. Dan sepulang kerja nanti Renata berencana untuk ke butik sebelum ia akan pergi ke rumah kedua orang tuanya karena ia akan pergi ke pernikahan saudaranya besok pagi. Jadi daripada nanti terburu-buru Renata pun memutuskan untuk menginap di rumah kedua orang tuanya.
"Iya Bu nanti malam habis dari butik aku langsung ke rumah ibu. Mungkin agak malam karena nanti mau meeting sebentar membahas soal butik. Jadi kalau ibu sudah ngantuk tidur aja duluan Rara gak apa-apa kok. Aku kayaknya masih punya kunci rumah jadi nanti aku bisa masuk sendiri. Jadi ibu dan ayah tidak usah menunggu aku pulang," kata Renata berbicara kepada sang ibu.
"Nanti kamu kabarin ibu aja mau pulang jam berapa. Kalau kemalaman biar nanti ibu tidur duluan," jawab sang ibu menyetujui perkataan sang putri.
"Iya Bu nanti Rara telepon ibu kalau mau pulang," jawab Renata yang tak ingin membuat sang ibu kelelahan menunggu dirinya.
Setelah menghubungi sang ibu Renata pun bersiap untuk pulang karena pekerjaannya memang sudah selesai dan ia juga harus segera ke butik karena kedua sahabatnya sudah menunggu di butik. Dan soal mobil kemarin Adrian sudah membawanya dan keadaan mobilnya juga sudah baik. Renata masih saja merasa kesal kenapa ada laki-laki seperti Adrian. Bayangkan saja dia terus saja mendekati dirinya padahal jelas-jelas ia sudah menolaknya. Andai saja kemampuan Adrian dalam mengambil gambar tidak bagus mungkin Renata akan segera memecatnya. Namun sayangnya hasil dari foto yang dilakukan Adrian selalu saja bagus. Dan sudah banyak orang yang memuji kemampuan Adrian itu. Jadi akan sayang jika kantor majalah ini membuang Adrian dengan kemampuan fotografinya yang memang sangat bagus. Jadi Renata pun harus bersikap profesional walaupun ia tahu jika Adrian suka cari-cari kesempatan untuk menggodanya. Apa Adrian gak tahu jika ia lebih tua darinya jadi kenapa ia tak menggoda wanita cantik yang lebih mudah atau minimal seumuran dengannya. Bukannya menggoda dirinya yang usianya 5 tahun lebih tua dari dirinya. Tapi Renata tak menggubrisnya dan ia melakukan semuanya seperti tak ada Adrian yang memang gemar menggodanya. Karena ia tak mau pusing membahas masalah yang tak penting seperti ini.
Renata pun segera melajukan mobilnya ke butiknya berada. Sebelumnya ia sempat membeli kopi untuk kedua sahabatnya dan juga beli burger sebagai makan malam mereka sambil mengobrolkan tentang perkembangan butik mereka.
Satu jam kemudian dengan membawa kopi dan burger Renata pun sudah sampai di butiknya. Beberapa karyawan yang melihat kedatangannya langsung menyapanya dan tentu saja Renata membalas sapaan dari para karyawannya dengan sangat ramah. Hingga ia melangkahkan kakinya ke ruang kerjanya dan juga kedua sahabatnya.
"Ini aku bawain kopi sama burger," kata Renata ketika masuk ke ruang kerjanya.
"Wah kamu tahu aja kalau ini udah masuk jam makan malam," kata Flora yang terlihat sangat senang.
"Bukannya kamu baru aja makan donat yang kita pesan lewat aplikasi ojek online?" sindir Elina melihat sahabatnya yang memang rakus itu.
"Donat kan cuma cemilan aja ibu Elina. Udah jangan suka ngurusin aku kalau soal makanan," jawab Flora yang sudah meminum kopi yang dibawa Renata.
Mereka pun menikmati kopi dan burger yang dibawa Renata sambil membahas tentang perkembangan butik.
"Penjualan kita bulan lalu sangat bagus. Bahkan ada yang membeli baju kita lebih dari satu karena mereka suka sama desaign dan juga bahan dari baju-baju kita. Dan yang paling penting mereka menantikan colection baju kita selanjutnya. Mereka juga bilang akan kembali datang," kata Elina yang tugasnya mengurus soal keuangan.
"Apa kita mau coba mau buka store lagi? Biar penjualan kita juga semakin banyak dan juga produk kita semakin banyak dikenal oleh banyak orang," kata Flora memberi saran.
"Kalau menurut aku sih kita fokus sama store kita yang ini aja. Aku lagi gak mau terlalu muluk-muluk ngambil banyak pekerjaan. Mungkin kalau nanti aku memutuskan untuk resign dari kerjaan aku mungkin kita bisa memikirkan soal itu lagi," kata Renata mencoba bijak.
"Emang kamu mau resign dari kerjaan kamu sekarang Ra?" tanya Flora kaget dengan jawaban dari Renata.
"Gak sekarang sih Flo mungkin suatu saat nanti. Tapi aku pasti suatu saat pasti akan resign kan mungkin kerja sama orang terus." Renata pun mencoba menjelaskan kepada Flora.
"Kita sebagai seorang sahabat akan selalu mendukung apapun keputusan yang kamu ambil. Tapi ingat Ra ketika kamu mengambil keputusan apapun itu kamu harus memutuskannya bukan karena omongan orang lain ataupun harapan orang lain. Kamu harus mengambil keputusan sesuai dengan apa yang kamu inginkan," kata Elina yang selalu saja bijak.
"Iya El aku juga tahu kok. Udah gak usah bahas soal ini. Gimana perkembangan buat colection kita selanjutnya? Apa semuanya sudah berjalan sesuai rencana?" tanya Renata yang mulai serius kembali.
"Kalau soal proses pembuatan sudah sesuai dengan jadwal. Kalau gak ada kendala mungkin 2 Minggu lagi sudah selesai. Jadi sebaiknya kita harus mulai mempersiapkan soal pemotretan dan mulai bisa kasih spoiler buat para konsumen di website kita," kata Flora yang mulai ikut serius.
"Ok kalau semaunya sudah sesuai rencana. Kalau gitu kita mulai persiapan aja buat pemotretannya. Kalian udah cari model dan fotografer yang tepat buat colection terbaru kita?" tanya Renata lagi.
"Kalau soal model udah ada beberapa model yang aku incar tapi masih belum pasti juga. Nanti aku minta pendapat kamu soal ini. Dan soal fotografer aku sih maunya pakai Adrian karena hasilnya memang sangat bagus," jawab Elina santai.
"Kenapa sih kalian harus pakai Adrian itu? Emang gak ada fotografer yang lain?" Renata terlihat ketus ketika nama Adrian di sebut-sebut.
"Emang kenapa sih kalau pakai Adrian? Aku lihat beberapa hasil fotonya dan sumpah bagus banget. Kalau gak salah dia juga kerja di tempat kamu dan aku dengar-dengar dia juga naksir sama kamu. Jadi akan mudah untuk meminta bantuannya kan?" Goda Flora.
"Bodoh ah..." Renata pun terlihat semakin ketus.
Sedangkan kedua sahabatanya tertawa dengan puas ketika melihat wajah Renata yang cemberut seperti itu. Bisa dibayangkan bagaimana imutnya wajah Renata saat ini. Walauapun ia sudah berusia 30 tahun tapi ia terkadang masih bersikap kekanak-kanakan.
"Ra kamu jadi nginep di rumah ayah dan ibu?" tanya Elina yang memang sedang bersiap untuk pulang.
Kedua sahabatnya ini juga sudah sangat dekat dengan keluarganya. Jadi tak heran jika memanggil kedua orang tua Renata dengan sebutan ayah dan ibu.
"Iya setelah ini aku langsung pulang ke rumah bapak dan ibu. Besok aku harus nganterin bapak dan ibu ke acara nikahan saudara. Kalian tahu kan setelah ayah kena serangan jantung beliau gak boleh nyetir sendiri. Biasanya kalau kemana-mana ayah dan ibu seringnya naik taxi tapi berhubung besok Sabtu ibu minta aku buat nganterin. Dan sebagai anak yang baik aku akan menuruti permintaan orang tua," jawab Renata yang sedang membaca pesan yang masuk dari orang kantor.
"Kamu yakin siap ketemu sama Andre Ra? Dia kan dulu mantan tunangan kamu yang direbut sama sepupu kamu yang keganjenan itu?" tanya Elina dengan sangat hati-hati.
Renata yang sedang sibuk dengan ponselnya pun menghentikan kegiatannya dan menghadap kearah Elina.
"Aku malah sampai lupa bakal ketemu sama dia disana. Aku dan Andre sudah masa lalu El. Andre lebih memilih Sania daripada aku. Mungkin dia pikiran Sania lebih baik dari aku jadi dia milih dia. Apalagi sekarang Sania sedang mengandung anaknya Andre jadi keputusan aku untuk berpisah adalah keputusan yang terbaik," jawab Renata bijak.
Elina tahu bahwa sahabatnya dulu sangat mencintai Andre bahkan tinggal hitungan bulan mereka akan melangsungkan pernikahannya. Tapi semua itu hancur lebur ketika Sania yang memang sejak lama suka dengan Andre pun menjebak Andre untuk tidur bersama hingga membuat Sania hamil. Sehingga mau tak mau Renata memilih untuk mengalah daripada ia membuat hidup seorang anak tak lengkap karena tak memiliki seorang ayah. Awalnya Renata tentu saja hancur lebur ketika ia merasa dikhianati. Tapi perlahan ia mulai berhasil melaluinya hingga menjadi Renata yang kuat seperti ini.
"Ra, aku yakin suatu saat kamu pasti akan mendapatkan laki-laki yang begitu sangat menyayangi kamu dan menjadikan kamu ratu di rumahnya dan tentu saja di hatinya. Karena kamu itu wanita yang sangat baik dan laki-laki yang akan mendapatkan kamu akan sangat beruntung," kata Elina memberi semangat.
Renata pun mengangguk sambil tersenyum kearah Elina. Ia juga percaya akan hal yang diucapkan oleh Elina. Ia hanya tinggal menunggu waktu hingga waktu itu akan tiba.