Lombok

1702 Words
"Vira jangan lupa kamu jemput mbak di bandara soalnya mbak bawa banyak barang dan gak mungkin pakai taksi," kata Renata kepada timnya. "Siap mbak. Nanti pasti ada yang jemput mbak kok. Kalau aku gak bisa jemput nanti aku suruh anak yang lain jemput mbak," jawab Vira paham. "Ok. Siapa saja boleh yang penting ada yang jemput mbak nanti. Dan gimana kondisi disana? Apa gak ada masalah lagi?" tanya Renata untuk memastikan. "Semuanya gak ada masalah lagi mbak. Kita tinggal nunggu baju yang mbak bawa dan besok kita bisa menyelesaikan pemotretan yang tertunda," jawab Vira menjelaskan. "Kamu pastikan saja tidak ada lagi yang salah. Mbak gak ingin ada kesalahan lain dan membuat pekerjaan kita tak selesai-selesai. Selain itu kita harus mengerjakan pemotretan di Bali juga. Jadi kita harus segera menyelesaikan pekerjaan disini baru bisa memulai pemotretan di Bali." Renata pun kembali mengingatkan timnya untuk tak melakukan kesalahan lagi. "Siap mbak. Makanya hari ini aku dan tim akan mengecek ulang kembali apa yang harus di kerjakan agar besok bisa langsung pemotretan. Dan semua yang diinginkan bisa selesai," jawab Vira yang mengerti maksud dari bosnya itu. "Ok. Mbak percayakan kepada kamu dan kamu bisa mengerjakan tugas yang sudah kita rancang sebelumnya," kata Renata memberikan dukungan untuk timnya di sana. Tak berapa lama Renata memutuskan untuk menghentikan panggilan telepon dengan Vira. Saat ini Renata sudah berada di bandara untuk berangkat ke Lombok. Ia juga sudah memasukkan koper miliknya yang penuh dengan baju untuk pemotretan. Untung saja bagasinya tidak overload sehingga ia tak perlu membayar lebih. Sambil menunggu waktunya untuk terbang Renata menikmati waktunya dengan meminum kopi yang tadi ia beli setelah selesai mengurus semua hal yang berhubungan dengan bagasi. Penampilan Renata pagi ini terlihat sangat kasual. Dengan memakai celana joger dan juga kaos biasa saja serta kacamata baca. Dalam kesehariannya Renata memang jarang memakai kacamata bacanya walaupun ia minus. Biasanya ia selalu memakai softlens untuk membantunya melihat. Pagi ini Renata juga sama sekali tak memakai makeup karena ia benar-benar sedang malas memakainya. Bisa dibilang penampilan Renata pagi ini benar-benar sangat natural. Walaupun begitu tak membuat Renata terlihat jelek malah terlihat cantik dan lebih fresh. Kopi panas yang ia minum hanya tinggal setengah dan ketika ia sedang menunggu waktu berangkat tiba-tiba ada telepon yang masuk. Ternyata yang meneleponnya adalah sang ayah. Tanpa pikir panjang Renata langsung mengangkatnya. "Halo yah," jawab Renata ketika mengangkat telepon dari sang ayah. "Sayang kamu jadi pergi ke Lombok?" tanya sang ayah langsung. Renata memang memberitahukan kepada sang ayah jika dirinya akan pergi ke Lombok pagi ini. Walaupun sekarang bisa dibilang Renata sudah dewasa dan punya penghasilan sendiri tapi ia masih suka memberikan informasi jika ia aku melakukan perjalanan bisnis. Dan ia pun juga sebisa mungkin memberikan informasi tentang aktivitas kesehariannya kepada kedua orang tuanya agar tak membuat mereka khawatir dengan keadaan putri mereka. "Iya yah jadi kok. Ini aja aku sudah ada di bandara dan tinggal menunggu masuk pesawat. Mungkin sekitar setengah jam lagi kalau gak delay aku akan berangkat ke Lombok," jawab Renata di seberang telepon. "Ooo gitu. Kamu hati-hati selama perjalanan ke Lomboknya. Nanti ketika sudah sampai jangan lupa menghubungi ayah," pinta sang ayah. "Iya yah nanti kalau Renata sudah sampai Lombok pasti akan langsung telepon ayah. Ayah mau titip apa? Atau mungkin ibu mau Renata beliin sesuatu? Kebetulan setelah dari Lombok aku langsung melanjutkan urusan kerjaan di Bali. Jadi mungkin ayah atau ibu mau minta dibeliin sesuatu?" tanya Renata penuh perhatian. "Ayah dan ibu gak perlu apa-apa. Yang penting kamu kabarin ayah dan ibu aja kalau sudah sampai. Itu sudah lebih cukup bagi ayah dan ibu. Kamu juga harus jaga diri serta kesehatan kamu. Jangan sampai telat makan dan minum juga vitaminnya. Ayah gak ingin sampai kamu sakit lagi," jawab Ferry yang terdengar khawatir dengan putri satu-satunya itu. Renata tersenyum mendengar apa yang dikatakan oleh sang ayah. Renata benar-benar sangat beruntung memiliki orang tua seperti ayah dan ibunya. Mereka bukan tipe orang tua yang suka meminta sesuatu kepada anak-anaknya. Padahal selama ini mereka sudah memberikan banyak hal untuk dirinya dan juga kedua kakaknya. Jadi sebagai anak Renata dan juga kedua kakaknya harus yang peka untuk memberikan sesuatu kepada kedua orangtuanya. Walaupun terkadang mereka selalu menolak jika diberikan barang-barang yang terkadang sedikit mahal. Mereka selalu bilang jika dirinya dan kedua kakaknya tak perlu menghamburkan uang untuk mereka. Dan dari kedua orangtuanya Renata tumbuh menjadi anak yang bahagia. Walaupun dulu kehidupan mereka tak sebaik sekarang tapi baik ibu dan ayahnya selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya. "Iya yah. Aku akan mengingat semua hal yang ayah katakan buat aku. Dan aku pasti akan selalu jaga diri disini. Oya yah kak Brandon dan kak Kelvin jadi datang Minggu depan untuk merayakan ulang tahun ibu?" tanya Renata mencoba mengalihkan pembicaraan. "Ayah kurang tahu kalau soal itu. Nanti kamu telpon kakak-kakak kamu saja. Jika mereka mau datang maka ayah harus siap-siap untuk beres-beres rumah," jawab Ferry yang tak tahu jika kedua putranya mau datang. "Ya udah nanti Renata telpon kak Brandon dan kak Kelvin. Ya udah yah aku tutup teleponnya dulu soalnya aku harus masuk pesawat sekarang," kata Renata yang mendengar jika pesawatnya akan terbang. "Ok sayang. Kamu hati-hati disana ya?" Kata sang ayah penuh perhatian. Dan Renata pun segera menutup telepon sang ayah. Ia menghabiskan kopi yang belum sempat ia habiskan. Dan setelah itu ia pun berjalan menuju pesawatnya. Sepanjang penerbangan Renata benar-benar tidur dengan sangat pulas. Ia benar-benar tak kuat menahan rasa kantuknya karena semalam tidurnya sangat kurang. Walaupun tadi ia sempat membeli kopi tapi ternyata sangat tidak membantu. Hingga dari terbang sampai landing Renata benar-benar tertidur dengan pulasnya. Sesampainya di bandara di Lombok Renata pun sudah mendorong troli berisi kopernya sambil melihat siapa yang akan menjemputnya. Belum sempat ia menelpon Vira melihat laki-laki yang tak ingin dia temui saat ini. Tapi sekarang laki-laki malah sedang berjalan kearahnya sambil menampilkan senyumnya yang mungkin kata wanita di luar sana memabukkan. Tapi bagi Renata tak seperti itu. "Selamat pagi sayang," sapa Adrian ketika sudah berdiri di hadapan Renata. "Kok kamu yang jemput? Bukannya Vira yang aku minta untuk jemput?" tanya Renata yang tak suka dengan kedatangan Adrian. "Vira lagi mengurus hal yang lain jadi dia minta tolong sama aku. Kebetulan aku juga gak ada kerjaan lain jadi lebih baik aku jemput kamu aja," jawab Adrian dengan polosnya. Sebenarnya Renata enggan untuk pergi bersama dengan Adrian tapi aku sudah terlanjur kayak gini mau tak mau dia pun harus menerimanya. "Barangnya cuma ini aja?" tanya Adrian yang sudah mengambil alih troly yang dibawa oleh Renata. "Iya cuma ini aja," jawab Renata dengan ekspresi yang sedikit ketus. " Ok. Kalau gitu kita ke hotel sekarang? Atau kita sarapan dulu? Kebetulan aku juga belum sarapan dan kamu pasti juga belum sarapan kan?" tanya Adrian yang sudah berjalan menuju mobil yang dibawa oleh Adrian. "Aku bisa beli roti di minimarket kalau cuma buat sarapan. Sekarang kita ke hotel langsung aja. Yang aku butuhkan saat ini cuma tidur," jawab Renata yang wajahnya terlihat lelah. Adrian bisa melihat wajah Renata yang lelah. Tapi tadi ketika ia melihat Renata ia bisa melihat jika Renata berpenampilan sangat berbeda dari kesehariannya. Ia terlihat lebih santai dan Adrian suka akan hal itu. Dengan wajah yang natural membuat Renata terlihat lebih fresh dan juga terlihat semakin muda dari usianya yang sebenarnya. Adrian benar-benar selalu dibuat terpesona oleh seorang wanita bernama Renata Dewangga. "Kalau gitu kita langsung ke hotel aja. Nanti kita pesan makanan di hotel aja," jawab Adrian yang akan langsung membawa Renata ke hotel. Renata pun tak menanggapi apa yang dikatakan oleh Adrian. Ia benar-benar sedang tak nyambung saat ini. Karena ia benar-benar merasa sangat mengantuk. Ketika sampai di mobil Renata langsung mengambil ponselnya untuk menghubungkan sang ayah. Ia yakini sang ayah pasti sedang menunggu telponnya. Sang ayah memang selalu begitu jika mendengar jika dirinya melakukan perjalanan bisnis kelua kota. Sang selalu saja khawatir walaupun Renata sudah sering mengatakan kepada sang ayah jika dia baik-baik saja. Tapi ayahnya selalu khawatir dengan keadaan dirinya. Mungkin karena Renata adalah putri satu-satunya di keluarga jadi semua perhatian tertuju kepada dirinya. "Halo yah. Aku baru aja sampai di Lombok. Dan ini sedang dalam perjalanan menuju ke hotel," kata Renata lewat sambungan telepon. " Syukurlah kalau kamu sudah sampai. Kalau kamu gak ada jadwal kerja hari ini lebih baik kamu istirahat aja. Ayah tahu kamu pasti capek. Jadi lebih baik istirahat aja," pinta sang ayah. "Iya yah rencananya sampai hotel aku akan langsung tidur aja. Nanti kalau aku gak angkat telepon ayah berarti aku masih tidur ya yah," kata Renata mengingatkan sang ayah. "Iya ssyang. Kamu bisa menghubungi ayah ketika sudah bangun saja. Ya udah kamu hati-hati disana ya. Kalau ada apa-apa kabarin ayah," pinta sang ayah lagi. "Iya yah. Aku tutup teleponnya dulu yah. Renata sayang ayah," kata Renata sebelum menutup teleponnya. "Ayah juga sayang kamu sayang," jawab Ferry yang memang sangat menyayangi sang putri. Sambungan telepon pun terputus. Ada rasa lega di hati Renata setelah memberikan kabar kepada sang ayah. Dan tak membutuhkan waktu yang lama Renata pun kembali terlelap tidur. Adrian sangat senang melihat interaksi antara Renata dan juga ayahnya. Bisa dibilang Adrian sangat iri dengan interaksi mereka berdua yang memang sangat berbeda dengan dirinya. Mungkin dirinya terlahir dari keluarga yang kaya raya tapi dibalik semua kekayaan yang ada ia tak merasakan kehangatan keluarga yang utuh. Selama ini sang papa yang sibuk dengan urusan pekerjaan hingga lupa bahwa dirinya memiliki seorang anak laki-laki. Sedangkan sang ibu sudah lebih dulu pergi meninggalkan dirinya dan itu semakin membuat Renata kesepian. Walaupun sang papa menikah lagi dengan wanita lain tapi baginya wanita itu hanya orang asing yang tidak berhak menyebut dirinya sebagai pengganti sang mama. Karena selamanya mamanya hanya satu saja tak pernah tergantikan. Mobil melaju ke hotel yang mereka tempati. Dan jarak antara bandara ke hotel mereka lumayan jauh. Sesekali Adrian melirik kearah Renata yang tampak tertidur dengan lelapnya. Ia tahu wanitanya ini bukan wanita yang sembarangan. Ia seorang wanita yang mandiri dan pekerja keras. Jadi sangat wajar jika Renata merasakan lelah seperti saat ini. Sekarang tugas Adrian yang membuat Renata nyaman. "Sayang kamu memang wanita yang luar biasa. Dan aku gak salah mengejar cinta kamu. Aku akan membuktikan kepada kamu jika aku adalah laki-laki yang pantas buat aku. Dan aku berjanji akan membahagiakan kamu apapun caranya," kata Adrian penuh janji sambil melihat kearah Renata yang masih memejamkan matanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD