Rencana Licik Arnold

1482 Words
Setelah beberapa waktu Renata dan timnya membahas soal rencana untuk edisi bulan depan yang mengambil tema liburan akhirnya dipilih 2 destinasi tempat liburan yang banyak diminati oleh banyak orang. Dan akhirnya mereka memilih Lombok serta Bali sebagai tempat yang akan dijadikan konten di edisi bulan depan. Sudah seminggu terakhir timnya melakukan beberapa pemotretan untuk konten majalah depan. Dan rencananya akhir pekan ini mereka akan ke Bali untuk pengambilan gambar disana. Dan rencananya Renata akan ikut menyusul timnya yang sedang melakukan pekerjaannya di Bali. Ia ingin mengawasi dan juga melihat hasil pekerjaan timnya di Lombok dan Bali. Dan untuk pemotretan kali ini mereka tetap memakai Adrian sebagai fotografernya. Karena memang kemampuan Adrian sangat bagus dan memuaskan. Walaupun ia tak begitu suka dengan dengan orangnya tapi ia akui jika kemampuan Adrian diatas rata. Suasana sudah lumayan sepi dan Renata juga harus selesai bekerja. Hari ini rencananya setelah pulang kerja Renata mau pergi ke gym. Sudah lama ia tak berolahraga jadi mumpung hari ini tak ada pekerjaan yang harus diselesaikan serta ia juga tak harus ke butik jadi ia memilih untuk jalan ke tempat gym yang tak jauh dari apartemennya. Renata sedang memasukkan barang-barang bawaannya kedalam tas dan tiba-tiba ada panggilan masuk di ponselnya. Ia pun menghentikan kegiatannya dan memilih untuk mengambil ponselnya. Dan disana ada nama Vira yang merupakan orang yang bertanggung jawab atas project di Lombok dan Bali. Renata pun langsung mengangkatnya karena ia yakin jika Vira menelponnya pasti ada masalah yang sedang ia hadapi. "Iya Vira ada apa?" tanya Renata langsung. Mbak Renata kita punya masalah," jawab Vira dengan suara yang panik. "Masalah apa?" tanya Renata dengan suara yang tenang. "Jadi baju yang seharusnya digunakkan untuk pemotretan masih belum jadi dan baru selesai besok. Sedangkan besok kita ada pemotretan lagi. Sedangkan model yang kita kontrak tidak bisa lama-lama menunggu karena dia memiliki jadwal yang lain. Saya harus gimana mbak?" tanya Vira yang terlihat panik. Renata tahu dalam setiap pemotretan yang terjadi tak selamanya mulus pasti aja ada masalah yang harus mereka hadapi sehingga mereka harus selalu siap dengan segala rencana cadangan di belakangnya. Dan sebagai kepala tim Renata juga harus memikirkan bagaimana caranya untuk menyelesaikan semua masalah yang datang untuk menghancurkan pekerjaannya dan juga tim. Karena masalah seperti ini tak satu kali ia hadapi. Bahkan dia pernah mengalami kejadian yang buruk dan hampir membuat kariernya hancur. Tapi Renata selalu bisa menyelesaikan semuanya dengan kepala dingin dan tenang. "Sekarang begini saja. Saya akan ambil baju-baju yang akak di gunakan untuk pemotretan itu. Kamu hubungi pihak desainer untuk menyelesaikan semua baju itu sekarang juga. Dan besok biar saya yang membawa baju-baju itu kesana. Dan untuk pemotretan besok kamu liburkan dulu saja. Kamu hubungi pihak management dari model yang kita kontrak jika besok kita akan rehat sejenak dan akan kembali melanjutkan pemotretan hari berikut. Kamu pastikan jangan sampai ada yang tahu jika alasan kita rehat karena baju yang akan dipakai pemotretan belum siap. Saya akan coba mengejar pihak designer juga dan besok saya sendiri yang akan membawa baju-baju itu," kata Renata memberikan solusi. "Baik mbak Renata. Saya akan mencoba menghubungi pihak desainer untuk menyelesaikan semuanya malam ini juga. Selain itu saya juga akan melakukan semua hal yang sudah mbak Renata katakan tadi," jawab Vira mengerti. "Kamu terus kabari saya tentang semua hal yang berhubungan dengan masalah ini. Saya akan mencoba menyelesaikan semuanya dari sini," kata Renata menambahkan. "Baik mbak," jawab Vira mengerti. Dan tak lama sambungan telepon antara Renata dan juga Vira pun berakhir. Dan sepertinya ia tak jadi pergi ke tempat gym. Karena ia harus menyelesaikan semuanya. Renata memilih untuk segera pulang ke apartemen untuk bersiap-siap untuk packing karena siap tahu besok ia akan berangkat. Selain itu mungkin ia akan mampir ke tempat designer yang membuat baju untuk edisi bulan depan majalah mereka. Sementara itu Adrian sedang duduk di depan kamar hotelnya setelah seharian ini ia disibukkan dengan segala pekerjaan pemotretan yang sangat padat. Dan untung saja besok mereka libur jadi lumayan untuk Adrian mengistirahatkan dirinya. Jangan bilang jika pekerjaan sebagai fotografer mudah. Karena pada kenyataannya itu sangat tak mudah. Karena banyak hal yang harus dipersiapkan untuk bisa mendapatkan foto yang bagus. Jadi tak heran jika semua hasil foto yang dilakukan oleh Adrian sangat bagus karena dedikasinya yang tinggi terhadap pekerjaannya sangat besar. Secangkir kopi menemani Adrian di malam yang sunyi. Tapi tentu saja ia tak bisa langsung tidur karena ia saat ini sedang melihat laporan yang dikirimkan oleh Gery. Dan senyum pun mengembang dari wajahnya ketika tahu jika kakak tirinya ternyata sedang menyiapkan sesuatu yang besar tentang perusahaan Levin. Ternyata kakak tirinya itu sedang mencoba membujuk para pemegang saham agar mendukung dirinya untuk menjadi CEO di perusahaan Levin. Karena memang kakak tirinya itu tak memiliki saham apapun di perusahaan. Sebagai saham terbesar milik perusahaan Levin atas nama papanya yang nantinya secara otomatis akan menjadi miliknya karena dirinya adalah anak kandung sang papa. Maka dari itu kakak tirinya ini mencoba untuk mengambil simpati para pemegang saham lainnya untuk mendukungnya. "Ternyata kamu licik juga Arnold. Ok kalau kamu bertindak licik maka aku akan jauh lebih bisa bertindak licik kepada kamu. Kita lihat aja nanti apa yang aku bisa lakukan untuk kamu. Karena aku tidak suka melakukan sesuatu dengan cara yang kotor. Dan jangan harap kamu bisa memiliki perusahaan Levin. Karena perusahaan Levin selamanya hanya milik Adrian France Levin," kata Adrian penuh penekanan. Adrian pun mencoba untuk mempelajari semuanya. Ia tak boleh melewatkan sedikit pun informasi dari orang-orang yang begitu baik kepada dirinya dan percaya akan kemampuannya. Dan di kantor perusahaan Levin Arnold tampak serius dengan beberapa berkas di meja kerjanya. Sekarang jam sudah menunjukkan pukul 9 malam dan Arnold belum punya niatan untuk pulang. Sepertinya ia akan memilih untuk tinggal di kantor saja. Karena memang ada kamar khusus untuk dirinya jika akan lembur. Ia masih punya banyak pekerjaan yang harus ia kerjakan terutama soal menarik kepercayaan para pemegang saham agar mau memilihnya untuk menjadi CEO. Ia ingin bisa memiliki perusahaan Levin secara penuh karena saat ini ia tak bisa melakukannya. Arnold tahu jika ia tak punya saham di perusahaan Levin karena sang papa tak memberikan saham apapun untuk dirinya melainkan adik tirinya yang sialan itu yang mendapatkan semuanya. Arnold tak akan membiarkan Adrian mengambil apapun yang ia sudah bangun. Maka dari itu ia bekerja sangat keras agar bisa mengamankan posisinya. Keesokan harinya dengan mata yang masih terpejam Renata mencoba bangkit dari ranjangnya menuju kamar mandi. Setelah semalam ia begadang lagi gara-gara harus terus memonitor tentang baju yang belum jadi itu. Dan hampir pukul 3 pagi hingga akhirnya baju-baju itu jadi dan sekarang sudah dimasukkan ke dalam koper. Renata sendiri juga sudah memesan tiket untuk ke Lombok. Dan pesawatnya akan terbang siang ini jadi Renata masih punya sedikit waktu untuk bisa sedikit mengistirahatkan dirinya. Tak membutuhkan waktu yang lama bagi Renata untuk selesai mandi. Ia sudah duduk di sofa yang ada di kamarnya. Sebenarnya ia masih benar-benar masih mengantuk. Tapi ia tak mungkin kembali tertidur karena ia takut akan terlambat berangkat. Jadi lebih baik ia bersiap-siap dan nanti ketika sudah sampai di pesawat ia akan memilih tidur. Untuk mengusir rasa ngantuknya Renata memilih untuk meminum kopi yang tadi ia buat serta makan roti gandum dengan selai coklat. Ia hanya berusaha untuk membuat dirinya sadar. Ketika sedang mengunyah rotinya tiba-tiba Vira menelponnya. Dan tanpa pikir panjang Renata langsung mengangkatnya. "Iya Vira," jawab Renata dengan mulut yang terus mengunyah. "Mbak jam berapa pesawatnya terbang? Biar nanti saya yang jemput mbak dibandara," kata Vira yang akan menjemput Renata. "Dari sini sekitar pukul 12 siang. Gimana keadaan disana?" tanya Renata balik. "Semuanya aman mbak. Saya sudah bilang kepada pihak management dari para model disini bahwa hari ini kita libur dan mereka tak menanyakan alasan kenapa pemotretan ditunda. Mereka cukup senang setidaknya mereka bisa menikmati pemandangan Lombok dan sedikit berlibur," jawab Vira yang sudah tenang. "Bagus kalau semuanya aman. Kamu pastikan hari ini cek semua persiapan untuk besok. Jangan ada lagi kesalahan seperti ini lagi. Agar semuanya proses pemotretannya lancar dan bisa segera selesai," perintah Renata sambil mengingatkan Vira. "Iya mbak saya tahu. Hari ini saya dan anak-anak akan mengecek semuanya. Dan memastikan jika tak ada kesalahan lagi," jawab Vira mengerti. "Ok. Saya percaya kamu bisa mengurus semuanya. Kalau begitu saya tutup teleponnya dulu. Saya mau siap-siap jalan ke bandara," kata Renata yang akan menutup teleponnya. "Baik mbak Renata. Hati-hati buat penerbangannya. Nanti saya yang akan menjemput mbak Renata disini," jawab Vira mengerti. Setelah itu sambungan telepon terputus. Renata pun mulai bersiap-siap untuk jalan ke bandara. Satu hal yang selalu Renata pegang dalam hidupnya jika semua hal yang sudah direncanakan dengan sangat matang dan baik pun tak selamanya berakhir baik. Bahkan ia sudah mengalami banyak hal yang tidak sesuai dengan rencana yang sudah ia buat. Yang paling penting bagaimana kita bisa mengatasi masalah yang datang ketika tak sesuai dengan rencana yang ada. Jadi Renata akan selalu bangkit kembali jika ada orang-orang yang berusaha menjatuhkannya atau mungkin ada masalah yang menghadang jalannya. Karena ia yakin setiap ada masalah pasti akan ada solusinya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD