Tawaran perjodohan??

1724 Words
Menginap di rumah kedua orang tuanya benar-benar membuat Renata merasa lebih segar daripada sebelumnya. Ia bahkan bisa beristirahat dengan tenang karena kedua orang tuanya bukan tipe orang tua yang suka mencampuri kehidupan anak-anaknya. Mereka hanya akan memberikan saran jika anak-anaknya meminta saran. Jika tidak mau mereka mencampuri kehidupan anak-anak mereka. Karena bagi mereka anak-anak sudah cukup dewasa untuk memilih kehidupan yang ingin diambil. Jadi sebagai orang tua mereka hanya bisa berada di samping mereka dan mendengarkan keluh kesah mereka. Selebihnya mereka tak mau ambil pusing mengenai hal lain. Seperti kemarin ketika Renata bercerita tentang pertemuannya dengan Sania dan juga Andre kepada sang ayah dan apa yang di dapat Renata dari saran yang diberikan oleh sang ayah benar-benar membuat hatinya lega hingga ia merasa bisa melangkah lebih ringan untuk kedepannya. Jadi Renata selalu berprinsip bahwa ia tak mau buat dendam dengan siapapun orang yang pernah menyakitinya. Ia selalu mengatakan jika di dunia ini ada yang namanya hukum karma. Dan ia percaya jika ada orang yang berniat jahat kepada dirinya maka orang itu akan mendapatkan balasannya. "Wah aku berasa kayak mudik kalau lihat barang-barang yang harus aku bawa pulang ke apartemen," kata Renata yang takjub dengan banyaknya makanan yang dibawakan oleh sang ibu. "Udah kamu gak usah banyak bicara. Nanti sampai apartemen langsung masukin ke kulkas. Setelah itu kamu bisa memanaskan beberapa lauk dan juga sayur untuk kamu makan. Ibu gak mau lihat kamu diet-dietan segala. Badan kamu sudah terlalu kurus untuk diet segala. Jadi kamu harus makan yang banyak mulai saat ini," kata sang ibu penuh penekanan. Kalau sudah begini Renata mau menolak bisa-bisa ia tak di anggap sebagai anak lagi karena membantah perintah sang ibu. Tapi sebenarnya Renata juga senang ketika membawa makanan yang dibuatkan khusus untuk dirinya. Karena dia memang selalu suka dengan masakan yang dibuat oleh sang ibu. Sehingga ia selalu antusias ketika ibunya membawa banyak makanan. "Dan nanti masing-masing kamu kasihkan ke Flora dan juga Elina. Karena ibu tahu mereka sangat suka sama masakan ibu. Dan ibu juga yakin jika mereka sudah bekerja sangat keras sehingga ibu mau memberikan hadiah untuk mereka berdua," kata sang ibu yang masih sibuk mengemas semua makanan yang ada. "Ok Bu siap. Aku yakin Elina dan juga Flora akan sangat senang mendapatkan hadiah oleh-oleh masakan ibu. Karena mereka berdua kan memang sudah jatuh cinta sama makanan ibu," jawab Renata masih melihat kesibukan sang ibu. Kedua sahabatnya itu memang sangat dekat dengan keluarganya juga. Bahkan ayah dan juga sang ibu sudah menganggap Elina dan juga Flora anaknya sendiri. Jadi tak heran jika sang ibu ketika memasak pasti juga memberikan juga kepada Elina dan Flora. "Oya sayang ayah dengar-dengar butik kamu sedang ramai ya? Kemarin ayah gak sengaja mendengar dari Elina jika butik kamu saat ini kebanjiran orderan dan juga koleksi terbaru kamu bahkan sering terjual habis. Apa itu benar sayang?" tanya Ferry yang ikut berada di dapur. "Benar banget yah. Aku aja sempat kaget karena aku pikir koleksi terbaru aku bakal gak terlalu diminati oleh para konsumen karena memang untuk koleksi terbaru di butik aku mau mencoba memasarkan kebaya. Ayah ingat kebaya yang aku pakai saat nikahan Wanda beberapa saat lalu kan? Itu adalah kebaya yang sengaja aku publikasi sebagai koleksi di butik. Dan ternyata responnya sangat bagus. Dan kita akan memproduksi lagi karena peminatnya sangat banyak," kata Renata mencoba menjabarkan apa yang terjadi. "Wah ayah selalu bangga sama kamu sayang. Kamu selalu bisa menjadi seorang Renata Dewangga yang bersinar walaupun sudah berulang kali terjadi. Jadi jangan pernah merasa jika hidup kamu tak bahagia ataupun tak sama seperti orang lain karena setiap orang memiliki kehidupan yang berbeda-beda. Serta pasti mereka juga punya kesusahan mereka masing-masing. Yang harus kamu lakukan adalah selalu mencoba melakukan yang terbaik dan nikmati prosesnya. Dan jangan terlalu peduli soal hasilnya karena kalau kamu gagal setidaknya kamu tak menyesal karena sudah melakukan yang terbaik. Selain itu kamu bisa bangkit kembali untuk memperbaiki apa yang membuat kamu gagal. Maka kamu pasti akan merasakan perasaan yang puas jika berhasil mendapatkan apapun yang sedang kamu kejar. Dan satu lagi jangan pernah sungkan untuk bercerita sama ibu atau ayah. Gak apa-apa kalau kamu ingin menangis karena itu wajar maka ayah dan ibu akan memberikan pelukan yang paling hangat untuk bisa menampung semua rasa kesedihan yang kamu rasakan." Ferry memberikan nasihat kepada putrinya untuk tak perlu takut mencoba. Mata Renata berkaca-kaca mendengar apa yang dikatakan oleh sang ibu. Ia benar-benar beruntung menjadi anak dari ayah dan ibunya. Mereka sama sekali gak pernah menilai apa yang dia lakukan itu salah ataupun benar. Jika pada akhirnya apa yang ia lakukan gagal mereka dengan tangan terbuka membuka tangan mereka untuk tetap menerima dirinya kembali. Dan Renata pun sangat bersyukur akan hal itu. Akhirnya Renata pun ikut mengemas semua makanan yang diperuntukkan untuk dirinya dan juga kedua sahabatnya. Dan setelah beberapa saat akhirnya Renata pun harus kembali pulang ke apartemennya untuk kembali memulai aktivitasnya kembali. Dan hari-hari Renata pun kembali berjalan seperti biasa. Ia kembali di sibukkan dengan pekerjaannya di kantor majalah. Dan di lain sisi ia juga di sibukkan dengan pekerjaannya dibutik juga. Walaupun terlihat padat tapi ia sangat menikmatinya. Karena semua hal yang ia kerjakan adalah hal yang paling ia sukai. Seperti hari ini Renata sedang membahas soal edisi untuk bulan depan. Ada banyak saran dari timnya. "Mbak Renata sebentar lagi kan sudah memasuki musim panas berarti musim liburan akan tiba. Jadi saya menyarankan bagaimana untuk edisi selanjutnya mengambil tema liburan. Berhubung kita tinggal di negara yang memiliki banyak sekali tempat wisata yang cantik maka kita juga bisa menjadikannya sebagai referensi untuk liburan juga. Menurut mbak Renata bagaimana?" tanya timnya kepada Renata. "Ide yang bagus itu. Kalau begitu kita putuskan jika untuk edisi bulan depan akan mengambil tema liburan. Jadi mulai sekarang kalian mulai mencari referensi tempat mana saja yang bagus untuk liburan dan juga baju apa saja yang cocok dipakai untuk liburan. Dan satu Minggu lagi kita meeting kembali untuk membahas soal ini kembali. Apa ada yang perlu kita bahas lagi?" tanya Renata lagi. "Tidak mbak Renata,' jawab timnya kompak. "Ok. Kalau gitu kalian silahkan mencari referensi yang terbaik. Dan kita bertemu Minggu depan," kata Renata menutup meeting hari ini. Tak lama meeting pun berakhir setelah berhasil menentukan tema untuk edisi bulan depan. Bekerja sebagai kepala editor di perusahaan majalah terbesar di negeri ini tidak mudah. Banyak hal yang harus Renata lakukan dan juga pikirkan. Selain itu ia juga harus bertanggung jawab atas segala hal yang berhubungan dengan seluruh isi majalah yang akan terbit hingga ke percetakannya. Renata harus memastikan jika hasil dari segala kerja keras dirinya dan timnya tak sia-sia. Jadi jangan heran jika Renata di juluki seorang perfectionis dan terkadang suka marah-marah jika hasil yang diinginkannya tak sesuai apa yang sudah di sepakati sejak awal. Tapi tim yang sudah bekerja dengan dirinya sangat paham jika apa yang ia kerjakan untuk mendapatkan hasil yang baik. Dan mereka tahu jika ia marah-marah tandanya ada hal yang harus tidak sesuai dengan apa yang sudah direncanakan sebelumnya. Jadi wajar saja jika Renata marah-marah. Orang-orang yang melihat kesuksesan yang diraih oleh Renata pasti akan iri dan terkadang malah ingin menjatuhkannya. Tapi Renata langsung bisa bangkit kembali ketika orang lain berusaha untuk menjatuhkan dirinya. Ketika Renata sedang memeriksa beberapa dokumen yang ada di meja kerjanya tiba-tiba ponselnya berbunyi dan nama Elina tertera disana. "Halo Re kamu masih di kantor kan?" tanya Elina di seberang telepon. "Iya aku masih di kantor kok. Ada apa emangnya?" tanya Renata balik. "Hari ini kita kan rencananya akan meeting bahas soal perkembangan butik kan? Meeting hari kita cancel dulu ya soalnya anak aku sakit dan sekarang aku sedang ke dokter untuk memeriksakannya. Jadi meetingnya kita tunda dulu ya?" kata Elina memberikan kabar. "Ok gak apa-apa. Kamu urusin dulu anak kamu. Soal meeting kita bisa bahas nanti lagi," jawab Renata setuju dengan apa yang dikatakan oleh Renata. "Ok Re makasih ya. Ya udah aku tutup dulu teleponnya. Bye Renata," kata Elina yang sudah menutup sambungan teleponnya. Ini salah satu hal yang membuat Renata iri dengan kedua sahabatnya. Ia juga ingin bisa merasakan bagaimana rasanya memiliki seorang anak. Kalau di negeri ini boleh mengizinkan untuk hamil tanpa ikatan pernikahan mungkin Renata akan melakukannya. Karena dirinya saat ini sedang tak mempunyai rencana menikah dalam waktu yang dekat. Apa mungkin Renata akan memiliki opsi untuk adopsi saja? Entahlah Renata belum berpikir sampai sejauh itu. Tapi yang pasti ia memang sangat suka anak kecil. Dan ia berharap jika ia bisa merasakan perasaan menjadi seorang ibu entah kapan waktunya yang pasti Renata benar-benar ingin melakukannya. Renata pun memilih untuk mengusir semua pikiran buruk di kepalanya dan memilih untuk fokus dengan berbagai pekerjaan yang tak kunjung selesai ini. Sementara itu di tempat lain Arnold sedang menikmati makan siangnya bersama sahabat lamanya. Walaupun ia terbilang sibuk tapi ia masih bisa sedikit menyempatkan waktunya untuk sahabat lamanya setelah lama tak bertemu. "Sepertinya kamu sudah semakin sukses saja sekarang? Arnold yang sekarang sangat berbeda dengan Arnold saat kuliah dulu," Puji Mario yang merupakan sahabatnya itu. "Tentu saja Arnold yang sekarang sudah berbeda dengan Arnold yang dulu. Sekarang aku sudah jauh lebih dewasa dan yang pasti sudah banyak tanggung jawab yang harus aku selesaikan. Dan itu membuat aku banyak berubah," jawab Arnold sambil menikmati makan siangnya. "Siapa yang tak mengenal Arnold Levin? Penguasa muda yang sangat sukses dengan segala bisnis yang dikerjakannya. Tapi sayangnya belum memiliki pasangan hidup juga," sindir Mario. "Bukannya belum memiliki pasangan hidup tapi belum menemukan yang tepat saja. Jadi jangan bilang kalau aku tidak laku," tolak Arnold atas sindirian yang dilontarkan oleh Mario. "Sama aja itu. Memang wanita seperti apa yang kamu cari? Siapa tahu aku bisa mencarikannya untuk kamu?" tanya Mario lagi. "Tidak ada kriteria khusus. Yang penting bisa sama-sama nyambung satu sama lain aja dan juga berasal dari keluarga yang baik-baik," jawab Arnold santai. "Hmmmm. Kamu mau gak aku kenalin sama sahabat dari istri aku. Dia wanita yang cantik, baik, dan yang pasti mandiri. Pokoknya dia itu wanita yang luar biasa. Kalau kamu mau nanti aku coba kenalkan sama kamu. Gimana?" tanya Mario memberikan penawaran. "Lihat nanti aja. Aku belum memikirkan soal itu. Karena saat ini lagi fokus sama karier. Mungkin nanti ketika sudah membutuhkan sosok wanita maka aku akan meminta bantuan kamu," jawab Arnold yang menolak untuk saat ini. "Ok. Kamu bisa hubungin aku aja kalau memang sangat membutuhkan," kata Mario mengerti dengan keputusan yang diambil oleh arnold. Setelah itu mereka pun terlibat obrolan ringan tentang banyak hal termasuk kenangan ketika masa-masa perkuliahan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD