Move on

1541 Words
Suasana di sebuah meja tampak canggung dan tak nyaman ketika ada laki-laki yang seharusnya Renata dan juga Sania harapkan datang kesini. Mereka benar-benar tak tahu harus berkata apa-apa sampai akhirnya Renata pun yang membuka suara terlebih dahulu. "Ok. Mumpung kamu ada disini kita selesaikan semuanya hari ini juga. Dan setelah ini aku harap kamu tak menganggu hidup aku," kata Renata mulai membuka suara. "Tidak ada yang perlu di bicarakan lagi. Aku akan tetap pada pendirian awal aku jika aku tak menginginkan pernikahan ini. Aku akan menceraikan Sania setelah dia melahirkan walaupun kita bercerai aku akan tetap bertanggung jawab atas anak yang dia lahirkan. Setelah itu kita akan menikah," jawab Andre penuh percaya diri. Renata hanya tersenyum penuh arti ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Andre. Ia benar-benar tak menyangka jika ada laki-laki tak tahu diri seperti Andre. Dan yang lebih parahnya lagi ia pernah mau menikah dengan Andre. "Kamu terlalu percaya diri sekali Andre. Siapa bilang aku akan kembali dengan kamu? Ketika hubungan kita berakhir maka semuanya juga ikut berakhir. Dan tak akan pernah ada kata kembali lagi. Dan kalau kamu benar-benar laki-laki yang bertanggung jawab maka seharusnya kamu tetap bersama dengan Sania karena bagaimana pun anak yang ada di kandungan kamu tidak memiliki salah apa-apa. Dan dia sangat membutuhkan kasih sayang kedua orang tuanya. Apa kamu jika anak kandung kamu hidup dengan keluarga yang tidak lengkap. Seharusnya kamu bisa bersikap dewasa jika kamu memang sudah dewasa. Tidak selalu mengatakan semuanya harus mengikuti kemauan kamu. Kamu juga jangan terlalu bersikap kekanak-kanakan dan lebih bisa berpikir jernih lagi." Renata mencoba mengatakan yang sesungguhnya kepada Andre. "Kamu pikir aku senang menjalani hubungan pernikahan dengan Sania. Aku tidak pernah mencintai dirinya bahkan aku sangat membencinya. Gara-gara dia aku harus kehilangan kamu. Padahal aku sudah memikirkan banyak hal ketika kita bersama. Tapi gara-gara ulahnya semua rencana yang aku susun gagal total. Dan aku sangat menbencinya,"kata Andre penuh penekanan. Renata tersenyum sinis ketika mendengar perkataan Andre yang tak masuk akal dan terlalu kekanak-kanakan. "Kamu benar-benar laki-laki paling gak tahu diri Andre. Aku benar-benar menyesal dulu pernah sempat berpikir ingin menikah dengan kamu. Tapi aku bersyukur jika aku tak jadi menikah dengan kamu dan itu benar-benar membuat aku sangat lega dibuatnya. Setidaknya aku sekarang bisa hidup lebih bahagia lagi. Dan kamu pun harusnya bisa melakukan hal yang sama. Kamu harus bisa menerima kenyataan jika saat ini Sania adalah istri kamu dan juga ia sedang mengandung anak kandung kamu. Jadi kalau kamu benar-benar masih bisa di bilang laki-laki yang baik maka kamu harus tunjukan hal itu. Bertanggung jawablah dengan Sania serta anak yang dia kandung," kata Renata penuh penekanan. Renata pun bangkit dari kursinya karena ia tak ingin berlama-lama ada disini. Ia benar-benar tak ingin berada dalm situasi yang buruk seperti ini. Ia anggap semuanya sudah berakhir. Entah Andre mau menerimanya atau tidak baginya tak penting karena ia sudah muak dengan segalanya. "Apa gara-gara laki-laki yang ada di pesta itu yang membuat kamu berpaling dari aku Renata?" tanya Andre dengan nada yang penuh kemarahan. "Itu bukan urusan kamu. Mau aku dekat dengan laki-laki lain itu sudah bukan hak kamu. Dan berhenti memata-matai kehidupan aku," kata Renata dengan mata yang penuh emosi. Renata tentu tahu jika selama ini Andre masih saja memata-matai tentang kehidupannya. Tentang siapa saja laki-laki yang dekat dengan dirinya. Dan tentang banyak hal tentang dirinya yang membuatnya tak nyaman. Andre benar-benar laki-laki gila yang tak pernah ia bayangkan dulu bisa hampir menikah dengannya. Ia tak membayangkan bagaimana jadinya jika ia menikah dengan Andre. Mungkin kehidupannya akan suram dan tak bahagia. Setelah mengatakan hal itu Renata memilih untuk pulang ke rumahnya. Ia merasa tak ada hal yang perlu di bicarakan lagi. Ia sudah mengeluarkan semua hal yang ingin ia katakan. Selebihnya biarkan mereka selesaikan sendiri urusan mereka masing-masing. Sementara itu Adrian sedang duduk di sebuah restoran untuk menikmati makan malamnya bersama dengan Gery. Memakan waktu yang lama untuk Adrian berada di makam sang mama. Ia memang selalu lama berada di makam sang mama dalam waktu yang lama hingga kadang suka lupa waktu. "Gery terima kasih buat hari ini," kata Adrian ketika bersama dengan Gery. "Tidak usah berterima kasih kepada saya tuan. Ini memang sudah menjadi tugas saya," jawab Gery yang menolak ucapan terima kasih yang dikatakan oleh Adrian. Mereka berdua pun menikmati makan malam mereka sampai akhirnya Adrian mulai membuka suaranya lagi. "Gery bagaimana keadaan perusahaan setelah di pimpin oleh Arnold?" tanya Adrian tiba-tiba. "Untuk saat ini saya tidak terlalu ikut campur soal perusahaan tuan karena tuan Arnold mengganti semua pegawai yang dulunya bekerja untuk tuan Abraham. Bahkan untuk bisa mengakses langsung ke perusahaan harus meminta izin dulu kepada tuan Arnold. Saya pun meminta dokumen yang tuan Adrian minta kemarin ouu harus bersusah payah karena memang tak mudah. Apa ada masalah yang tuan Adrian temukan?" tanya Gery balik. "Saya semalam mengecek tentang berbagai laporan keuangan dan juga kinerja perusahaan dari beberapa orang yang saya kenal. Dan saya menemukan beberapa kejanggalan yang sampai saat ini belum saya temukan. Dan semua hal itu benar-benar membuat saya penasaran dengan kinerja perusahaan setelah diambil alih oleh Arnold. Kalau begitu saya ada tugas buat kamu Gery," perintah Adrian kepada Gery. "Siap tuan. Apa perintah yang harus saya kerjakan tuan?" tanya Gery balik. "Kamu awasi gerak-gerik Arnold. Saya mencurigai jika ia melakukan sesuatu di belakang papa. Saya tak mau jika perusahaan hancur gara-gara dikelola oleh Arnold yang tak tahu apa-apa. Pastikan selidik semua rekening dan property yang dimiliki oleh Arnold. Kalau ada yang aneh kamu langsung laporkan kepada saya," perintah Adrian lagi. "Baik tuan Adrian akan saya lakukan perintah dari tuan Adrian," jawab Gery patuh. Mulai sekarang Adrian tak mau bersikap lunak lagi. Jika Arnold memang melakukan hal yang merugikan perusahaan maka Adrian akan bertindak. Ia tak mau melihat perusahaan yang dibangun susah payah hancur begitu saja. Renata baru saja sampai rumah dan ia sekarang sedang memarkirkan mobilnya. Setelah dirasa tepat memarkirkan mobilnya Renata pun masuk ke dalam rumah sambil membawa martabak yang ia beli tadi. Ketika sampai rumah suasana rumah sepi dan Renata tak menemukan sosok kedua orang tuanya. Sampai ia melihat suara televisi di ruang keluarga. Renata pun berjalan mendekat. Ketika sampai di ruang keluarga ia bisa melihat keberadaan sang ayah. "Loh ayah kok disini sendirian memang ibu kemana yah?" tanya Renata yang sudah mendudukkan pantatnya di sofa di ruang keluarga. "Ibu kamu baru aja tidur. Katanya ibu kelelahan karena tadi bantu masak-masak di rumah tetangga. Jadi ibu tidur lebih awal," jawab Ferry sambil tersenyum kearah putrinya. "Ooo gitu yah. Oya ini tadi Renata beliin martabak manis buat dimakan ayah dan ibu tapi berhubung ibu udah tidur kita makan berdua aja," kata Renata sambil menunjukkan gigi putihnya. "Kebetulan sekali ayah juga lapar dan cocok dimakan sambil nonton bola," jawab Ferry yang tampak senang. Ayah dan anak itu pun menikmati martabak manis yang dibeli oleh Renata. Sambil menunggu acara bola di mulai mereka pun berbincang tentang banyak hal. "Yah tadi aku pergi buat menemui Sania. Sania tadi mengirim pesan buat aku untuk bertemu. Dan aku ouj menemui aku. Disana Sania menceritakan bahwa Andre tak memperlakukan dirinya layaknya seorang istri. Bahkan Andre mengatakan jika akan menceraikan Sania setelah Sania melahirkan." Renata pun mulai membuka obrolan dengan sang papa. Ferry lebih memilih tak banyak bicara dan ia membiarkan sang putri menceritakan semuanya. "Terus ketika aku dan Sania sedang berbicara tiba-tiba Andre datang dan memarahi Sania karena menemui aku. Dia bahkan mengatakan hal yang sama seperti apa yang dikatakan oleh Sania. Ia mengatakan jika ia akan menceraikan Sania setelah melahirkan dan akan kembali kepada aku. Mendengar hal itu aku benar-benar sangat marah dan mengatakan jika aku tidak akan pernah kembali bersama dirinya. Aku malah meminta jika Andre harus bertanggung jawab dengan Sania dan juga anak yang kamu kandung. Bahkan aku juga meminta dia untuk lebih bersikap dewasa. Karena aku sudah terlalu muak dengan sikap Andre aku pun memilih untuk meninggalkan mereka. Yah yang aku lakukan sudah benar kan?" tanya Renata meminta pendapat sang ayah. "Apa yang kamu lakukan benar sayang. Ayah tahu jika kamu sudah tahu mana yang benar mana yang salah. Maka dari itu kamu harus benar-benar bisa melupakan semua masa lalu kamu," jawab Ferry sambil membelai rambut putrinya. "Tapi apa dengan kegagalan Renata dulu tidak membuat ayah dan ibu malu? Karena kita sama-sama tahu jika saat itu persiapannya sudah selesai tapi tiba-tiba aku membatalkan semuanya. Dan aku yakin akibat pembatalan pernikahan itu membuat ayah dan ibu jadi malu. Jadi disini Renata mau minta maaf kepada ayah karena belum bisa menjadi anak yang baik," kata Renata dengan mata yang berkaca-kaca. "Siapa bilang ayah dan ibu malu karena kamu batal menikah. Ayah dan ibu tak pernah merasakan hal itu. Bagi kami kebahagian kamu adalah hal yang paling penting jadi kamu gak usah bilang maaf. Dan siapa bilang kamu belum bisa memberikan apapun untuk ayah dan ibu bagi kami melihat kamu bisa bangkit dari segala keterpurukan yang sudah ada saja sudah benar-benar membuat Ayah dan ibu sangat bangga dibuatnya. Jadi kamu gak usah punya memiliki pemikiran yang aneh-aneh kayak gitu," kata Ferry menenangkan sang putri. Renata pun semakin memeluk erat sang ayah. Memang benar kata orang ketika semua orang di luar sana membenci dan menghina kamu maka keluarga adalah orang yang akan selalu ada di saat-saat tersulit dalam hidup kamu. Dan Renata buktikan hal itu. Ketika ia sangat terpuruk Keluarganya adalah garda terdepan untuk selalu menguatkannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD