part 1

1320 Words
Renata mendengar penjelasan dari karyawan bidang design mengenai tema yang akan mereka angkat untuk penerbitan majalah mereka bulan depan. Untuk edisi bulan depan mereka akan mengambil tema piknik. Jadi mereka pun menjelaskan beberapa jenis baju yang akan di pakai oleh model serta konsep apa yang akan mereka lakukan untuk pemotretan selanjutnya. "Eva saya suka dengan ide yang kamu buat tapi saya mau segmen untuk katalag bulan depan tidak hanya untuk remaja saja saya mau kita tambahkan edisi keluarga untuk tema piknik kali ini," kata Renata memberi saran. "Kalau begitu saya akan menambahkan edisi keluarga untuk tema piknik edisi bulan depan," jawab Eva yang setuju dengan saran yang dikatakan oleh Renata. "Dan mbak Renata bulan depan kan majalah kita akan berulang tahun yang ke 20 tahun rencananya kita akan mengambil tema 90an sesuai dengan tanggal pertama kali majalah ini terbit. Dan kita juga akan ikut terlibat dalam pemotretan itu. Perusahaan juga memesan sebuah villa di Lombok untuk merayakan ulang tahun majalah ini," kata Zia karyawan di majalah ini. "Atur saja gimana baiknya. Nanti kamu sampaikan progresnya sama saya. Saya ingin untuk edisi selanjutnya berjalan dengan baik dan tidak ada kesalahan apapun," kata Renata dengan tegas. "Baik mbak," jawab para karyawan yang ada di ruang meeting itu. Adrian yang sedari tadi yang mengikuti meeting tak bisa mengalihkan pandangannya kepada Renata. Ia benar-benar takjub dengan wanita yang ada di depannya itu. Ia terlihat sangat pintar dan juga berwibawa memimpin meeting pada hari ini. Ia benar-benar sudah jatuh cinta dengan wanita itu. Walaupun usia mereka berbeda 5 tahun tapi tak menyurutkan Adrian untuk menjadikan Renata miliknya. "Bro, kamu sepetinya sudah jatuh cinta sama mbak Renata ya? Apa kamu gak kapok menerima penolakan Darin mbak Renata. Dia jelas-jelas sudah menolak kamu tapi kamu masih saja berusaha untuk mendapatkan mbak Renata," kata Bram yang tak tahu jalan pikiran teman kerjanya itu. "Itu lah yang membuat aku tak mau menyerah untuk mendapatkan Renata. Aku sudah terlanjur jatuh cinta kepada Renata dan kamu tahu kan aku selalu mendapatkan apa yang aku mau termasuk Renata. Kita lihat aja nanti Renata akan menjadi milik aku," kata Adrian penuh keyakinan. "Terserah kamu aja bro. Aku udah memperingatkan kamu jadi awas nanti sakit hati," kata Bram yang menerima nasihat kepada Adrian. "Tenang aja bro itu gak akan terjadi," jawab Adrian penuh percaya diri. Senyum tercetak dari wajah Adrian ketika melihat Rejatab yang berjalan melewatinya keluar dari ruang meeting. Sementara itu Renata baru saja mendudukkan badannya ketika itu ada telepon dari sang ibu. Renata pun mengangkat telepon itu. "Ibu tadi telepon ya? Maaf ya Rara lagi meeting jadi gak bawa ponsel," kata Renata ketika mengangkat telepon dari sang ibu. "Iya gak apa-apa nak ibu yang salah sudah menelpon kamu saat kerja," jawab sang ibu merasa tak enak. "Ada apa ibu telepon aku? Apa ada hal penting yang mau ibu bicarakan?" tanya Renata pada sang ibu. "Kamu tahu kan akhir pekan ini Arini menikah kan? Dan ibu mau kamu menemani ibu sama ayah buat datang kesana. Kamu tahu sejak ayah kena serangan jantung ayah gak boleh setir mobil sendiri. Sedangkan kakak-kakak kamu gak bisa mengantar karena mereka punya acara masing-masing. Jadi kalau kamu gak ada acara di akhir pekan ini ibu mau minta kamu antar ayah sama ibu. Kamu bisa kan Rara?" tanya sang ibu. Renata paling gak bisa jika mendengar sang ibu sudah meminta seperti itu. Jadi walaupun ia punya acara sekalipun ia pasti akan membatalkan janjinya dan akan menemani sang ibu. "Iya Bu Rara bisa kok anterin ibu ke nikahannya Arini. Nanti Jumat malam sepulang dari kantor aku nginep di rumah ibu biar gak terlambat datang kesana," kata Renata mengiyakan permintaan sang ibu. "Makasih ya sayang. Kamu udah makan belum? Jangan sampai kamu terlambat buat makan ya? Ibu gak mau kamu sampai sakit gara-gara telat makan," kata sang ibu mengingatkan. "Iya Bu tadi siang Rara udah makan kok. Nanti malam aku juga akan makan malam setelah pulang kerja. Ibu gak usah khawatir kalau aku gak makan. Aku pasti selalu menjaga kesehatan aku kok." Renata mencoba tak membuat sang ibu khawatir. "Ya udah kalau gitu. Ibu tutup teleponnya dulu ibu mau pergi arisan dulu. Nanti ibu telepon kamu lagi," kata sang ibu yang sudah mematikan teleponnya. Renata hanya bisa tersenyum mendengar kata-kata sang ibu. Walaupun ia sudah berumur 30 tahun tapi sang ibu masih memperlakukannya seperti anak kecil. Memang sebagai anak bungsu wanita satu-satunya ia sangat dimanja oleh keluarganya. Sebenarnya Renata paling malas datang ke acara keluarga seperti ini. Karena mereka pasti akan selalu menanyakan pertanyaan yang sama. Kapan kamu menikah Renata? Umur kamu udah 30 tahun loh kok belum nikah sih? Mau ngejar karier sampai kapan? Begitu banyak pertanyaan yang akan selalu menyudutkan Renata. Memang salah jika ia belum menikah di usia 30 tahun. Apa salah jika ia mau mengejar karier? Di luar negeri tak salah jika wanita belum menikah di usia yang sudah 30 tahun. Bahkan mereka tak mempermasalahkannya jika wanita itu memilih untuk menikah. Tapi hal itu belum bisa diterapkan disini. Adat istiadat masih begitu melekat di lingkungan masyarakat. Awalnya Renata merasa risih mendengar semua kata-kata sumbang yang dikatakan oleh para keluarga besar. Tapi lama-lama Renata berpikir jika buat apa memikirkan apa yang mereka katakan. Mereka juga tak tahu apa yang bisa membuatnya bahagia. Jadi bila pertanyaan itu datang maka ia akan bilang nanti akan ada waktunya ia akan menikah. Atau tidak dijawab dengan senyuman saja. Renata pun memilih untuk melanjutkan pekerjaannya. Sepulang dari kerja ia harus pergi ke tempat gym untuk berolahraga. Hari ini memang jadwalnya berolahraga. Malam pun menjelang dan Renata pun sedang berolahraga bersama bang Rio yang merupakan pelatih gymnya. "Good job Renata," puji bang Rio atas kerja kerasnya hari ini. "Thanks bang," jawab Renata dengan nafas yang tersengal-sengal. "Kamu luar biasa Renata. Dari semua murid yang pernah saya latih hanya kamu satu-satunya murid yang selalu konsisten dalam melakukan semua treatment yang saya berikan. Dan sekarang kamu bisa mendapatkan bentuk tubuh yang seperti anak remaja. Orang-orang pasti tak mengira jika umur kamu sudah 30 tahun," puji bang Rio kepada Renata. "Bang Rio bisa aja. Ini juga karena bang Rio juga sabar melatih aku. Aku berolahraga bukan karena ingin bentuk badan yang hinaan atau ingin terlihat lebih muda tapi aku ingin sehat bang. Pekerjaan aku yang padat membuat pola kehidupan aku gak sehat jadi aku menyeimbangkannya dengan rutin berolahraga," jawab Renata yang masih mengatur nafasnya. "Itu pemikiran yang bagus Renata. Saya sering mendapatkan murid yang ingin cepat-cepat mendapatkan bentuk tubuh yang diinginkan tanpa mau menikmati proses yang ada. Padahal dengan kita menikmati setiap proses yang ada kita bisa bangga ketika bisa mendapatkan apa yang diinginkan." Bang Rio pun memberi nasehat kepada Renata. "Iya bang Rio benar banget. Oya bang Jumat besok aku gak bisa datang buat olahraga. Aku harus pulang soalnya ada acara keluarga gitu. Jadi diganti Senin malam aja ya," kata Renata memberi tahu bang Rio. "Ok," jawab Renata. Setelah dirasa cukup berolahraga Renata pun langsung pergi ke ruang ganti untuk mandi dan berganti baju. Ia ingin cepat-cepat pulang ke rumahnya karena hari ini cukup kelelahan dengan segala aktivitas yang harus dilakukan. Ketika Renata berjalan menuju ruang ganti banyak pasang mata yang menatap lapar pada tubuh seksi Renata. Dengan memakai bra sport dan legong warna hitam yang pas dibadannya membuat banyak laki-laki yang suka melihatnya. Sebenarnya walaupun sekarang Renata tak punya kekasih bukan berarti ia tak laku. Di luar sana banyak sekali wanita yang mencoba menarik perhatiannya. Tapi Renata sendiri yang belum tertarik untuk menjalin hubungan. Ia ingin fokus dengan dirinya sendiri dan juga kariernya. Mungkin ketika ia sudah menemukan Laki-laki yang tepat maka ia akan memutuskan untuk menikah. "Sial kenapa pakai mogok segala sih," kata Renata kesal. Kenapa disaat ia merasa butuh istirahat ia harus dihadapkan dengan masalah mobilnya. Dan sialnya lagi ponselnya mati kehabisan baterai dan Renata tak bisa menghubungi bengkel untuk memperbaiki mobilnya. Ketika sedang kesal-kesalnya tiba-tiba ada suara yang menawarkan bantuan kepada Renata. "Butuh bantuan sayang?" tanya seorang laki-laki yang ada disana. "Kamu.....???" Kira-kira siapa laki-laki itu? See you next chapter... Happy reading....
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD