In Relationship

998 Words
"Karena kita in relationship, mana konci mobilnya, aku yang akan jadi sopir kamu mulai sekarang, oke?" Bisiknya pada wanita yang telah dia renggut mahkota miliknya. "Ehmm..." Kate menunduk dengan wajah bersemu merah, Axel tersenyum senang dan meraih kunci mobil dari tangan Kate. Axel duduk di kursi kemudi, lalu dia menuntun Kate duduk di kursi samping sopir, Axel membuka kan pintu untuk wanita yang memberinya nikmat dunia yang bahkan belum pernah dia rasakan sebelumnya. "Maaf, ya, aku beberapa hari ini gak balik. Bukan apa-apa , karena aku nemenin nenek yang masuk rumah sakit..." ucap Axel membuat Kate yang sejak tadi terdiam kini menoleh ke arahnya. "Nenek kamu sakit? Di rawat dimana?" Tanya Kate bermaksud untuk menjenguk sang nenek kekasih baru nya. "Udah balik, cuma bentar doang di rawat abis tu di rawat di rumah. Kamu baik-baik aja kan selama aku gak ada?" Suara tenang itu kembali membuat jantung Kate bergetar indah. "Ehm..." Kate mengangguk dengan wajah berbinar. "Kok jadi irit suara sih, Sayang? Kita jadian kan biar kita semakin akrab dan komunikasi semakin lancar..." ucap Axel meraih jemari tangan Kate lalu mengecupnya dengan hangat, Kate semakin salah tingkah dan jemari tangan itu dingin seketika, membuat Axel menatap lekat wanita yang baru saja dia pacarin. "Ehm...bukan irit sih, cuma..." Kate menggaruk kepalanya yang tak gatal. Axel menahan senyum sejak tadi, dia langsung meraih wajah Kate. "Aku suka Kate yang cerewet seperti kemarin..." bisiknya Kate langsung memalingkan wajahnya ke samping. "Tapi meski jagain nenek, kamu tetep kuliah kemarin?" Kate berusaha mengalihkan pembicaraan. "Gak, dong. Harus fokus, tapi tenang aja, Sayang...aku pasti lulus tepat waku..." ucap Axel dengan penuh keyakinan. "Ohh, ya, kamu tadi udah sarapan, kan, Sayang?" Axel lagi-lagi menoleh ke arah Kate yang keringat dingin dengan suhu ac mobil yang harusnya tak lagi membuat keringat keluar. "Udah, kok. Kamu?" Kate balik bertanya. "Minum s**u aja tadi, telat bangun juga sih..." "Kamu sih, gak bilang. Kalau bilang aku bangunin..." sahut Kate merasa kasihan dengan Axel yang belum sarapan pagi. "Soalnya kamu belum bales pesan-pesan yang aku kirim, dan aku telpon berkali-kali juga kamu gak angkat, jadi aku gak bilang kalau udah balik..." "Ohh...ehmm..." "Udah, gak papa, Sayang. Reaksi kamu itu wajar kok, aku malah seneng lihat reaksi kamu kaya kemarin, dengan begitu, aku bisa berfikir jernih, bukan?" Tatap Axel pada Kate. "Ohh, ya. Hari ini aku ke lab, dan kayaknya sampai sore. Nanti kamu langsung pulang aja, ya? Kita ketemu di rumah, oke?" "Ehmm..." Kate mengangguk, sampai Axel menepikan mobilnya di depan kampusnya. "Sayang, kamu lanjut nyetir ke kantor kamu, gak papa?" Tatap Axel seperti merasa bersalah. "Ohh! Gak papa, aku nyetir sendiri aja. Emang kamu udah sampai juga kan? Gak mungkin kamu anterin aku..." sahut Kate lagi. "Gak masalah juga kalau aku anterin kamu, cuma masalahnya, aku ada jadwal kelas pagi dan lanjut lab, Sayang. Gak papa, ya? Sekarang kamu sendiri dulu ke kantor. Besok janji, aku bakalan anterin kamu sampai kantor..." Kate hanya terdiam dengan kalimat manis yang dilontarkan Axel padanya. "Yaudah, aku turun dulu, ya, Sayang...." Axel meraih pipi Kate dan mengecupnya mesra. "Sampai ketemu di rumah, Sayang..." bisiknya di akhiri dengan sebuah kecupan hangat pada dahi Kate. "Ehmm...oke..." Kate masih tampak kaku, dia kembali duduk di kursi kemudi dan langsung melajukan mobilnya, Axel tampak melambaikan jemari tangannya pada Kate. Tatapan Kate fokus pada kaca spion dimana pria yang telah merenggut mahkotanya itu masih tampak berdiri melambaikan tangan ke arahnya. "Astagaa...haruskah aku pacaran sama anak semuda itu? Ahh! Mungkinkah Axel hanya bercanda hari ini?" Gumam Kate setelah dia sampai ke parkiran gedung kantornya, dan melangkah dengan sedikit terburu-buru menuju lift yang menghubungkan ruangannya berada. "Kate...tumben telat?" Sapa sebuah suara hangat yang membuat Kate menoleh ke arah suara. "Ehh, iya, Pak. Telat bangun tadi saya..." balas Kate sopan pada pria yang ternyata merupakan direkur muda yang menjadi pimpinannya. "Ohh, telat bangun. Jam berapa tidur emang?" Tanyanya setelah memasuki lift, Kate menggaruk kepalanya karena bingung harus menjawab apa. Untungnya, ada beberapa karyawan lain datang masuk ke dalam lift, membuat keduanya kembali bungkam sampai lift berhenti di lantai tempat Kate berada. Kate tampak terburu-buru masuk ke dalam ruangan dan fokus bekerja. Kali ini tentu sedikit berbeda dari biasanya. Karena sejak Axel mengucapkan ingin menjalin hubungan dengannya, kesedihan Kate tiba-tiba menghilang. "Wuihhh! Ada apa temen kita ini, kemarin sedih-sedih dia, sekarang udah senyum-senyum sendiri aja..." celetuk teman satu ruangannya yang kebetulan melihat Kate tersenyum sambil membaca pesan singkat yang masuk ke layar ponselnya. "Apaan sih, Wild, rese' deh..." kilah Kate langsung kembali ke mode fokus. Kate menyadari teman-temannya yang sedikit usil, membuatnya tak lagi memasang wajah sumringah kala membaca pesan singkat yang dikirim Axel padanya sampai jam pulang tiba. Kate yang biasa santai ketika yang lain sibuk untuk pulang cepat, kali ini dirinya justru yang paling antusias untuk pulang, seperti ada yang telah menunggu di rumah. Bahkan di jalan raya, Kate sedikit ngebut hanya untuk bisa kembali bertemu dengan pria yang baru saja mengajaknya berkomitmen. Sesampainya di rumah, Kate langsung masak dan mandi, dia membereskan semua ruangan dengan terburu-buru, tiba-tiba dia ingin rumahnya terlihat rapi. Dia tampak duduk dengan manis di depan rumah menunggu Axel pulang, jam telah menunjukkan pukul delapan malam, tapi dia tak melihat kedatangan Axel. Berkali-kali pandangannya mengarah ke jalan tapi orang yang dia tunggu tak kunjung datang bahkan sampai waktu terus berlalu dan jam telah menunjukkan pukul sepuluh malam. Ada sorot kecewa dari kedua mata beningnya, di tambah belum ada kabar dari pria yang tadi sore menjanjikan akan pulang secepatnya. Tiba-tiba ekspektasinya tentang kisah manis bersama Axel musnah sudah. Kulitnya mulai dingin, hingga dia akhirnya memutuskan untuk masuk ke dalam rumah dan menutup pintu. Dia melangkah menuju meja makan, menikmati menu yang dia buat spesial malam ini untuk merayakan hari jadi pertama mereka. Tapi, sampai jam hampir menunjukkan pukul sebelas malam, tidak ada kabar sama sekali dari pria itu. Kate melangkah dengan gontai menuju kamarnya, berkali-kali dia menarik nafas panjang dan tersenyum getir. "Bisa-bisanya aku terbuai dengan kata-kata manis anak kecil, harusnya aku sadar, pria secermerlang Axel mana mungkin bersedia untuk hidup dengan seorang janda sepertiku..." bisiknya sendu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD