Menikahlah denganku

1006 Words
Kate mulai memejamkan mata, meski matanya tak juga ingin terpejam, dadanya bergemuruh riuh seiring dengan isi kepalanya yang terus bertanya tentang yang terjadi hari ini, sampai sebuah langkah mendekat ke arah kamarnya dan membuka pintu kamar itu. "Sayang...kamu udah tidur?" Tanyanya dengan suara berbisik, seketika kekesalan hati Kate hilang entah kemana, entahlah, semudah itu dia memaafkan apa yang dilakukan Axel padanya. Entah karena cinta atau karena rasa pengertiannya yang memang tinggi. "Sayang...maaf, ya? Aku tadi ada diskusi ama temen-temen kampus makanya aku telat. Batrai ponselku low, maaf banget ya, Sayang...." Bisiknya sambil mengecup dahi Kate. "Gak pa-apa, kok. Aku baru mau tidur...." Bisik Kate sambil membuka kedua matanya. "Kamu udah makan?" Tatapnya pada Axel yang memasang wajah sayu. "Ehmm...aku tadi abis balik diskusi langsung ngejarin ke rumah ini. Takut kamu nunggu lama kalau aku makan dulu..." balasnya membuat Kate langsung bangkit dan melupakan kekesalan hatinya. "Kamu. Kenapa gak makan dulu aja sih? Malah mikirin aku yang di rumah?" Tatapnya tajam ke arah Axel. "Gak masalah, aku cuma takut kamu kecewa sama aku..." balas Axel membuat Kate merasa tidak tega dengan ekspresi wajah polos Axel. "Ngapain aku kecewa sama kamu? Kamu kan belajar sama temen kamu..." balas Kate cepat. "Iya, kan aku tadi yang janji ke sayang, kalau misalnya mau balik ngampus cepet. Dan aku yakin sayang pasti nungguin..." balas Axel dan dengan cepat Kate berdiri. "Yaudah, kamu makan dulu, yuk. Aku tadi masak banyak..." Kate melangkah dan di belakang Axel mengikutinya sambil bersorak dalam hati. "Yess!! Akhirnya Kate tahluk lagi padaku..." serunya dalam hati. "Yang...kamu kok masak banyak banget? Kamu capek dong pasti?" Tatap Axel ke arah Kate dengan perasaan bersalah tiba-tiba. "Gak capek, kok. Yang penting kamu menikmati masakanku, aku udah seneng..." sahutnya lagi dengan cepat. Dia menyendokkan menu ke piring Axel. Seketika Axel pengen bermanja-manja pada sang janda. "Suapin..." rengeknya membuat Kate bersemu merah. "Dih! Kamu..." "Anggep aja buat peresmian hari jadi kita, boleh dong, Yang..." rengeknya lagi, membuat Kate tersipu malu, dia sebelumnya tidak pernah pacaran se intens ini pada pria, maklum saja dia dari desa terpencil yang masih menganggap tabu jika dua orang pria dan wanita saling bersentuhan jika bukan pasangan suami-istri. "Ihh...kamu ini..." balasnya sambil menyendokkan menu masakannya ke arah Axel. Axel tampak menikmati semua yang dilakukan Kate padanya. "Kenapa hal kecil begini bisa buat aku seneng, ya? Aneh..." gumam Axel dalam hati. Dia melanjutkan menikmati menu makanannya dengan lahap karena Kate menyuapi dirinya. Setelah menyelesaikan makannya, Axel dan Kate tampak menikmati siaran televisi bersama setelah sebelumnya Axel mandi di rumah Kate. Axel memeluk Kate dengan hangat sambil menciumi tangan Kate dengan mesra. "Sayang...aku tidur di sini aja ya, mulai sekarang..." bisik Axel lagi sambil membelai rambut Kate dengan lembut dan sesekali menciumi rambut itu. "Hah? Emang gak pa-pa?" Tanya Kate masih sedikit kaku dengan sikap mesra Axel. "Gak masalah harusnya, Sayang. Jadi, aku gak perlu bayar sewa rumah..." sahut Axel asal jawab, dan Kate mengingat itu langsung mengangguk. "Tapi, kita gak sekamar, ya?" Ucap Kate lagi, lalu Axel menatap ke arah Kate dengan eksresi wajah sedih. "Ehhm...kenapa gitu, Yang?" Bisiknya lagi. "Kita kan gak ada ikatan resmi, nanti kalau kenapa-kenapa gimana?" Tanya Kate polos. "Kenapa gimana maksudnya?" Tanya Axel bingung, karena dia juga biasa tinggal satu apartement dengan Kirania dahulu. "Ya, terjadi hal-hal yang gak seharusnya..." jawab Kate dengan salah tingkah. "Ohh...itu..." Axel mengangguk perlahan. "Kamu tenang aja, Sayang. Aku pasti bertanggung jawab, dan aku pasti akan menikahimu nantinya..." bisiknya lagi, dia berusaha agar Kate menyetujui keinginanya. "Hmm...sebaiknya jangan mengulang perbuatan salah, apalagi masa depan kamu masih panjang. Kalau misalnya tiba-tiba aku hamil gimana?" Ucap Kate akhirnya tak tahan berbasa-basi lagi. "Kita bukan pasangan halal dan bisa tidur seranjang bersama secara bebas, Axel. Aku gak berani untuk itu..." tegas Kate membuat Axel berfikir keras. "Atau..." Axel tiba-tiba bangkit, lalu menatap Kate dengan mimik wajah serius. "Gimana kalau kita nikah siri dulu, biar kita bebas dan halal mau ngapa-ngapain gimana?" Kate langsung menatap ke arah Axel dengan mimik wajah serius. "Axel, pernikahan bukan untuk main-main. Meskipun aku sudah janda, bukan berarti aku bisa menikah lagi dengan gampang. Masih butuh proses, Axel. Aku juga butuh restu dari keluargaku..." jawab tegas Kate membuat Axel berfikir keras. "Aku tidak main-main, Kate. Aku serius dengan semua ucapanku. Aku ingin kita menikah siri dulu sebelum aku lulus. Setelah aku lulus baru kita menikah resmi. Ini demi kebaikan kita semua, oke?" Bujuk Axel lagi, membuat Kate menahan nafasnya. "Axel, masa depan kamu masih panjang, dan aku yakin, keluarga kamu gak akan setuju kamu yang punya masa depan cerah trus nikah nya sama aku yang wanita dari kampung plus janda, miskin lagi..." sahut Kate cepat. "Kate! Jangan bawa-bawa ekonomi dalam hubungan kita. Di hadapan Tuhan kita itu sama. Aku serius dengan kamu..." "Axel, kamu itu masih belum bisa bedain mana baik dan buruknya. Dan semua ini tidak bisa diputuskan dengan terburu-buru apalagi berdasarkan nafsu. Kita harus memikirkan bagaimana nanti..." "Kate. Untuk saat ini, sebagai bukti keseriusan aku ke kamu ya dengan nikahi kamu secara siri dulu. Nanti kalau misalnya aku udah lulus dan udah bisa praktek di rumah sakit, aku akan bawa kamu dan anak kita ke keluargaku. Aku yakin mereka akan setuju jika kita sudah membawa anak kita..." ucap Axel lagi membuat Kate menahan gemuruh di dadanya, antara bahagia dan takut gagal lagi. "Axel, tolong, jangan di anggap semua gampang. Tidak semudah itu menikah, Axel. Aku gak pengen gagal lagi, Xel. Please...kasihan keluargaku di kampung andai aku gagal lagi..." ucap Kate dengan suara parau. "Yakinlah. Aku tidak akan membuat malu keluarga kamu di kampung. Aku akan membawa orang untuk meyakinkan keluarga kamu. Yang terpenting, kita menikah terlebih dahulu. Kamu mau kita halal bukan?" Tatapnya pada Kate dengan sorot mata memohon. "Aku gak bisa kasih jawaban sekarang, Axel. Kamu juga harus mikir ulang. Udah, sekarang lupain pembahasan barusan, dan anggap kamu gak pernah ngomong apapun tentang pernikahan. Oke?" Tegasnya lagi dengan sorot mata fokus pada Axel. Seketika Axel bersimpuh memohon kepada Kate. "Kate, menikahlah denganku dengan sederhana dulu. Nanti aku janji akan memberikan pernikahan paling megah yang pernah ada setelah aku di nyatakan lulus dan bisa bekerja. Oke?"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD