Menyesal

1333 Words
Malam itu Ferdy membawa istrinya pergi ke rumah sakit dalam keadaan pendarahan yang keluar dari jalan lahir saat Maura mengeluh kesakitan. Maura berada dalam kondisi darurat yang mengharuskannya menjalani operasi caesar malam itu juga dan terpaksa bayi dilahirkan secara prematur demi menyelamatkan nyawanya, karena saat Maura tiba di rumah sakit pun kantung ketubannya sudah pecah. Beberapa jam setelah operasi selesai dilakukan, Maura belum juga siuman, sementara bayinya yang berjenis kelamin laki-laki mendapatkan perawatan di ruang NICU. Ferdy yang kalut merasa tak kuasa melewati semua ini sendirian, ia pun menghubungi keluarganya dan juga keluarga Maura saat sang istri masuk ke ruang operasi. Ibu Ferdy datang seorang diri setelah mendapat kabar dari putranya, sementara keluarga Maura datang semua, kecuali adik laki-lakinya yang sedang menempuh pendidikan di Jepang. Saat tiba di rumah sakit mereka semua coba menyemangati Ferdy agar ia kuat karena pria itu terus menangis dan merasa bersalah, ia menganggap bahwa semua ini terjadi karena kesalahannya. Namun, Ferdy masih belum menjelaskan pada siapapun tentang apa yang terjadi hingga Maura bisa berakhir seperti ini. "Seandainya aku pulang tepat waktu, mungkin semuanya nggak akan jadi begini. Seharusnya saat ini Maura sedang tidur dan bayiku masih di dalam kandungannya. Sekarang aku nggak tau apakah istri dan bayiku akan baik-baik aja? Aku takut banget, takut mereka kenapa-kenapa," batin Ferdy yang begitu menyesali perbuatannya dan bertanya-tanya dengan perasaan cemas. "Fer, kamu yang sabar ya. Kamu harus yakin kalau Maura dan bayi kalian akan baik-baik aja," ucap seorang wanita paruh baya yang merupakan ibu kandung dari Ferdy. Ia berusaha menenangkan putranya yang sedang dirundung kegelisahan dan rasa takut. Kini Ferdy bersama sang ibu duduk di luar ruang observasi, sementara kedua orang tua, kakak, dan adik Maura masuk untuk menemui Maura yang masih belum menunjukkan tanda-tanda bahwa ia sudah siuman. "Tapi Mah, kenapa Maura sampai sekarang belum sadar juga?" tanya Ferdy dengan wajah yang masih dibasahi air mata. "Butuh waktu, Fer, tadi kan Maura sempat mengalami pendarahan, sebelum operasi juga dia disuntik anestesi. Teruslah berdoa yang terbaik untuk istri dan anakmu, semoga keduanya sehat supaya bisa pulang ke rumah dan kumpul sama kamu." Ferdy menganggukkan kepala dan memeluk tubuh sang ibu karena ia merasa perlu bahu untuk bersandar saat ini. "Mah, semua ini gara-gara Ferdy. Tadi malam kita sempat bertengkar, terus Ferdy nggak sengaja tampar Maura. Nggak lama setelah itu Maura teriak kesakitan waktu Ferdy baru sampai di kamar dan dia menangis di ruang tamu. Kalau aja tadi malam Ferdy bisa tahan emosi dan menyelesaikan masalah ini dengan baik, mungkin saat ini Maura baik-baik aja dan dia nggak harus melahirkan prematur." Sontak saja Vania yang mendengar pengakuan putranya begitu terkejut. Ia pun langsung melepaskan pelukan Ferdy dari tubuhnya dan menatap kedua mata pria itu lekat-lekat penuh rasa tidak percaya jika Ferdy akan tega melakukan hal seperti itu pada istrinya yang sedang hamil. "Fer, apa yang kamu pertengkaran sama Maura sampai kamu main tangan? Kamu mikir nggak sih sebelum melakukan itu?" tanya Vania dengan kedua mata yang sudah membulat saat menatap wajah putranya. "Mah, Maura tuduh aku selingkuh sama Nanda, keadaannya malam itu aku baru pulang shooting jadi gampang kebawa emosi. Makanya aku khilaf sampai menampar Maura dan meninggalkannya sendirian di ruang tamu saat aku pergi ke kamar. Aku nyesel, Mah. Aku benar-benar nyesel udah lakuin itu semalam sama Maura. Makanya aku takut kalau Maura sampai kenapa-kenapa, aku nggak mau sesuatu hal buruk terjadi sama dia, Mah." Mendengar jawaban Ferdy membuat rasa pening menyerang kepala Vania, bahkan wanita itu segera memijat pelipisnya dengan raut wajah kecewa mengetahui permasalahan anak dan menantunya. "Mama nggak tau apa yang akan terjadi sama Maura saat dia siuman nanti, Fer. Bisa jadi dia akan menceritakan masalahnya denganmu semalam sama orang tuanya. Lain kali tolong gunakan akal sehatmu sebelum bertindak ya, Fer, memangnya kamu pikir nggak ada cara lain untuk meyakinkan Maura kalau kamu memang nggak selingkuh sama Nanda? Terus kenapa Maura bisa curiga kamu ada hubungan sama figuranmu itu, dia nggak mungkin akan berpikir seperti itu kalau nggak menemukan sesuatu yang aneh dan mencurigakan?" "Mah, aku yakin pasti ada yang nggak suka sama aku makanya ada yang berusaha untuk memfitnah aku ke Maura dengan cara menyampaikan berita bohong kalau aku menjalin hubungan sama Nanda," jawab Ferdy yang terlihat begitu menyedihkan, ia berusaha meyakinkan sang ibu agar tidak berpikiran sama seperti Maura yang menuduhnya selingkuh dengan figurannya. "Kalau Maura sudah siuman nanti kamu harus minta maaf sama dia ya, Fer. Mau bagaimanapun dia adalah istrimu yang sudah melahirkan anak untukmu, kamu harus bisa menjaga perasaannya dan jangan pernah untuk menyakitinya. Mama harap masalah ini nggak akan terulang lagi, kamu tau kan apa yang akan terjadi kalau mertuamu sampai mendengar masalah ini?" tegas Vania memperingati putranya. "Iya, Mah. Ferdy janji kalau Maura sudah bangun nanti aku akan langsung minta maaf sama dia dan nggak akan mengulangi kesalahan yang sama lagi." "Bagus, Mama harap kamu nggak kayak papa ya. Cukup kamu punya satu istri dan jaga dia baik-baik. Kalau kamu berani menyakiti Maura, itu sama aja seperti kamu menyakiti Mama!" ucap Vania yang benar-benar khawatir jika putranya akan memiliki sifat yang sama seperti suaminya yang suka selingkuh, bahkan pria itu memiliki istri di mana-mana membuat perasaan Vania hancur berkeping-keping ketika mengetahui kenyataan itu. Bahkan Ferdy adalah saksi yang melihat secara langsung bagaimana frustasinya Vania saat suaminya yang bernama Fandy pergi meninggalkannya karena lebih memilih wanita lain dibanding keluarganya sendiri, meninggalkan Vania bersama tiga orang anak yang membuatnya harus bekerja keras untuk menghidupi ketiga anaknya. Tentu saja mengetahui permasalahan yang terjadi dengan keluarganya membuat Ferdy begitu membenci Fandy, sekalipun pria itu adalah ayah kandungnya. "Mama jangan khawatir ya, aku bukan papa dan aku nggak sama kayak papa. Aku cinta sama Maura, Mah, dan sampai kapanpun aku akan pertahanin dia. Apalagi sekarang ada Raka, jadi nggak ada alasan buat aku macam-macam di luar sana. Lagi pula selama ini fokus aku cuma buat Maura dan kerjaan, aku nggak punya waktu buat mikir atau ngelakuin hal yang aneh-aneh. Aku janji akan selesaikan masalah ini dan cari tau siapa yang berani ngeracunin pikiran Maura sampai dia merasa terbebani dan nuduh aku selingkuh sama wanita lain. Bahkan kalau perlu aku akan ajak Nanda datang menemui Maura biar dia jelasin langsung kalau kita memang nggak ada hubungan apa-apa, Nanda cuma figuran aku dan aku agency yang calling dia!" ucap Ferdy yang bertekad untuk mengakhiri semuanya agar permasalahan yang terjadi dalam rumah tangganya bisa secepatnya diselesaikan karena ia ingin pernikahannya dengan Maura baik-baik saja tanpa masalah dari orang luar. "Kamu benar, Fer, kamu harus meluruskan masalah ini supaya kamu bisa menjelaskan sama orang tua Maura kalau mereka sampai tau masalah kalian semalam. Mama berharap pernikahan kamu dan Maura bertahan selamanya, dan hanya maut yang bisa memisahkan kalian. Pokoknya jangan sampai korbankan Raka ya, jangan buat dia bernasib sama seperti kamu waktu ditinggal sama papa karena dia lebih memilih wanita lain!" jawab Vania yang menyetujui rencana Ferdy untuk menyelamatkan rumah tangga mereka dari fitnah. "Aku nggak akan mengorbankan keluarga aku demi orang lain, Mah. Aku akan buktiin sama mama kalau aku beda sama papa!" ucap Ferdy menyakinkan sang ibu agar pikirannya tidak terbebani karena permasalahan ini. Di saat keduanya masih saling menatap satu sama lain, akhirnya Vania mulai merasa seperti ada sesuatu yang Ferdy sembunyikan darinya. Ketika Vania ingin menanyakan sesuatu pada putranya, tiba-tiba saja ponsel Ferdy bergetar beberapa kali tanda ada panggilan masuk. Ia pun segera mengeluarkan ponselnya dari saku jaket dan terlihat nama Alex yang tertera di layar ponsel. "Mah, aku izin angkat telepon dulu ya. Ini temanku nelpon," ucap Ferdy yang kemudian bangkit dari duduknya setelah melihat Vania menganggukkan kepala. Lalu Ferdy pun melangkah sejauh mungkin menuju lorong rumah sakit untuk menerima panggilan itu. "Maaf ya aku baru bangun, semalam pas kamu chat aku sudah tidur. Istrimu beneran sudah lahiran?" tanya seorang wanita dengan suaranya yang terdengar antusias setelah membaca pesan yang Ferdy kirim semalam saat Maura menjalani operasi caesar. "Iya, Maura sudah melahirkan dan anakku laki-laki," jawab Ferdy dengan suaranya yang terdengar berat dan serak karena menangis terlalu lama. "Jadi kapan kamu akan menceraikan Maura?" tanya wanita itu lagi yang terdengar tidak sabar menantikan jawaban Ferdy.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD