bc

JANDA SANG TAIPAN (2)

book_age4+
5.6K
FOLLOW
61.9K
READ
dark
sex
contract marriage
arrogant
dominant
sweet
city
first love
cruel
like
intro-logo
Blurb

Start : 8th on October 2020

Sinopsis :

Yasemine Katerina Douglass awalnya hanya menginginkan kehidupan yang serba mewah. Menjadi seorang gadis miskin membuat Yasemine berkerja keras demi menghasilkan pundi-pundi dollar yang ia harapkan bisa merubah kehidupannya di masa depan.

Hingga suatu hari ia ditawari sebuah pekerjaan dengan bayaran yang sangat menggiurkan. $75.000.000 USD nampaknya mampu membuat Yasemine setuju untuk menikah dengan taipan kaya raya asal Canada, Justin Reign O'Brian, dan sebagai imbalan atas uang itu, dia harus memberikan seorang anak laki-laki pada Justin yang berkuasa.

Yasemine menerima tawaran itu tanpa mengetahui jika dia baru saja terikat dengan seorang iblis yang tidak akan melepaskannya meski ia berlari dan bersembunyi ke ujung dunia sekalipun!

-Design Cover by Stary

chap-preview
Free preview
Malam Pernikahan
Tandai jika masih terdapat kesalahan kepenulisan, EYD, Grammar dan lain sebagainya dalam cerita ini. Terima kasih. _________________________________________________________________________________________________________ Ottawa, Ontario, Canada, 9.30 PM Yasemine baru saja melangsungkan pernikahannya dengan pria yang bahkan baru dikenalnya satu minggu yang lalu. Pria dengan wajah tampan dan kekayaan yang melimpah. Pria yang saat ini sedang duduk di ranjang dengan hanya menggunakan setelan celana panjang. Tubuh kekarnya ia biarkan telanjang begitu saja. Meski ia sedang membaca buku, tapi itu tidak mengurangi aura ketampanan dan kegagahan dari pria itu. "Jangan melihatku seperti itu." Yasemine tersentak kaget. Sontak ia langsung mengerjapkan matanya. Wajahnya pasti sudah semerah tomat sekarang. Pria tampan bernama Justin Reign O'Brian itu lalu menutup bukunya. Ia memandang ke wanita yang kini telah resmi menjadi isterinya. Isteri yang ia beli dengan harga US$75juta dengan seorang anak lelaki sebagai gantinya. Justin sebenarnya tidak ingin memiliki komitmen seperti pernikahan, namun karena ini menyangkut pewarisnya, maka mau tidak mau, anak itu harus hadir dalam sebuah ikatan yang sah. Itu sudah menjadi tradisi di dalam keluarganya. "Kemari!" perintah Justin dengan suara baritonnya. Yasemine yang kini berada di meja rias pun lambat laun berdiri dan menghampiri Justin. Justin melihat ke arah wajah gadis yang tujuh tahun lebih muda darinya ini. Wajah Yasemine memang tidak bisa dikatakan biasa saja. Gadis itu memiliki mata cokelat yang indah, bibir merah yang lembab, alis hitam yang tebal, hidung yang mancung dan bentuk wajah yang mungil. Mungkin jika ia melebarkan telapak tangannya, maka wajah Yasemine bisa ia letakkan di sana. Yasemine yang ditatap sedemikian rupa pun hanya bisa menunduk dengan jantung yang berdegub kencang. Ini adalah kali pertama ia sekamar dengan seorang lelaki. Dan itu membuatnya merasa takut dan gugup. Pikirannya kembali melayang. Mendapatkan US$75juta saja, ia harus membuat bayi dulu. Betapa susahnya mencari uang di jaman ini! "Duduk!" Suara Justin langsung membuat Yasemine tersentak kaget. Dan itu berhasil membuat seulas senyum terbit di wajah Justin. Kenapa gadis ini begitu takut padanya? Dan kenapa juga ia bertingkah seolah tidak pernah "making out" dengan pria manapun? Kegugupan jelas terlihat di wajah gadis belia itu. Yasemine pun duduk di pinggir ranjang dengan hati-hati. Bokongnya bahkan tidak duduk di sana sepenuhnya. "Mendekat, Yasemine," gumam Justin dengan begitu intens hingga tanpa babibu lagi, Yasemine segera menaikkan kakinya ke atas ranjang dan duduk di dekat sang suami. Yasemine duduk di samping Justin dengan pandangan polosnya, persis seperti anak kucing. "Apa kita akan membuat bayinya sekarang?" tanya Yasemine dengan begitu polos hingga membuat Justin tidak tahan untuk tidak mencium pipi gadis itu. Cup! Sebuah kecupan hangat mendarat di pipi merona Yasemine yang selembut squishy. Yasemine kembali membeku, jantungnya berdegub dengan kencang. Bertahanlah demi US$75Juta Yasemine! "Apa kau mau membuatnya sekarang?" Justin balik bertanya kepada Yasemine. Yasemine yang hanya memikirkan uang pun sontak mengangguk. Justin pun tak menolak. Ia segera menegakkan badannya dan membawa Yasemine ke pangkuannya. Ia menatap lekat wajah gadis itu. Temaram lampu kamar tak membuat Justin kesulitan melihat rona merah yang menghiasi wajah belia Yasemine. "Cium aku!" perintah Justin dengan wajah datarnya. Yasemine menelan salivanya dengan gugup. Namun ia segera melaksanakan perintah dari Justin. Dengan perlahan, Yasemine mendekatkan wajahnya ke arah Justin, kedua tangannya menyentuh dada bidang Justin yang tidak ditutupi oleh apapun hingga.... Cup! Yasemine mendaratkan ciumannya di bibir sexy milik seorang Justin O'Brian. Namun Yasemine hanya menempelkannya, ia tidak melakukan apapun selain menempelkan bibir mereka berdua. Ya, Yasemine memang tidak tahu cara berciuman. Rupanya semua seri Fifty Shades yang telah ia tonton jika dipraktekkan secara langsung akan berubah menjadi sebuah adegan yang sulit. Justin menatap kedua manik cokelat Yasemine yang melirik ke sana ke mari. Justin menggeram. Ah sialan! Gadis ini terlalu polos untuk menghadapinya di ranjang! Justin lalu menarik tubuh Yasemine hingga ciuman gadis itu terlepas. Justin memandang Yasemine dengan tajam. Namun yang ditatap malah menampilkan raut bingung dengan gerlingan mata polos yang membuat Justin tidak bisa marah kepadanya. "Ada apa?" "Apa kamu tidak pernah melihat orang berciuman?" tanya Justin dengan menahan kejengkelannya. Yasemine mengangguk. "Pernah, aku melihatnya di Drama Korea dan film Fifty Shades," jawab Yasemine hingga membuat Justin melemparkan tatapan tidak percayanya. Apa benar gadis ini telah tinggal di Amerika sedari ia kecil? "Jadi kau belum pernah mencobanya secara langsung?" Yasemine berpikir sejenak, lalu ia menggelengkan kepalanya. "Aku sudah pernah mencobanya secara langsung." "Kapan?" "Tadi pagi, saat kau menciumku di depan altar." Justin memejamkan matanya. "YASEMINE!" "IYA?" Tanpa menunggu waktu lama, Justin segera mencium bibir gadis itu. Kali ini ia benar-benar mencium Yasemine. Ia akan mengajari gadis itu cara berciuman. Justin menahan tengkuk Yasemine dengan sebelah tangannya, sementara sebelah tangannya lagi dengan lihai menurunkan gaun tidur gadis itu. Jemari hangat Justin yang besar berhasil menyentuh pundak Yasemine yang begitu halus dan hangat. Justin menggeram, rasanya ia ingin meremukkan pundak rapuh itu dengan sekali genggaman. Sementara itu, Yasemine yang diserang habis-habisan oleh Justin pun mau tidak mau mengikuti irama suaminya. Saat Justin melesakkan lidahnya, dengan insting wanitanya, Yasemine membuka mulutnya. Dan benar saja setelah itu Justin benar-benar mengabsen satu persatu giginya. Yasemine pun hanya bisa menikmati sentuhan Justin sambil meremas surai cokelat gelap milik suaminya. Lama Yasemine terbuai dan mengikuti irama Justin hingga akhirnya ia menyadari jika Justin telah melepaskan gaun tidurnya hingga merosot hingga ke perutnya yang rata. Seketika itu juga Yasemine melepaskan ciumannya. Ia menutupi payudaranya yang tidak tertutupi dengan apapun dengan kedua tangannya. Napas hangat mereka saling bersahutan memenuhi ruang kamar yang temaram itu. Mata mereka saling berpandangan. "Lepaskan tanganmu dari sana Yasemine," bisik Justin lalu memegang kedua tangan Yasemine. Namun Yasemine menggelengkan kepalanya. "Aku malu," gumam Yasemine dengan jujur. Justin tersenyum tipis. Ia lalu mendaratkan ciumannya di pundak dan leher Yasemine. "Justin, ah!" Yasemine yang merasa geli langsung melepaskan kedua tangannya yang menutupi salah satu aset berharga itu. Yasemine memeluk leher kekar Justin untuk menyalurkan rasa geli dan nikmatnya. Justin yang mulai menyadari jika Yasemine mulai terbuai pun tanpa menunggu langsung melakukan apa yang harusnya ia lakukan sedari tadi. Yasemine yang sudah pasrah hanya bisa mengikuti kemauan Justine hingga puncak terakhir. Setelah mencapai puncak terakhir, baik Justin maupun Yasemine sama-sama terkulai lemas dengan napas yang memburu. Yasemine yang telah menyerahkan mahkotanya pada Justin pun mengulas senyum tipis. Ia bersyukur dengan kenyataan bahwa ia melepaskan mahkota itu saat ia sudah terikat dengan janji Tuhan. Justin melirik ke arah Yasemine, ia menarik tubuh hangat gadis itu ke dalam dekapannya. Wangi plum Italia yang bercampur keringat percintaan panas mereka membuat Justin ikut mengulas senyum tipis. Ia merasa senang saat mengetahui jika Yasemine adalah seorang perawan. Di awal perkenalan, Justin sengaja tidak memperdulikan hal itu karena budaya mereka yang bebas. Namun saat ia menerbos masuk ke dalam inti tubuh Yasemine, Justin masih ingat dengan jelas bagaimana teriakan kesakitan Yasemine saat ia menerobos selaput tipis berbentuk darah itu. Justin lalu melirik ke arah Yasemine. "Apa masih terasa sakit?" bisik Justin. Yasemine yang sedang bersandar di dada Justin pun mengangguk dengan rona merah yang kembali menghiasi wajahnya. "Hm," gumam Yasemine. "Tidak usah melakukan apa-apa besok. Jika kau perlu sesuatu kau bisa memanggil pelayan mengerti?" Yasemine mengangguk. Lama mereka terdiam hingga terlintas di benak Yasemin untuk menanyakan sesuatu pada suaminya. "Justin." "Hm." "Bagaimana jika yang aku lahirkan adalah seorang anak perempuan?" Pertanyaan itu langsung membuat Justin membuka matanya. Ia lalu menatap manik cokelat milik Yasemine dengan serius. "Maka bayi itu akan aku buang." Bagai tersambar petir di siang bolong, jawaban Justin berhasil membuat Yasemine terdiam dengan ketakutan yang mulai melingkupinya. "Tapi dia juga anak-..." "Aku tidak ingin memiliki anak perempuan Yasemine. Dan, tugasmu adalah melahirkan seorang bayi laki-laki yang bisa menjadi penerusku," sambung Justin tanpa mau berdebat lebih panjang soal anak perempuan. Justin tidak menyukai anak perempuan! Baginya mereka sangat merepotkan dan cengeng! Justin tidak suka dengan anak yang seperti itu! Di keluarganya pun jarang sekali telahir anak perempuan. Sekalinya lahir, ia akan diperlakukan berbeda dengan saudara lelakinya. Dan itu membuat Justin tidak ingin memiliki anak perempuan. Yasemine segera beringsut menjauh dari Justin. Ia membelakangi Justin dan menatap kosong ke arah tembok. Bagaimana jika ia melahirkan bayi perempuan? Sanggupkah dia membuang bayinya? Saat sibuk dengan pikirannya, Yasemine kembali dibuat terkejut saat ia merasakan dada hangat Justin menyentuh kulit punggungnya. Pria itu memeluknya dari belakang. Sebelah tangan pria itu menelusup ke dalam selimut dan menyentuh perut ratanya. "Hanya akan ada bayi lelaki di sini Yasemine, aku menjamin itu," bisik Justin sambil mengusap perut rata Yasemine yang hangat. Justin lalu mencium pundak wanita itu dan tertidur dengan memeluknya. Sementara itu, Yasemine hanya bisa diam dengan rasa sedih yang tiba-tiba menelusup ke dalam hati. Apa bedanya jika yang ia lahirkan nanti adalah seorang bayi laki-laki atau perempuan? Toh pada akhirnya dia masih akan tetap sendirian menghadapi kehidupan.  Tapi sanggupkah seorang ibu berpisah dengan darah dagingnya? Sanggupkah ia nanti? Memikirkan akhir kisahnya membuat Yasemine akhirnya memilih untuk memejamkan matanya, menyusul sang suami ke alam mimpi. #To be Continued...

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Penjara Hati Sang CEO

read
7.1M
bc

Mrs. Rivera

read
45.4K
bc

See Me!!

read
87.9K
bc

Pengganti

read
301.8K
bc

Hello Wife

read
1.4M
bc

T E A R S

read
312.7K
bc

Air Mata Maharani

read
1.4M

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook