Tubuh Alika terasa seperti bukan miliknya saat ia membuka mata. Kepalanya berdenyut pelan, dan cahaya lembut dari jendela tinggi di kamar itu menyilaukan pandangan. Aroma manis parfum pria yang akrab menusuk hidungnya, menusuk ingatan. Selimut tebal di sekujur tubuhnya terasa seperti belenggu. Bukan hangat. Tapi sesak. Terlalu berat. Ia mencoba duduk. Tubuhnya nyeri. Pundaknya memar. Pahanya berdenyut sakit. Ada nyilu menyebar dari bagian dalam tubuhnya—dan bukan karena kurang tidur. Tapi karena malam itu. Malam yang terulang kembali seperti mimpi buruk yang dulu ia pikir sudah selesai. Ia mencoba mengingat, tapi kepalanya menolak. Fragmen ingatan itu menari seperti bayangan yang menolak dikejar. Tapi tubuhnya... tubuhnya ingat semuanya. Lembar sprei putih tempat ia berbaring kini pen

