Caroline meremas sprei, suaranya bergetar lembut. “Seb… sebaiknya Anda istirahat, Tuan. Luka jahitan ada bisa robek kembali…” Alessandro tersenyum miring, matanya tajam menatap Caroline. “Kau tidak perlu khawatir ada cara lain untuk memuaskan aku.” Caroline menggigit bibir bawahnya. “C-cara apa yang Tuan maksud?” Alessandro mencondongkan wajahnya ke telinganya, berbisik berat. “Buka celanaku.” Caroline menelan ludah, tangannya sempat ragu. “Bagaimana jika ada yang melihat kita…?” Alessandro menatapnya penuh d******i. “Kunci pintunya, sayang. Malam ini hanya kau dan aku.” Dengan tangan gemetar, Caroline segera berlari ke pintu, menguncinya rapat. Rok mininya terangkat ketika ia kembali mendekat melepaskan celana dalamnya. “Seperti ini yang Tuan mau?” suaranya lirih, bergetar.

