Isyana ragu mengatakannya, jujur bercerita saat ini ia sudah menandatangani kontrak kerja bersama satu brand skincare. Di satu sisi ia takut suatu hari Albi tahu dari orang lain dan bukan dari bibirnya sendiri, tapi di satu sisi egonya terus mengatakan, bahwa ia tidak perlu menceritakan semua hal pada lelaki itu. “Hanya menikah kontrak, Na. Nggak lebih, untuk apa kamu bersikap seperti seorang istri sungguhan!” Isyana berdecak. “Nggak harus cerita, Na. Lo bisa lakuin sendiri!” Isyana berbicara sendiri, menatap pantulan wajahnya di cermin. Ia sudah kembali sebelum Albi sampai ke rumah. Selang beberapa jam, lelaki itu belum juga kembali. Isyana pikir suaminya akan pulang tepat waktu, ternyata Albi pulang sekitar pukul sebelas malam. “Baru makan?” Tanya Albi, saat mendapati Isyana tenga

