10

1173 Words
"Sebenarnya apa yang disembunyikan oleh Dinda, kenapa tiba-tiba dia berubah gitu sama aku, sikapnya pun sangat baik bahkan tidak lagi suka marah-marah, apalagi aku tadi sempat menyebut nama Intan di hadapannya, tapi dia sama sekali nggak marah, ada apa ini?" Rehan bertanya-tanya hingga pertanyaan itu membuat rasa kantuk dan lelahnya menjadi hilang, ia penasaran dan ingin mencari tahu apa yang terjadi sebenarnya, dan saat itu Rehan memutuskan untuk menemui Dinda di kamar Arka, ia ingin mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Saat membuka pintu kamar Dinda sedang menidurkan Arka lewat nyanyian, ia selalu melakukan hal itu kepada Arka ketika ia hendak tidur. Rehan menatap Dinda dengan serius, tidak ada sesuatu yang mencurigakan, hingga mengharuskan ia untuk menekan Dinda terkait perubahannya, namun rasa penasaran itu masih terus ada di benaknya hingga ia memutuskan untuk mendekati Dinda, dan membuat Dinda sadar, bahwa suaminya itu ada di ruangan yang sama dengan dirinya. "Mas, kenapa kamu ke sini, bukannya kamu bilang capek dan mau istirahat?" tanya Dinda. "Emmm, Arka udah tidur belum? Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan," ucap Rehan yang tak mampu menyembunyikan rasa penasarannya. "Ya Mas, Arka udah tidur kok, memangnya ada apa?" tanya Dinda pura-pura tidak tidak tahu kala itu. "Tidak di sini, aku ingin bicara di luar sana, agar Arka tidak merasa terganggu." jawab Rehan, ia menatap Arka yang sudah terlelap di ranjang tidurnya. Dinda mengangguk pelan, ia akhirnya berjalan mengikuti Rehan yang saat itu mengajak nya bicara di ruang keluarga, namun sebelum itu Dinda memanggil bi Iyas terlebih dahulu untuk menjaga Arka, ia tidak tega meninggalkan Arka sendirian di kamar meskipun ia dalam keadaan tertidur. Saat duduk di ruang keluarga, Rehan menatap penuh curiga pada Dinda yang saat itu justru bersikap sangat santai, dan tatapan Rehan membuat Dinda merasa semakin penasaran apa yang sedang dipikirkan oleh suaminya itu. "Dinda, kenapa kamu tidak marah-marah lagi seperti biasanya? Kau terlihat sangat baik padaku padahal kamu tahu kalau aku sedang pergi bersama Intan, selingkuhan ku," lirih Rehan penuh selidik. "Mas, terkadang ada saatnya aku pasrah dengan semua yang terjadi dalam hidupku, mungkin memang inilah jalan ku, aku sadar kalau aku memang sudah tidak cantik lagi, bahkan berat badanku saja semakin bertambah karena aku harus memiliki nutrisi yang cukup untuk menyusui anak kita, mungkin keputusan mu untuk mencari selingan baru yang jauh lebih cantik dariku, adalah keputusan yang tepat, tapi satu hal yang aku minta darimu, Mas," ucap Dinda menatap Rehan yang kala itu juga sedang menatap dirinya. "Apa, apa yang kau inginkan, Dinda?" tanya Rehan dengan tatapan seriusnya. "Aku ingin kau bersikap adil padaku dan anak kita Mas, berikan yang terbaik untuk anakku, dan aku ingin kau memberikan sebuah bayaran yang cukup untukku. Karena aku hanya ingin fokus pada Arka, membayar gaji bi Iya, supir, dan juga keperluan rumah, jadi aku ingin kau berikan aku perhatian khusus terkait keperluan ku." jawab Dinda menjelaskan. Rehan melempar senyum tipis, keinginan Dinda sangat mudah bagi pria kaya itu, bahkan sama sekali ia tidak keberatan jika Dinda menyebut berapa jumlah yang ia butuhkan saat itu juga, namun Dinda tidak menyebutnya, ia hanya mengatakan bahwa ia minta untuk lebih diperhatikan. "Dinda, aku sangat senang sekali dengan permintaan mu itu, tentu saja bagiku itu sangat mudah," ucap Rehan melempar senyum. "Aku tahu, sebab itulah aku meminta apa yang mudah untuk kau berikan padaku, karena jika aku meminta mu untuk kembali padaku, tentu saja itu hal yang sangat sulit bukan?" Dinda membalas tatapan Rehan kala itu. "Ya, kau benar. Lalu sekarang kau minta berapa jumlah uang yang harus aku kirimkan padamu sebulannya," Rehan menatap sungguh-sungguh. "Aku mau kau memberikan aku uang 60 juta untuk satu bulannya, ini untuk keperluan rumah dan semua pernak pernik yang tidak kau ketahui Mas, aku tahu ini cukup besar, tapi aku tidak akan cemburu lagi saat kamu membelikan apapun untuk Intan dan ke mana pun kalian akan pergi, aku tidak akan mengganggu kalian, aku hanya ingin fokus dengan Arka dan keperluan rumah," sahut Dinda panjang lebar. "Oh, tidak, aku tidak keberatan sama sekali untuk memberikan kamu uang sebanyak itu, aku tahu kalau keperluan rumah dan anak itu tidak bisa dihitung rinci, sebab itu aku akan menyerahkan semuanya padamu." jelas Rehan setuju. Dinda melempar senyum, ia sangat senang sekali. Karena langkah pertama nya berhasil, dan Rehan sama sekali tidak keberatan dengan permintaannya. Saat itu Rehan bisa pergi dan tidur dengan tenang, setelah ia mengetahui bahwa Rehan sama sekali tidak mencari tahu tentang kebenarannya. Begitu juga dengan Dinda yang merasa begitu sangat senang, karena pada akhirnya Rehan terjatuh dalam rencananya bersama dengan bi Iyas, Dinda masuk ke kamar dan menceritakan semuanya padanya, bi Iyas merasa sangat senang sekali saat mendengar cerita dari Dinda. "Non, sedikit lagi Non, sedikit lagi Non akan menang, sekarang Non harus membuang semua rasa cinta yang Non miliki pada tuan Rehan, karena pria seperti itu tidak layak untuk dicintai, Non," ucap bi Iyas yang merasa sangat geram pada Rehan. "Kau benar Bi, aku memang sudah muak dengan perselingkuhan Mas Rehan dengan Intan, sekarang aku tidak mau fokus dengan sebuah hubungan yang tidak bisa dipertahankan lagi ini, aku hanya bertahan semata-mata karena Arka," seru Dinda menatap Arka yang masih tertidur lelap. "Bagus Non, aku sangat mendukung keputusan yang Non buat, jangan pernah menyesal atau apapun Non, karena ini adalah jalan yang terbaik." jelas bi Iyas menatap penuh ke arah Dinda. Dinda setuju, ia mencoba untuk mengikuti ucapan bi Iyas, mempertahankan rumah tangga seorang diri adalah sebuah rasa sakit yang tidak mudah untuk disembuhkan, Dinda pun memutuskan untuk fokus pada tujuan selanjutnya, karena secara tidak langsung keinginan untuk membangun sebuah bisnis pribadi sudah terbuka, Rehan sendiri lah yang akan mendukung keuangan nya tanpa disadari oleh Rehan. Esok paginya, Dinda mulai sibuk melayani Rehan yang hendak pergi ke toko, Rehan memiliki berbagai toko elektronik dan toko bangunan yang sudah menyebar ke beberapa cabang, semua itu lah yang membuat Rehan begitu bangga dan mudah dalam mencari hiburan dengan modal uangnya. Pagi ini Dinda membuatkan makanan kesuksesan Rehan, ia ingin mengambil perhatian Rehan dan menunjukkan bahwa ia sudah tidak cemburu lagi saat Rehan menyebut nama wanita lain. Sambutan hangat dari Dinda membuat Rehan merasa sangat senang, sebelumnya Rehan tidak betah berada di rumah bersama dengan Dinda, namun beberapa hari ini Dinda justru terlihat begitu santai dan rileks, sama sekali tidak memikirkan apapun tentang Rehan dan Intan. "Mas, sarapan aja dulu, sebelum pergi ke toko," ucap Dinda setelah menyusun beberapa menu makanan di meja makan. "Terima kasih banyak Dinda, aku merasa senang ketika kamu bersikap manis seperti ini padaku," seru Rehan melempar senyum. "Kalau bisa jangan aku saja Mas yang berubah, kalau bisa kau juga berubah untuk anak kita, sekali-kali aku ingin kau mendekati Arka, dan menggendong nya, kau tidak akan sadar nanti, kalau Arka akan sangat cepat sekali tumbuh besar," seru Dinda yang mencoba untuk menyadarkan Rehan. "Ya, nanti aku akan gendong dia, akan meluangkan waktuku untuknya." jawab Rehan melempar senyum, entah akan ia lakukan atau tidak, ia ingin membuat Dinda senang. Dinda melempar senyum kala itu, lalu ia memutuskan untuk menemani Rehan sarapan, namun seketika suasana damai itu dikejutkan dengan kedatangan Intan yang tiba-tiba masuk saat pintu utama terbuka.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD