17

1148 Words
Saat sedang mengobrol ringan dengan bi Iyas mengenai perasaannya, tiba-tiba saja Rehan pulang. Saat itu Dinda bangkit dari tempat duduknya dan menghampiri Rehan, Dinda menyeka terlebih dahulu air matanya saat hendak menemui Rehan, dan kala itu Rehan mengerutkan alis karena rasa penasarannya. "Ada apa Dinda?" tanya Rehan. "Mas, apa kamu sudah puas menginap di rumah Intan beberapa hari ini? Apa kau tidak ada niat sedikit pun untuk memperbaiki hubungan rumah tangga kita ini, kau tahu Mas, semua tetangga sedang menggunjing pernikahan kita, aku malu Mas," ucap Dinda yang memprotes perbuatan Rehan selama ini. "Dinda, kenapa kamu sangat sibuk sekali mengurusi banyak mulut dan mata di luar sana, apa selama ini yang ngasih makan dan minum kamu mereka, bukan aku?" tegas Rehan marah kala itu. "Mas, dalam rumah tangga itu bukan hanya bicara soal uang, kamu tahu nggak si Mas, kalau kamu udah cukup lama mengabaikan aku dan Arka. Tanpa kamu sadari kan, kalau Arka sudah menginjak usia lima bulan Mas, apa kamu pernah sedikit aja menyisakan waktu untuk dia. Mas, kenapa kamu tidak meninggalkan Intan demi aku dan Arka, Mas." pinta Dinda yang masih terus mengemis cinta pada Rehan. Mendengar permintaan itu tentu saja membuat Rehan marah besar, ia tidak menyangka jika Dinda berani berkata demikian padanya. Dan Dinda terkejut jika ternyata permintaannya justru membuat Rehan marah besar, bahkan ia terlihat sangat membenci ucapan tersebut. "Dengar Dinda, kalau kau tidak kuat menjalani rumah tangga bersamaku, minta lah talak padaku, maka dengan senang hati aku akan memberikannya padamu, tapi jangan meminta sesuatu yang membuat aku marah dengan meminta aku meninggalkan Intan, karena hal itu tidak akan pernah terjadi, Dinda," ucap Rehan dengan ketegasan. "Mas, aku istri mu, selama kita menikah kita sudah dikaruniai seorang putra, apa kau tidak merasa bersalah jika kau terus-terusan mengkhianati aku dan Arka. Kenapa Mas, apa yang kurang dariku, aku akan memperbaikinya," seru Dinda masih terus berusaha membujuk. "Kekurangan mu ini sangat lah banyak Dinda, sejak kita menikah dan apalagi saat ini, kamu sudah memiliki anak, semua terlihat berubah Dinda. Dan kau tahu kan, kalau pernikahan kita ini terjadi karena kakak ku Bram, bukan karena aku mencintaimu." jelas Rehan mengingatkan. Rehan melangkah pergi saat itu, menuju kamarnya untuk istirahat. Sementara Dinda sendiri masih berada dalam lingkup kebodohan cintanya. Dinda sangat takut dengan ucapan Rehan yang menunggu ucapan talak darinya, ia tidak bisa melakukan apapun saat ini selain duduk pasrah di sana. "Non, sadarlah, pernikahan Non ini sudah tidak bisa dipertahankan lagi, jika suami istri menikah dan menjalin rumah tangga, harusnya keduanya itu berusaha memperjuangkan, tidak akan bisa sehat jika pernikahan itu hanya salah satunya saja yang berjuang. Non, jangan terlalu bodoh dalam urusan mencintai, kembalilah ke rencana awal dan lakukan sesuatu untuk kehidupan Non sendiri bersama dengan den Arka." jelas bi Iyas yang tak henti-hentinya menasehati Dinda. Dinda lagi-lagi terdiam kala itu, berpikir lagi tentang apa yang harus ia lakukan. Cintanya yang tak terbalas itu harus ia korbankan demi sesuatu yang sudah pasti. Dengan tekat yang kuat Dinda kembali membangun harapan bersama putranya, Arka. Saat Dinda menatap wajahnya dengan sungguh-sungguh. "Non, berpikir lah sendiri, aku tidak ingin terlalu ikut campur dengan keputusan mu, aku hanya bisa mengatakan saja apa yang terbaik untukku, selebihnya itu terserah pada Non saja," ucap bi Iyas terdiam pasrah. "Bi, ini sangat berat, tapi aku akan berusaha untuk memikirkan hal ini," seru Dinda, lirih. "Ya Non, keputusan tetap ada di tangan Non, aku di sini hanya pendukungnya saja. Tapi aku tidak mendukung jika Non memilih untuk tetap mempertahankan rumah tangga Non yang sudah tidak sehat ini." jawab bi Iyas dengan tegas. Dinda terdiam, menatap bi Iyas yang memutuskan untuk pergi dari sana dan masuk ke dapur. Sementara Dinda sendiri terlihat sedang berpikir serius karena ini adalah keputusan yang berat. Ting... Sebuah pesan masuk mengalihkan pikiran Dinda, saat itu Dinda dikirimi pesan oleh Intan. Sebuah foto prewed yang sedang berlangsung itu diabadikan oleh Intan dan sengaja ia kirimkan pada Dinda, Dinda terkejut ketika melihat foto itu, dan beberapa saat kemudian telpon Dinda berdering, Dinda pun menatap ke layar ponsel nya lalu mengangkat telpon tersebut. "Halo Dinda, apa lo udah buka kiriman pesan dari gue?" tanya Intan tersenyum licik. "Apa ini maksud nya, apa lo pikir gue akan cemburu soal foto yang lo kasih ini, ini foto yang sengaja lo edit, kan!" tebak Dinda yang saat itu terlihat percaya diri, bahwa Intan sedang mengelabui dirinya. "Apa lo nggak lihat ada cincin di jari gue dan mas Rehan? Dinda, gue sama mas Rehan itu sebentar lagi akan menikah, lo nggak tahu kan kalau gue dan mas Rehan sudah merencanakan pernikahan, Dinda jangan terlalu polos, lo itu udah nggak ada tempat di hati mas Rehan, sebaiknya lo ngalah ya." jelas Intan melempar senyum, lalu ia memutuskan untuk memastikan ponselnya saat itu. Dinda menurunkan telponnya dengan hati hancur, apa yang dikatakan oleh bi Iyas sudah dibenarkan oleh Dinda setelah mendengar kabar buruk itu, bahwa pernikahannya dengan Rehan memang sudah tidak bisa lagi diharapkan, karena kesal dengan rencana yang tidak diketahui olehnya itu membuat Dinda diam-diam masuk ke kamar Rehan untuk mencari tahu kebenarannya. Saat Dinda masuk ke kamar dan saat itu ia melihat Rehan sedang duduk santai di atas ranjang, membuat Dinda sangat geram. "Mas, apa ini Mas?" tanya Dinda menahan kemarahan ketika ia memperlihatkan foto prewed Rehan dan Intan. Rehan pun menatap ke layar ponsel itu, wajahnya terlihat bingung ketika melihat gambarnya dan Intan yang sudah ada di tangan Dinda. "Dapat dari mana kamu foto itu?" tanya Rehan. "Apa penting bagi kamu aku dapat dari mana foto ini? Mas, apa kenapa kamu melakukan ini Mas, apa kurang puas kamu menyakiti aku dengan cara berselingkuh dengan Intan. Lalu sekarang kamu membawa kabar buruk ini dalam pernikahan kita, dan sakit nya lagi, kamu sama sekali tidak mau mengatakan hal yang sebenarnya Mas, kamu memilih menyembunyikan semua kebenaran ini," marah Dinda yang tidak habis pikir dengan suaminya. "Dinda, aku bisa menjelaskan, kamu tenang dulu," ucap Rehan yang mencoba untuk membuat hati Dinda tenang. "Apa Mas, apa yang mau kamu jelaskan sama aku. Mas, aku nggak bisa terima semua ini Mas, aku ingin kamu membatalkan rencana kamu yang ingin menikahi Intan, aku mohon Mas," pinta Dinda merengek di hadapan Rehan. "Dinda, tentu saja itu tidak mungkin, hal yang mustahil kalau aku membatalkan rencana yang sudah ku susun dengan matang bersama Intan." tolak Rehan yang saat itu menatap wajah Dinda dengan serius. Dinda menggelengkan kepalanya, ia tidak menyangka jika ternyata Rehan justru menolak permintaannya, Rehan sendiri memang sudah merencanakan pernikahannya dengan Intan tanpa memberi tahukan Dinda, hal itu membuat Dinda merasa sangat kecewa dan marah. "Dinda, lebih baik kamu menerima semua keputusan yang ku buat, aku menikahi Intan karena cinta Dinda, berbeda saat aku menikahi dirimu, aku menikahi mu karena kakak ku. Jadi aku mohon tolong biarkan aku bahagia, aku tidak akan lupa dengan jatah permintaanmu dalam setiap bulannya, bahkan aku bisa dengan mudah menambahkan semua itu tanpa sepengetahuan dari Intan," ucap Rehan yang ingin menukar perasaan Dinda dengan uangnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD