16

1117 Words
Kali ini, Aga mengajak Bella makan ditempat yang cukup estetik namun santai. Sepertinya tempat makan ini memang diperuntukkan bagi kawula muda seperti mereka yang sedang dimabuk cinta. Kebanyakan yang datang juga mereka yang memiliki hubungan spesial lawan jenis. Bukan cuma pasangan muda yang telah menikah, tapi juga sepasang kekasih yang memiliki aura penuh cinta pun bahagia berada di tempat ini. Mungkin karena mereka hanya berdua dan satu sama lain bisa meluapkan rasa cinta mereeka. Saat memasuki tempat makan itu, Aga langsung meenggandeng tangan Bella dengan erat. Tanpa harus meminta ijin pada Bella, Aga merasa Bella adalah miliknya. Toh, cincin pertunangan itu jelas membuktikan bahwa mereka bukan sekedar pasangan yang sedang dimabuk asmara, tapi mereka adalah pasangan hidup yang sebentar lagi bahagia dalam ikatan perkawinan yang SAH. Aga memilih tempat lesehan agar lebih santai untuk duduk dan mengobrol. Ada banyak hal yang ingin Aga kemukakan dan ajukan pertanyaan untuk Bella sebelum hari pernikahannya lusa nanti. "Mau pesan apa?" tanya Aga lembut setelah Bella duduk sambil melipat kakinya dan menutup pahanya dengan bantal tempat duduk yang tersedia disana. Roknya sangat pendek, jika ia harus melipat kakinya, tentu saja roknya akan naik ke atas. Tempat ini cukup terbuka, Bella masih punya urat malu untuk menutup sebagian tubuhnya kecuali memang terpaksa. "Ada apa aja," jawab Bella santai sambil membuka buku menu. Hari ini, Bella begitu lapar. Dua kali jam istirahat, Bella sama sekali tak makan dan minum. Tenggorokannya saja masih etrasa kering sampai sekarang. Dirumah pun, Bella tak sempat untuk ngemil dan minum, sudah harus langsung pergi bersama Aga. "Pilih saja," titah Aga mulai memesan amkana untuk dirinya sendiri. Bella membaca buku menu dan memilih banyak makanan. Semua makanan yang ada ditempat makan ini begitu mengguggah selera makan Bella. "Bella mau ayam bakar pakai nasi, tempe mendoan, udang keju, siomay, sama ceker bakarnya ya. Ekhemm ... Minumnya es teh manis satu sama jus semangka," ucap Bella memesan pada pelayan. Aga menutup buku menu itu sambil menatap Bella tak percaya. Tubuh Bella kecil dan mungil, tapi menu makanan yang dipilihnya begitu banyak. "Yakin habis semua?" tanya Aga menatap Bella lekat. Bella mengangguk mantap, "Yakin. Kenapa? Keberatan? Nanti Bella bayar sendiri juga bisa. Bella bawa uang kok." Suara Bella begitu ketus dan sinis kepada Aga. "Ahhh .. Gak keberatan kok. Kamu mau pesan smeua makanan dikedai ini juga gak masalah. Uangku masih cukup untuk menafkahi kamu, Bella. Tapi, akan sangat disayangkan bila pesanan kamu itu hanya untuk mengikuti nafsu saja, dan mubazir kalau tidak dihabiskan," ucap Aga menasehati. "Habis. Tenang aja. Kalau gak habis, Bella bayar sendiri," ucap Bella sombong. Sambil menunggu pesanan keduanya datang. Aga mulai membuka topik pembicaraan yang serius dengan Bella. "Lusa kita akan menikah," ucap Aga tetap tenang. Wajah Aga begitu tampan dan terlihat cool. Berbeda jika Aga berada disekolah, wajah tampannya tertutup dengan sikap angkuh dan garang. "Terus," jawab Bella singkat sambil memainkan tangannya diatas meja seperti tak peduli denagn ucapan Aga. "Saya lagi bicara. Tolong hargai saya saat saya sedang bicara," ucap Aga denagn nada memohon. Bella menghentikan permainan tangannya dan melepaskan tasnya yang kini diletakkan di atas meja. "Oke. Bella dengerin Bapak Ibrahim Aga yang terhormat," ucap Bella ketus. "Setelah menikah. Kita tinggal dirumah Bunda. Rumah kita sedang dalam proses renovasi," ucap Aga mantap sambil menatap dua bola mata Bella yang sontak melotot ke arah Aga. "Apa? Gak bisa. Bella gak mau. Bella mau tinggal dirumah Mama Bella," ucap Bella lantang. "Istri harus nurut sama suami," ucap Aga tak kalah lantang. "Hah ... Mana bisa begitu. Kita menikah karena dijodohkan bukan keinginan Bella. Bella gak suka sama Pak Aga. Inget ya, Bella gak pernah suka sama Pak Aga. Satu lagi, setelah nikah gak boleh sentuh Bella," ucap Bella lantang mengintimidasi Aga. Aga terdiam mendengar semua permintaan Bella yang aneh itu. Dimana -mana setelah menikah mereka akan tinggal satu rumah dan bahkan hidup dikamar yang sama. Gimana konsepnya jika Aga tak boelh menyentuh Bella. Setiap aktivitas pasti ada saja, sentuhan tanpa sengaja. Makanan pesanan mereka telah datang. Aga dan Bella menghentikan obrolannya dan fokus pada makanan mereka. Aga masih menatap Bella yang sedang makan. Bella sendiri sengaja makan dengan cuek tanpa ada rasa malu didepan Aga. Intinya Bella sengaja membuat Aga ilfill pada dirinya agar Aga membatalkan pernikahan ini. "Pelan -pelan makannya Bella. Gak ada yang nyuruh kamu untuk buru -buru, nanti tersedak," ucap Aga menasehati. "Hu um," jawab Bella sambil mengunyah penuh makanan didalam mulutnya. kedua tangannya kotor karena bumbu ayam bakar. Satu tanagn untuk menyuap nasi dan satu tangannya lagi untuk memegang daging ayam bakar itu. Wajah Bella disekitar bibir juga penuh denagn bumbu ayam bakar. Aga mengambil tisu dan mencoba ingin membersihkan kotoran pada pinggir bibir Bellaa. "Mau apa sih!!" ucap Bella ketus sambil menangkis tangan Aga. "Itu celemotan. Makannya pelan -pelan," titah Aga lembut. "Biarin aja kenapa. Bella yang makan ini," ucap Bella sekenanya. Aga hanay menarik napas dalam dan mengurungkan niatnya untuk membersihkan sudut bibir Bellaa. Setengah jam kemudian, Bella mulai kewalahan dengan smeua pesanan makanannya. Perutnya ternayta tidak bisa menampung makanan lebih banyak lagi. Ini saja rasanya sudah mulai mual dan diam -diam Bella membuka kancing roknya yang paling atas. Perutnya membuncit seketika. "Ayo habiskan," titah Aga penuh kemenangan. "Tenang aja sih," jawab Bella mencoba menarik napas dalam dan memaksa untuk menikmati makanan didepannya yang masih banyak. Kalau kenyang semua makanan enak itu tak lagi nikmat rasanya. "KIta disini sudah hampir dua jam. Butiknya kalau malam tutup. Kita harus kejar sore ini," titah Aga pada Bella. "Iya. Ayo sekarang. Bella bayar sendiri aja," ucap Bella ketus sambil membuka tasnya yang kosong. Dompet hitamnya tertinggal dirumah. Lebih tepatnay Bella belum mengeluarkan dompetnya dari tas sekolah. "Oke. Mana uangnya," ucap Aga santai sambil meminta uang dari Bella. Bella melirik tangan Aga yang sudah menengadah ke atas. Wajah Bella terasa panas dan mulai gerah. "Kenapa? Ayo sini uangnya," ucap Aga santai. "Dompet Bella tertinggal. Pinjam dulu ya, Pak.Nanti Bella ganti dirumah," ucap Bella dengan nada memohon. Suaranya begitu lembut sekali. "Gak bisa. Kamu yang minta untuk bayar sendiri kalau gak habis. Kalau gak bawa uang, ya habiskan smeua makanannya," tegas Aga menunggu Bella. "Pak ... Tolong dong. Bayarin dulu ya. Kan Bapak juga yang susah kalau gak buru -buru ke Butik," pinta Bella memohon sambil mengancam Aga. "Saya gak maslah gak jadi ke Butik. Saya gak rugi juga. Tapi kamu yang akan kena masalah denagn Opa Adrian. Kalau kamu siap, silahkan," ucap Aga yang bergegas untuk pergi dari sana dan akan meninggalkan Bella denagn sengaja. "Pak ... Mau kemana?" ucap Bella yang mulai kesulitan berdiri. Selain perutnya penuh dan kenyang sekali. Kedua kaki Bella tiba -tiba saja keram dan susah untuk berdiri. Aga tetap diam dan segera keluar dari tempat lesehan itu. "Pak ... Tungguin Bella. Pak!! Awww," teriak Bella merintih kesakitan karena keram.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD