When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Alfi memasuki bangunan kantor. Saat ia menuju ruangannya. Lolita sudah menunggu dengan wajah menyimpan rasa marah. "Selamat pagi, Lolita," sapa Alfi tanpa peduli pada sorot mata Lolita. "Apa maksudnya ini, Pak? Kenapa saya dipindahkan ke cabang di kota lain?" Lolita mengacungkan surat yang baru saja ia terima, dari tangan kanan Alfi di kantor itu. "Itu kebijakan dari pusat. Tanyakan saja ke orang pusat," jawab Alfi santai. "Ini pasti atas permintaan Bapak!" "Maaf, jika kamu keberatan, silakan bicara dengan orang kantor pusat." "Kalau Bapak tidak suka dengan hasil kerja, atau cara kerja saya, bicarakan dulu dengan saya, Pak. Jangan seperti ini! Atau ada alasan pribadi dibalik semua ini?" Mata Lolita menatap menyelidik ke bola mata Alfi. "Satu kali lagi saya katakan, itu keputusan dar