Naya’s POV Tak ada henti-hentinya aku menatap takjub pada pemandangan kota London malam ini. Saking senangnya, aku ampai ingin menangis. Hamparan kerlip cahaya lampu terpampang cantik, dan ajaibnya, itu terasa menenangkan. Tiba-tiba kurasakan ada dua tangan yang menelusup di sela-sela pinggang dan lenganku. Aku tersenyum, sedikit menahan geli. “Seneng, Nay?” bisikan itu membuatku semakin geli saja, tetapi aku tetap mengangguk bersemangat. “Banget. Saking senengnya sampai pengen nangis.” Dekapan itu mengerat, memberi kehangatan di saat malam ini suhu udara turun drastis dibanding tadi siang. Mas Iqbal meletakkan dagunya di pundakku, sesekali dia mengendusi leher sampai aku harus protes dengan cara mencubiti tangannya yang bertengger erat di perut. “Makasih, ya, Mas.” “Udah lim
Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books