bab.2a

590 Words
Icha POV  "Kamu mau juga saya gendong..?" Tanya gerald. "Eh bapak, mau apa?" Tanya ku panik. Pak gerald sudah didepan muka ku, jarak kami dekat dan semangkin dekat. Bruk! "Aw!" Aku jatuh dari tempat tidur karena memimpikan kejadian satu hari yang lalu. Padahal aku juga tak mengganggap pak gerald serius, itu hanya candaannya. yang kerap sering ia lakukan  setiap waktu padaku. Jadi aku memutuskan untuk tidak memperdulikannya. Kring.. kring..! 06.25 Bunyi alarm, berarti waktu  yang sangat tepat untuk ku beranjak dari kasur dan segera mandi. Setelah mandi dan sarapan, seperti biasa aku langsung ke apartemen si bos sebelum dia ngamuk. Kalau kalian tanya ngapain ke apartemen si bos pagi-pagi? Itu kerjaan ku selama bertahun-tahun kerja. Aku sudah sampe di apartemen sibos, "Miaw" Dan di sambut si cantik, seperti biasa. "Jangan deket-deket saya ya, saya gak bisa terlalu dekat sama kamu cantik." Kata ku pada si cantik. Aku takut pada kucing tentunya, tapi aku gak bakal mau bilang sama si cantik kalo aku takut dia. Masih memikirkan harga diri sebagai manusia. "Ntik! Si bos mana, pasti belom bangun ya?" Tanya ku pada si cantik. "Miaw.." kata si cantik, lalu pergi menuju kamar gerald, aku pun mengikutinya. Si cantik sudah sampai di depan pintu, bukannya jika hewan yang mengerti bahasa manusia seperti si cantik ini, akan memberinya petunjuk dimana pak gerald? Dan ini seperti sebuah tanda dari si cantik bahwa ia harus menemui bosnya didalam kan ? Krek... Aku terkejut dan teriak dihadapan pak gerald. "Bapak ngapain gak pake baju?"seraya menutup mata dengan telapak tangan. Tak ada sahutan, dan aku mencoba mengintip dengan sisi jari-jari tanganku yang memang terbuka. Pak gerald hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah laku ku yang mungkin menurutnya sedikit aneh. "Masuk cha ngapain cuma diem disitu." Ujar gerald akhirnya. "Iya pak, anu jangan marahin saya ya. Serius deh saya gak tau kalo bapak baru mandi, ini semua karena dia..!" Kata ku bermaksud pembelaan seraya menuduh si cantik dengan menunjuknya. Pak gerald melihat arah jari telunjuk ku, mencoba untuk melihat siapa yang sebenarnya bersalah, lalu ia menyerngitkan alisnya. "Miaw..." kata si cantik dengan wajah yang di imut-imut kan menatap bosnya, terlihat ingin mengadu bahwa ia tidak salah. Dasar penggoda. "Si cantik maksud kamu? Kamu berani nuduh dia? Dia si belahan jiwa saya, cha..? Kata pak gerald terlihat sarkasme pada setiap katanya yang ditujukan padaku. Aku langsung menggeleng cepat kepada pria didepanku yang baru saja selesai mengikat ujung bathroob-nya. Seakan diriku memang salah besar, berani menuduh si cantik yang katanya 'belahan jiwanya' . Aku menelan ludah ku lebih tepatnya. "Kamu makin berani ya sekarang." Aku melamun, memikirkan apa memang benar bapak bosnya ini lebih menyukai si cantik dari pada aku yang selama ini mengabdi untuk selalu mengurusnya, lagi kenapa tidak cari istri sih? "Terus sekarang malah bengong dan mengabaikan perkataan saya..?" Ujar  pak gerald yang membuat aku tersadar dari segala lamunan yang tak penting sedikitpun. Lalu aku melirik si cantik yang kini terlihat sedang mengejek ku, sambil menjulurkan lidah nya kebawah. Yang seakan tahu bahwa saat ini aku sedang habis- habisan dimarahi si bos. "Maaf pak, gak bakal saya ulang dan tadi memang sepenuhnya kesalahan saya. karena udah kebiasaan dari dulu soalnya waktu bangunin bapak." Ujarku pada nya, penuh penekanan. Gerald menangguk setuju atas penyataanku. "Nah, gitu dong cha. Jangan main nuduh si cantik. Sekarang saya sudah maafin kamu, yang pasti sekarang cepat kerjakan tugasmu. Pilih pakaian saya seperti biasa dan segera pakaikan." "Pakaikan juga?  .... Oh! Dasi maksudnya?" Hampir aja salah paham. "Kata siapa hanya dasi?"  "... saya mau semuanya. Pakaikan semuanya!" Perintah Gerald. Klik Vote dan ramaikan komentar ya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD