rencana

1345 Words
Suasana ruang makan terdengar cukup ramai, mereka asyik saling berbincang. "Kak Elsa rencananya berapa lama tinggal di Jakarta?" tanya Adit sambil menyuap makanan ke mulutnya. "Selamanya," jawab Elsa. Tiba-tiba semua yang mendengar itu berhenti makan dan bicara. Elsa melihat ke semua orang yang ada di meja makan itu. "Yang serius Kak Elsa?" tanya Adit. "Serius Dek," kata Elsa. "Terus kerjaan kamu di Jerman bagaimana?" tanya Sumi. "Aku sudah resign, Bu," jawab Elsa. "Kamu ngak becanda kan, Elsa?" tanya Frans sambil memandang Putrinya dengan penasaran. "Ngak Daddy, serius," kata Elsa dengan mengangkat dua jari dengan wajah yang terlihat serius. "Kamu punya masalah di sana, Sa?' tanya Bandi. Elsa menggelengkan kepalanya, "Ngak Yah, Elsa ngak punya masalah apa pun di sana." "Lalu kenapa?" tanya ibu Sumi penasaran. "Jangan bilang ada laki-laki yang yang ingin berbuat tidak-tidak dengan kal Elsa di sana?" Adit terdengar geram. Elsa sekali lagi menggelengkan kepalanya dan tersenyum. "Ngak ada Dek, cuman Kak Elsa memang sudah merencanakan ingin kembali menetap di sini," jawab Elsa sambil memandang satu persatu wajah mereka secara bergantian. "Aku ingin kumpul bersama keluargaku di sini, apa pun yang terjadi, bolehkan?" kata Elsa lanjut. Adit yang mendengar perkataan Elsa langsung memeluk pundak gadis itu. "Tentu Kak, lebih dari boleh malah," kata Adit. "Karena kita semua adalah satu keluarga." Sumi, Bandi dan Frans mengangguk setuju. Setelah selesai makan mereka semua berkumpul di ruang keluarga, dan melanjutkan pembicaraan tadi. "Terus kamu bakal kembali kerja di sini, Sa?" tanya Bandi sambil menghirup kopinya. "Iya Yah, rencananya memang begitu," jawab Elsa. "Mau melamar kerja di tempat yang kemarin lagi?" tanya Sumi. "Tidak Bu, rencananya aku cari tempat kerja lainnya saja," jawab Elsa. "Iya Kak, tidak usah balik kerja di sana tempat lain saja masih banyak," ujar Adit dengan nada kesal, lanjut bicara, "Nanti kalau balik ke sana bakal ketemu musuh dalam selimut lagi." Elsa tersenyum kemudian mengangguk, "Aku sudah punya perusahaan yang di rekomendasikan sama mantan pimpinanku di Jerman." "Benarkah?" tanya Sumi. "Apa nama perusahaannya, Sa?" tanya Frans. "Pasti perusahaan top ya, Kak?" tanya Adit juga. "Itu pasti, karena perusahaan Elsa di Jerman juga bukan perusahaan kaleng-kaleng," kata Bandi menimpali. "Iya Sa, apa nama perusahaannya?" Ibu Sumi terdengar penasaran. "RD konstruksi," jawab Elsa. "Wah, itu memang perusahaan terkenal Kak," kata Adit terdengar senang. "Daddy juga tahu tentang perusahaan itu," Frans mengangguk setuju. "Memang perusahaan itu termasuk belum lama, tapi pemilik perusahaan itu termasuk yang paling hebat," kata Adit. "Iya, atasan Elsa dan pendiri RD adalah teman baik," kata Elsa. "Kalau begitu kapan melamar kerja di sana Kak? Nanti Adit antar," kata Adit terdengar bersemangat. "Minggu depan," jawab Elsa. "Kok minggu depan?" tanya Adit lagi. "Karena satu minggu ini mau dihabiskan buat di manja sama Ibu, Ayah dan Daddy dulu," jawab Elsa. "Manja ngak harus satu minggu ini saja, sampai kapan pun boleh,," ujar Sumi sambil memeluk Elsa, "Kan Elsa anak kesayangan ibu," Adit yang melihat itu langsung mencibir apa yang dilakukan Ibunya itu, "Wah bakal jadi anak tiri teraniaya nih ceritanya." Semua yang mendengar perkataan Adit langsung tertawa . **NZ*** Adit dan Elsa masih berbincang saat kedua orang tua Adit sudah pulang ke rumah mereka yang tepat bersebelahan dengan rumah Frans. "Kakak benar-benar yakin untuk kembali menetap di sini?" Adit mengulang pertanyaannya kembali. "Sudah yakin seratus persen, Dit," jawab Elsa. "Berarti sudah move on?" tanya Adit. "Sudah," jawab Elsa yakin. "Kadang bicara tidak sesuai dengan hati Kak," kata Adit. "Maksudmu?" tanya Elsa. "Maksudnya kalau sudah ketemu kembali nanti, semua akan berbeda lain di mulut lain di hati," sahut Adit. "Tenang Dek, Kak Elsa sudah sangat yakin akan hal itu makanya aku berani kembali ke sini," ujar Elsa terdengar mantap. Adit memandang Elsa mencoba mencari kebenaran dalam wajah Elsa. "Empat tahun cukup buat Kak Elsa untuk mengobati luka ini, kalau terus menerus terpuruk kasihan Daddy," Elsa terlihat merenung. "Bagus itu Kak, karena mereka tak pantas mendapat kesedihan dan air mata dari Kak Elsa," kata Adit, Elsa paham dengan kata mereka yang dimaksud pemuda itu. "Aku rasa apa yang terjadi sudah cukup memberikan aku pelajaran untuk lebih hati-hati dan tidak langsung percaya dengan sebuah hubungan," ujar Elsa memandang Adit sambil tersenyum. "Kalau begitu, bagaimana kita jalan-jalan dan bersenang-senang?" tanya Adit pada Elsa. "Lho kamu ngak kerja?'" tanya Elsa balik. "Belum Kak, ini masih off satu minggu sebelum kembali tugas ke luar kota nanti," jawab Adit. "Kalau begitu ayo, kita keliling seperti dulu lagi," kata Elsa terlihat bersemangat dan senang. Sementara mereka tak mengetahui kalau sepasang mata tua memperhatikan dan mendengar perbincangan Elsa dan adit diam-diam. "Daddy harap kamu akan selalu berbahagia Sa, karena itu yang Daddy janjikan pada Ratih Ibumu sebelum dia meninggal," bisik Frans sambil menuju ke kamarnya. Kemudian Frans duduk di ranjang dan memandang bingkai foto di sana. "Ratih, tolong doakan Elsa putrimu supaya dia bisa memperoleh kebahagiaan yang selama ini dia Inginkan. Karena dia pantas mendapatkan itu semua setelah penderitaannya selama ini," ujar Frans lirih sambil mengusap bingkai foto yang berisi dua orang yang saling tertawa lepas. **NZ*** Rama terlihat sedang serius melakukan pembicaraan dengan pria yang di hadapannya, saat ponselnya bergetar, menandakan ada panggilan masuk. Saat melihat nama pemanggilnya, Rama hanya melihat dan tidak langsung menerima panggilan masuk itu. "Sebentar," kata Rama pada pria yang ada di hadapannya sebelum akhirnya memutuskan untuk menerima panggilan itu. "Halo.." [ "Rama, putraku yang tampan, jangan lupa nanti siang janji kencannya." ] "Bu, apa tidak bisa beberapa hari lagi?" [ "Oh tak bisa, ini semua sudah diatur dan kebetulan cewek itu hanya punya jadwal kosong hari ini." ] "Kalau begitu, cari waktu lain buat ketemu Bu, bagaimana?" [ "Ngak bisa, ngak bisa! Ibu sudah atur semuanya pokoknya harus ketemu hari ini." ] Rama hanya diam, "Ya sudah Bu, nanti Rama datang." [ "Nah begitu dong, Ibu senang dengarnya." ] Rama mengakhiri pembicaraan sambil menggelengkan kepalanya. "Kok muka kamu jadi suntuk begitu?" tanya pria yang ada di hadapannya itu. "Biasa Ibu, Danu," jawab Rama. "Memang kenapa dengan Bude Tri?" tanya Danu. "Maksa buat agar aku mau ketemu sama cewek," jawab Rama. "Bagus, siapa tahu itu jodoh kamu," kata Danu. "Belum tentu, kalau tidak cocok bagaimana?" tanya Rama. "Belum ketemu sudah ngomong tidak cocok, dicoba kenal dululah Ram," saran Danu. "Sebenarnya aku malas banget buat semua ini," kata Rama. "Jangan begitu, kamu itu memang sudah waktunya memikirkan untuk segera berumah tangga," nasihat Danu, Rama cuman diam saja. "Apa sih yang kamu tunggu, semua sudah kamu punya dan lagian umurmu itu tidak bisa dibilang muda lagi, Ram," ujar Danu terus lanjut bicara, "Buat apa kamu kerja keras dan menghasilkan banyak uang kalau akhirnya tidak ada yang menikmati?" Rama masih diam mendengarkan apa yang di ucapkan oleh Danu. "Kamu ngak kasihan sama orang tuamu, mereka itu sudah tua dan hanya punya anak tunggal, kapan lagi kamu bisa membahagiakan mereka kalau tidak sekarang?Kalau memikirkan tidak cocok pasti sampai nanti juga tidak ada yang cocok, maka itu gunanya kamu kenal dan juga berusaha untuk dekat sama seseorang," Danu berusaha terdengar bijak. "Mungkin kamu ada benarnya juga," Rama mengangguk setuju setelah terdiam beberapa saat.. "Tentu saja aku benar, karena aku ini sudah berpengalaman, ngak seperti kamu mau kenal sama cewek saja tidak berani," kata Danu tertawa. Rama memandang tajam pada Danu, "Kamu sedang mengolok-olok saya?" "Aku bicara kenyataan saja, atau jangan-jangan memang selama ini kamu takut sama perempuan ya, Ram?" Danu semakin tertawa melihat wajah serius Rama. Kemudian Rama berdiri, "Kamu mau saya pecat jadi CEO perusahaan ini?" Danu mendengus kasar mendengar perkataan Rama, "Kamu ngak bisa main pecat, saya juga pemilik saham perusahaan ini." Sambil berjalan menuju pintu Rama berkata dengan cukup jelas. "Tetap saja saya pemegang saham terbesar perusahaan ini Danu, dan saya punya hak opsi untuk melengserkan kamu." "Saya cuman bercanda Rama!" kata Danu. "Saya juga bercanda buat memecat kamu jadi CEO," kata Rama sambil keluar dari ruang kerja Danu. ***NZ*** ."Tugas sudah dilaksanakan," bisik Danu di ponselnya. "Bagus, Bude harap kali ini saran kamu sama cah gantengku di dengar," terdengar nada puas dari Tri. "Saya harap kali ini Rama benar-benar bisa ketemu jodohnya hari ini, bude." "Bude juga berharap begitu, biar bude bisa cepat gendong cucu." "Semoga doa Bude terkabul." "Amin." Dan semoga bude berhenti melakukan teror menakutkan padaku, amin.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD