01 - Amanda Murka
Happy Reading 
Jangan lupa tinggalin jejak kalian di cerita ini! 
Muach muach! 
******
******
"OH MY GOD!" 
"Damn! Kau ... sialan!" umpat seorang wanita yang kini sibuk mengibas-ibaskan kertas di hadapannya.
Wanita pemilik mata  kucing itu mengerang marah penuh emosi, ketika salah satu pelayan kafe  tidak sengaja menumpahkan jus kiwi pesanannya dan mengenai map yang  berisikan beberapa lembar sketsa bangunan milik kliennya.
Pelayan itu bergidik ketakutan saat mendengar makian kasar terlontar dari salah satu p3l4nggan akibat kecerobohannya.
"Ma---, maaf ... Maafkan saya, Nona. Sa---, saya tidak sengaja," ucap pelayan itu dengan gugup penuh dengan rasa bersalah.
Tatapan tajam begitu menghunus tepat menghujam wajah si pelayan.
"Apa? Maaf? Kau buta? Kau tidak lihat semua ini?" bentak p3l4nggan wanita itu dengan suara lantang.
"Panggil manajer kafe ini. Sekarang juga!" perintah wanita cantik itu pada si pelayan.
Pelayan yang wajahnya  sudah pucat pasi itu berjalan mundur lantas segera berlalu dari hadapan  wanita yang telah membentaknya kasar dan mencari manager cafe sesuai  permintaan wanita cantik itu. 
Seorang pria dengan  kemeja biru dan dasi bergaris-garis menyilang berwarna merah kontras  dengan kemeja yang dikenakannya berdiri di hadapan wanita yang tengah  mengibas-ibas lembar demi lembar kertas. 
"Maaf, apa ada yang bisa saya bantu? Saya kebetulan manager kafe ini. Perkenalkan nama saya---,"
Belum sempat sang manager berbasa-basi, sang wanita sudah menyemburkan amarahnya lagi.
"Dengar dan lihat semua  ini! Semua lembar pekerjaanku basah dan beberapa robek akibat  kecerobohan yang dilakukan pegawai kafe anda ini!" 
Dengan berkacak pinggang  wanita cantik itu memerintahkan manager cafe itu untuk memecat  pegawainya. "Aku ingin kau memecat pegawai bodohmu itu!" 
Pegawai tersebut menunduk, gemetar ketakutan di belakang managernya mendengar ucapan kejam yang dilayangkan wanita itu untuknya.
"Maaf, tapi pegawai saya  tidak sengaja melakukannya, Nona. Dia juga sudah meminta maaf pada---"  Lagi-lagi terhenti karena wanita itu sudah kembali menyela.
"Kau dan pegawaimu sama  bodohnya! Kalian membuang-buang waktuku. Sialan sekali kafe ini. Sangat  tidak bertanggung jawab!" Wanita cantik itu membereskan semua barangnya  dan melenggang pergi meninggalkan kafe dengan emosi memuncak.
Seluruh mata memandang  wanita yang baru saja melangkah keluar pintu kafe, sedangkan manajer dan  pegawai yang melakukan kesalahan tadi masih berdiri kaku mengamati  pundak yang semakin menjauh itu. 
******
Wanita cantik yang  memiliki mata tajam seperti tatapan mata kucing bernama Amanda  Altakendra. Seorang arsitek yang namanya sudah tersohor di kalangan  pebisnis lokal maupun internasional. Begitu banyak perusahaan yang  menginginkan sentuhan tangan wanita itu untuk membangun gedung atau apa  pun. 
Amanda menghempaskan  tubuh dan pinggulnya ke atas sofa empuk di dalam apartemen miliknya. Ia  memilih menetap di Indonesia untuk sementara waktu ketimbang ikut  bersama kedua orang tuanya di Korea Selatan. Ayah Amanda adalah seorang  pria asli Korea Selatan. Ayahnya merupakan seorang pengusaha terkenal  dan kaya, memiliki beberapa perusahaan besar di bidang otomotif dan  elektronik, sedangkan Ibu Amanda adalah wanita yang berasal dari  Manhattan. Untuk itu, Amanda terlihat seperti wanita keturunan yang  tampak begitu cantik meskipun gen ayahnya yang mendominasi dirinya. 
Wanita itu menghela  napas gusar menatap tumpukan kertas di dalam map yang sudah basah dan  beberapa yang robek. Kepalanya berdenyut pening memikirkan jika  lembaran-lembaran itu merupakan deadline yang akan ia serahkan pada  kliennya, seorang pengusaha asal Italia. 
"Hei, what's up, Baby! Kenapa wajahmu seperti remasan kertas?" tanya Belina, sahabat terbaik Amanda.
Belina merupakan  supermodel Internasional yang namanya sudah tersohor di seluruh dunia.  Wanita bermata hijau itu menetap di New York, tapi saat ini ia sedang  menikmati cuti panjang dan memilih Indonesia sebagai destinasi  kunjungannya. Amanda melemparkan map di hadapannya ke sofa, tempat  Belina duduk. Nana mengambil lembaran yang sudah rusak dan juga basah  itu, mengangkatnya ke udara dengan mata terbelalak dan mulut menganga.
"What the fvxx! Bagaimana bisa? Inikan ..." Nana tidak menyelesaikan ucapannya.
"Semua sketsa yang sudah  aku kerjakan, hancur berantakan dalam hitungan detik akibat tindakan  ceroboh pegawai kafe tadi," gerutu Amanda.
"It's Crazy! Pantas saja wajahmu sangat tidak bersahabat," 
"So, apa yang akan kau lakukan dengan semua ini?" tanya Nana khawatir.
Amanda mengedikkan bahu  sambil mengurut dahi. Amanda terlihat begitu frustasi, pekerjaannya yang  dikerjakan selama satu minggu terakhir dan hanya tinggal finishing  ternyata harus hancur dalam hitungan detik. Padahal lusa nanti, sketsa  itu harus diberikan pada seorang pengusaha asal Italia yang sudah  membayarnya dengan harga tinggi. Lebih sialnya, ternyata file terakhir  untuk sketsa itu tidak tersimpan di laptop atau flashdisknya. Sebuah  kecerobohan yang menghancurkan semua kerja kerasnya. 
"Aku harus mengulang semuanya dari awal," keluh Amanda.
Nana duduk mendekati Amanda dan merangkul bahu sahabatnya. 
"You can do it!" Nana memberikan semangat pada Amanda.
"Yeah," jawab Amanda lemah.
******
Di sebuah ruangan besar  yang bernuansa kuning gading bergaya khas eropa. Pria berkemeja berwarna  navy duduk di balik meja kerjanya yang berukuran besar. Jari jemari  panjang pria itu membuka satu per satu lembaran pekerjaannya. Membaca  dengan teliti setiap laporan yang dibuat oleh pegawainya. 
Ia menarik satu map yang  berisikan gambar rancangan sebuah bangunan. Pria yang memiliki tatapan  super tajam dan berwajah datar nan dingin itu melihat segalanya dengan  begitu detail. Bibirnya tersungging senyum tipis saat mencapai pada  lembar akhir. 
Pria itu menghubungi seseorang melalui telepon yang ada di hadapannya. 
"Ke ruanganku sekarang," perintah sang pria pada seseorang.
Tak lama ketukan pintu ruangan terdengar. Seorang pria dengan jas hitam sedikit menunduk saat menghadap pimpinannya.
"Siapa yang membuat gambar ini?" tanya pria tampan itu tanpa ekspresi. Suara pria itu rendah, tapi terdengar seksi. 
Sang asisten mendekat untuk melihat dan kemudian kembali lagi berdiri tegak. 
"Oh, itu kontrak kerja  sama yang diajukan oleh Altakendra Corp. Mereka ingin menjalin kerja  sama untuk membangun sebuah resort di Amsterdam," 
"Amanda Altakendra  adalah seorang arsitek yang kini menetap di Indonesia. Wanita itu sudah  beberapa kali bekerja sama dengan perusahaan ini. Ia yang mendesain  perusahaan di Jepang dan Austria. Sebagai informasi tambahan, wanita itu  begitu cantik dan seksi serta masih lajang," jelas Brian.
Sebuah senyuman samar  muncul di wajah tampan pria yang sedang menatap lekat map di tangannya  saat mendengar penjelasan Brian, asisten pribadinya. 
"Berikan aku informasi lengkap mengenai wanita ini. Aku ingin melihatnya secara langsung," titah Darko.
"Saya akan mengumpulkan dan memberikan informasi secepatnya" Brian pamit dari ruangan itu. 
Darko Dio Archelaus,  pria mapan yang masih berstatus single memiliki wajah tampan, alis  tebal, hidung mancung serta dagu yang belah, tatapan tajam serta dingin,  jarang berekspresi, ia lebih suka menampilkan raut wajah datar. Pria  yang begitu pemilih untuk berhubungan dengan seorang wanita terutama  untuk urusan di atas ranjang. 
Ia juga pemilik serta  pewaris Archelaus Corp. Darko dinobatkan sebagai pengusaha muda terkaya  nomor dua di dunia. Pria ini juga terkenal kejam dan tidak ingin  dibantah dalam hal apa pun. Rekan kerja atau orang sekelilingnya sudah  begitu hafal dengan sifat seorang Darko. 
"Let's start the game!" gumam Darko sambil menggenggam berkas yang berisikan ajakan kerja sama dari Altakendra Corp.
*****